ADIT POV.
"Baby, bangun!". Aku mengusap pelan pipi Moza untuk membangunkan tidurnya karena sudah saat ini sudah sampai dikantor.
Moza pun bangun dengan rambut yang sedikit berantakan tapi tidak menurunkan kadar kecantikannya malah menambah sexy dirinya. Aku turun dari mobil dan menggandeng Moza masuk kedalam ruangan ku. Terpaksa aku mengajak Moza ke kantor karena Kak Sandi belum sampai dirumah aku tidak mau Moza sendirian dirumah.
Setelah sampai diruangan ku Moza membuatkan ku lemon tea hangat kesukaan ku.
"Sayang ini titipan dari Rista." Moza menyodorkan kotak makan kepadaku.
"Aku enggak mau. Buang aja Baby." Jawabku.
"Enggak baik loh buang makanan. Dia kan udah repot bikin masakan buat kamu!"
"Aku kan enggak minta di bikinin, Baby. Udah buang aja ya." Aku menatap Moza yang masih saja memandangi kotak makan itu.
"Aku kasih Sani aja ah. Oya ini handphone kamu. Ada 2 pesan dari Rista." Memberikan handphone ku dan berlalu pergi ke ruangan Sani.
Aku membaca pesan dari Rista. Oh, sialan maksudnya dia apa bilang kalau dia masih sayang kepadaku. Dia kan tahu aku sudah bersama Moza, jangan sampai dia bermain-main dengan ku dan membuat Moza berpikiran yang tidak-tidak terhadapku.
Ceklek..
Suara pintu ruangan ku terbuka. Ada seseorang gadis mungil memasuki ruangan ku. Suara cemprengnya menggema diruangan ku.
"Kakak !!!". Teriaknya.
"Berisik!. Ini kantor bukan hutan." Jawab Ketusku melihat kelakuannya yang suka berteriak jika bertemu dengan ku.
"Aku kangen sama Kakak. Udah 1 tahun kan enggak ketemu. Jahat banget enggak pernah nengokin aku!". Dia meminum lemon tea ku dengan seenak jidatnya.
Aku mengambil paksa gelas ku. "Eh. Enak aja main minum, ini punya gue. Bikin sendiri dong!".
Ketika aku sedang cekcok dengan gadis rusuh ini, Moza muncul dengan raut wajah bingung melihat ada gadis di ruangan kerja ku. Aku dapat melihat dengan jelas tatapan Moza yang bingung dan sedikit ada rasa cemburu disana.
"Cantik banget. Kamu siapa?". Gadis ini melihat dari ujung rambut sampai ujung kaki Moza, sedangkan Moza yang mendapat tatapan tajam dari gadis sialan ini hanya diam mematung.
"SEYNA !. Enggak sopan banget si!. Jangan natap dia gitu, gue tahu lu kalah cantik dari dia." Aku menarik gadis ini dari Moza.
"Yeee, cuman natap enggak megang kok. Takut banget si lecet!." Jawabnya yang selalu membuat ku naik darah.
Moza membuka suara karena keadaan yang membuatnya bingung. "Emang aku apaan dipegang dikit lecet. Aku Moza, kamu ?
"Dia Nesya Baby, adik ku yang paling menyebalkan dan suka bikin onar. Dia baru balik dari German tadi pagi." Jelasku dengan menarik rambut ekor kudanya.
"Aduh sakit!. Iya aku Nesya Tama Hermawan. Adiknya Kak Adit. Aku baru sampai tadi pagi, dirumah sepi jadi aku ke kantor deh. Kak Moza pacarnya Kak Adit?". Jawab Nesya.
Aku memeluk Moza. "Calon Nyonya Adit Tama Hermawan. Dia bakal jadi kakak ipar lu, gadis rusuh."
"Hah?? Kakak enggak salah mau jadi istrinya Kak Adit?. Apa bagusnya dia coba?. Eh tapi aku setuju kalau Kakak jadi Kakak ipar aku, jadi aku bisa hangout bareng dan ngabisin duit jatah dari Kak Adit deh." Balas Nesya tertawa memandang Moza.
Moza menghampiri Nesya dan duduk disampingnya. "Aku kepelet sama dia makannya mau nikah."
Aku senang karena Nesya adik ku paling bungsu dapat menerima Moza dengan sangat baik. Aku melihat kecocokan dari mereka berdua, mereka sama-sama rusuh dan banyak tingkah. Itu membuat ku pusing melihatnya tapi sekaligus membuat ku bahagia. Aku membiarkan Nesya berbincang dengan Moza setidaknya calon istri ku tidak merasa jenuh menungguku bekerja.
Disela-sela aku sedang menandatangani berkas, handphone berdering. Ada pesan masuk dari Rista.
'Hai Adit. Gimana udah dimakan nasi gorengnya? Rasanya masih sama kaya dulu pas kita pacaran kan?. Aku kangen sama kamu Dit.'
"Sialan !." Umpat ku.
Aku benar- benar muak dengan tingkah laku Rista. Sepertinya dia sengaja ingin merusak hubungan ku dengan Moza. Itu tidak akan ku biarkan.
MOZA POV.
Sepulang sekolah aku dijemput oleh Adit. Aku tidak langsung pulang kerumah karena tadi Kak Sandi mengabari Adit kalau dia baru tiba di rumah malam nanti. Diperjalanan menuju kantor aku hanya tidur. Tubuhku sangat lelah terutama jiwaku. Hari ini emosi ku tidak stabil karena seharian ini aku menerima pesan dari Rista, sebenarnya itu ditunjukan kepada Adit. Rasa cemburu menghinggapi diriku, namun keyakinan dan kepercayaan membuat ku tenang menghadapinya. Aku yakin dan percaya Adit tidak akan tergoda oleh Rista.
Aku dibangunkan Adit karena sudah sampai dikantor. Setibanya di ruangan Adit aku memberikan titipan Rista kepadanya tapi Adit malah menyuruhku untuk membuangnya. Daripada mubadzir di buang lebih baik aku berikan kepada Nisa, pasti nya dia senang mendapat makanan gratis.
Setelah bertemu Sani, aku kembali ke ruangan Adit. Aku melihat seorang gadis mungil nan cantik sedang berbicara kepada Adit, lebih tepatnya bercekcok. Aku tidak mengenalnya karena belum pernah bertemu sebelumnya. Ternyata gadis mungil itu adalah adik bungsu dari Adit. Nesya Tama Hermawan namanya, dia gadis yang cantik, tinggi semampai, putih dan berwajah imut.
Aku senang karena Nesya bisa menerima ku untuk menjadi kakak iparnya. Banyak yang aku obrolan dengan Nesya. Pantas saja aku tidak pernah melihatnya karena Nesya tinggal di german bersama tantenya. Dia gadis nakal seperti diriku, makannya dia dipindahkan ke german untuk tinggal bersama dengan tantenya. Aku dan Nesya cepat akrab karena kita sama-sama gadis badung, Adit yang melihat diriku dan Nesya berisik karena selalu tertawa terbahak hanya menghela napas dan memijit pelipisnya.
Disaat aku sedang bercanda bersama Nesya, handphone ku berbunyi menandakan ada telefon masuk. Melihat namanya aku langsung menolaknya, namun dia tetap saja menelpon ku berkali-kali. Sungguh menyebalkan sekali.
Aku menghampiri Adit yang sedang berkutik dengan berkas-berkasnya. "Nanti malam temenin aku ya."
"Kemana Baby?". Jawabnya.
"Barusan ada email masuk dari majalah gadis, mereka minta aku buat jadi model.Temenin aku buat ketemu sama managernya ya." Balasku.
Adit hanya mengangguk setuju untuk menemaniku malam nanti. Handphone ku kembali berbunyi. Terlihat jelas pada layar hanpdhone ku tertera nama Bayu. Dia kembali menelpon setelah dari tadi aku menolaknya.
"Udah 5 kali dia nelfonin aku tapi enggak aku jawab." Jelasku menatap Adit dan menyodorkan handphone ku.
Adit menerima handphone yang kusodorkan kepadanya. "Ya Halo. Ada apa lu nelfon pacar gue?".
Adit menerima telfon dari Bayu dan wajahnya langsung berubah menjadi kesal dan tangannya mengepal keras seakan ingin memukul. Amarah langsung menguasai Adit saat ini. Aku mencoba menenangkan Adit yang berbicara dengan nada tinggi dengan Bayu di balik sambungan telfon ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...