10.

19.8K 575 3
                                    

Pagi-pagi tubuhku sudah penuh dengan keringat karena membersihkan toilet. Payah sekali hukumannya, kalau tau bakal dihukum seperti ini lebih baik aku di skors saja. Lebih bebas malah bisa jalan-jalan daripada menggosok kerak di toilet ini. Aku dihukum membersihkan toilet yang sama dengan Adit.

Ingin segera ku selesaikan hukuman ini agar aku bisa beristirahat menikmati es teh manis di kantin. Ku maju mundurkan kain pel ini.

"Adit. Ember lu geser. Kalau jatuh kena sepatu gue bisa basah.", Aku mendorong ember yang digunakan Adit untuk mengepel, tapi Adit malah tetep kekeh meletakan ember nya di samping ku.

"Ah. Kampret bener lu ya. Basah kan sepatu gue. Kupret emang lu!". Sepatu ku basah karena ember Adit tumpah. Basah semua sepatu ku karena banyaknya air yang ada di ember ini.

"Sorry baby.. Gue enggak sengaja kan lu sendiri yang dari tadi geser-geserin ember. Nah kena sendiri kan". Adit tersenyum nyengir melihat sepatuku basah kuyup karena ulahnya.

Ku posisikan diriku untuk jongkok agar dengan mudah membersihkan sepatuku.

GUBRAK!.

"Aduh sakit." Aku mengelus bokongku yang sakit karena diriku terpeleset dilantai.

Lantai di toilet ini menjadi sangat licin karena terkena tumpahan ember Adit yang berisi cairan sabun untuk mengepel. Mantap sekali rasanya terpeleset. Alhasil tidak hanya sepatuku yang basah tapi juga rok seragam ku. Adit yang melihatku hanya tertawa bahagia diatas penderitaan ku.

Kesal sekali melihat raut wajah Adit, ku tendang kaki Adit yang tak jauh dari jangkauan ku dan mengakibatkan Adit ikut terjatuh juga. Tapi naas sesuatu menimpa diriku tepat diatas tubuhku. Adit terjatuh tepat di atas tubuhku dan tidak sengaja tatapan kita saling bertemu. Aku merasa waktu seakan berhenti sepersekian detik. Iris mata berwarna cokelat tua milik Adit bertemu dengan iris mataku. Tatapan kita semakin intim dan tajam. Napas ku semakin menderu. Wajah Adit semakin mendekati diriku hingga hanya jarak beberapa inci. Bibir ku akan menyentuh bibirnya. Ku tutup mataku karena aku merasa gugup. Degupan jantung ku seakan berlari kencang seperti kuda sedang berpacu. Semakin mendekat dan semakin dekat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seketika aku membuka mata, mencoba tersadar dari situasi mendesak saat ini.

"Adit!". Ku dorong jauh tubuh Adit hingga dia terjatuh kebelakang.

"Kenapa Moza?, kenapa kamu merasa gugup tadi ?". Adit tersenyum miring.

"Bukan urusanmu!". Aku pergi meninggalkan Adit.

Tak peduli seragam ku menjadi basah kuyup, aku pergi menuju ke kelas. Ruang kelas sedang kosong karena guru sedang keluar sebentar. Aku mengambil tas sekolah berniat untuk meninggalkan jam pelajaran saat ini bahkan seterusnya. Aku akan pulang. Persetan dengan hukuman yang belum selesai ini. Lebih baik aku diskors daripada harus di hukum bersama pria sialan itu.

"Moza. Seragam lu kenapa basah semua? Lu ngapain bawa tas segala?". Nisa bingung melihat kondisi sekarang.

"Gue mau cabut. Bilangin aja gue sakit atau terserah deh lu mau bikin alasan apa. Gue cabut dulu ya Nis." Aku meninggalkan Nisa dengan raut wajah kebingungan.

Tak peduli dengan segala masalah yang akan aku hadapi esok, yang terpenting hari ini aku akan keluar dari sekolah. Merehatkan pikiran dan menetralkan kembali detak jantungku karena ulah Adit tadi. Ku putuskan untuk keluar sekolah lewat pagar belakang seperti tadi aku masuk ke sekolah ini.

Selama di perjalanan pikiran ku masih teringat akan adegan tadi. Beraninya Adit melakukan hal itu kepadaku. Untung saja aku segera sadar kalau tidak entah bagaimana aku bisa melupakan kejadian tadi.

Ku hentikan mobil ku di sebuah kafe di daerah gejayan. Menikmati segelas cokelat panas sepertinya mampu membuat emosi ku kembali stabil. Benar- benar hari sial. Kenapa aku bisa satu sekolah dengan pria semacam itu.

"Moza!". Seseorang memanggil nama ku.

Ku tengok ke arah suara tersebut. Bisa habis aku di makannya dengan pria itu. Segera ku angkat bokongku untuk pergi meninggalkan tempat ini.

"Mau kemana kamu? Duduk!!". Perintahnya dengan wajah galak dan mata yang sinis.

"Kakak ngapain disini?." Tanyaku gugup

"Harusnya aku yang tanya kamu kenapa disini. Kamu bolos?."

"Aku enggak bolos Kak Sandi. Sekolah di bubarkan. Para guru sedang ada rapat mendadak" Ku atur nada bicaraku agar tidak terlihat kalau sedang berbohong.

"Bohong. Kamu kenapa si Za susah banget dibilangin. Terus kenapa baju kamu lembab gini?". Kak Sandi memegang bajuku.

"Oke aku jujur. Aku tadi terlambat dan tidak boleh masuk ke kelas dan dihukum untuk membersihkan toilet. Aku terpelesat karena kelakuan pria sialan itu, makannya baju ku jadi basah gini." Jelasku dengan penuh rasa kesal.

"Siapa pria sialan itu?. Lalu apa yang membuat mu membolos? Kamu tidak akan membolos hanya karena dihukum seperti itu, Kakak tahu gimana kamu."

"Pria itu Adit. Aku sebal kepadanya makannya aku bolos biar enggak ketemu dia di sekolah."

"Hanya karena Adit kamu membolos sekolah. Kamu keterlaluan Moza!." Kak Sandi sedikit menaikan nada bicaranya.

"Ya karena Adit si pembuat masalah, dia mencoba untuk menci..". Aku langsung mengerem kata-kataku dengan menutup mulutku. "Ah sudahlah. Aku mau pulang".

"Ehh. Sini dulu jangan pulang. Masalah ini harus kakak kasih tahu ke Ayah.". Kak Sandi menarik tanganku menyuruh untuk tetap diam ditempat.

"Kak please, jangan kasih tau ke Ayah.". Aku merengek ke kak Sandi.

"Oke Kakak enggak bakal kasih tahu kamu tapi ada syaratnya. Kamu harus mau jadi model diperusahaan Adit."

Pemaksaan yang tidak menguntungkan buat diriku. Kak Sandi memaksaku dengan alasan akan mengadu ke Ayah tingkah langkah ku tadi pagi. Otak ku merasa berhenti dalam porosnya mendengar ancamannya, antara mau atau tidak menerima kesepakatan ini dengan Kak Sandi.

"Gimana kamu mau kan?". Kak Sandi mengedipkan mata genitnya kepadaku.

"Dengan sangat terpaksa aku mau. Tapi awas aja kalau kakak tetep bilang ke Ayah masalah ini." Ancamku.

Kak Sandi hanya tersenyum mendengar ucapan ku yang mau menyetujui keinginan agar mau.memjadi model di perusahaan milik Adit. Entah kesialan apa lagi yang akan menimpa diriku esok hari.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang