23.

19.3K 435 5
                                    

Sesampaianya di Bali bahuku terasa sangat pegal. Selama di perjalanan Adit sama sekali tidak lepas dari bahuku. Sebentar dia bangun sebentar lagi dia tidur, selalu seperti itu. Ketika dia bangun dia hanya mencium pipiku, sungguh menyebalkan. Aku bukanlah kekasihnya tapi dia dengan bebas menciumku.

"Eh bangun. Udah sampe pegel ini bahu gue." Aku membangunkan Adit yang masih bertengger manja di bahuku.

"Yes Baby. Aku udah bangun kok. Makasih ya. Kalau pegel aku siap mijetin kamu kok." Adit memandangku.

Aku malas meladeni kegilaan dia maka aku beranjak keluar dari bus. Di luar bus sudah ada Bayu yang menghampiriku. Dia mengajak ku untuk masuk ke dalam hotel. Dari kejauhan aku melihat Adit bersama dengan teman-temannya memandang sinis ke arahku. Biarlah aku bukan miliknya jadi aku bebas dekat dengan siapa saja.

Suasana malam di hotel terasa ramai, karena ada siswa yang menghabiskan malam ini dengan berdendang ria bernyanyi dan bergitar bersama. Ada juga yang berpacaran di pojokan. Aku sendiri malas untuk bergabung lebih baik memanjakan diriku dengan bed kamar disini. Teman sekamar ku adalah Meyka, dia juga sedang asik berkutik dengan handphonenya.

Tok...tok...tok..

Meyka membuka pintu kamar karena mendengar suara ketukan.

"Adit. Lu enggak boleh masuk kamar cewek!!." Bentak Meyka.

"Gue kangen sama Baby gue Meyka. Jadi lu minggir ya." Adit menarik Meyka ke bangku yang ada di sampingnya dan menyuruh paksa agar dia duduk manis disana.

"Adit. Ngapa lu kesini." Tanyaku yang seketika bangun dari bed.

Adit menarik tangan ku mengajaknya keluar. Entah kemana dia akan pergi membawaku."Ayok ikut gue."

Aku hanya bisa pasrah mengikutinya. Percuma saja jika aku meronta, dia akan semakin kuat menggengam tangan ku. Ternyata dia membawa ku ke sebuah pantai. Pantai kuta tepatnya. Dia menyewa sebuah mobil untuk membawa ku kesini.

"Gila lu ngapain bawa gue kesini malem-malem."

"Pengen berduaan sama lu Baby." Godanya dengan merangkul tubuhku.

"Cih.. Berduaan udah dari tadi lu berduaan sama gue di jalan ke Bali. Sampe pegel ini bahu gue. Harusnya lu tuh pijetin nih.". Balasku.

Adit mendekatkan dirinya ke hadapan ku dan dia memijat bahuku. Aku tidak menyangka dia akan benar-benar melakukannya. Setidaknya pijatan dia enak dan sedikit merileksan ketegangan otot bahuku.

"Ya terus dong. Enak ini pijetannya. Yang lama ya Bapak tukang pijet ahaha..." Aku menujukan ke sebalah bahu ku agar dipijat oleh Adit. Dia hanya diam saja tidak membalas ucapan ku.

Namun tiba-tiba Adit membalikan posisi tibuhku sehingga menghadap kepadanya. Tatajam tajam darinya membuat ku mematung dan seperti biasa tatapan ini membuat jantungku berdetak kencang. Bak kuda yang sedang berpacu di perlombaan.

Aku menutup mata sekedar untuk menghilangkan rasa gugupku. Adit perlahan mendaratkan bibirnya ke milikku. Dan tentu saja dia melumat habis bibirku dengan sangay rakus dan agresif. Tentunya aku menikmatinya. Cukup lama dia bermain manja dengan bibirku hingga akhirnya dia melepaskan tautan ini.

"Moza. I'm Sorry. Gue selalu cium lu. Gue enggak bermaskud kurang ajar ke lu tapi entah kenapa lu udah jadi candu buat gue. Bukan hanya bibir lu tapi semua yang ada diri lu. Gue cinta sama lu." Jelas Adit memandang ku dan memeganggi tengkuk ku.

"Adit. Gue mohon bawa gue keluar dari hotel malam ini. Malam ini gue pingin berduaan sama lu." Entah setan apa yang merasuki diriku hingga dengan bodohnya aku berbicara seperti ini padanya.

Adit yang mendengar keinginan ku langsung menarik ku kedalam mobilnya. Dia mendial nomor seseorang di handphone
nya. Ternyata dia meminta Sani untuk membokingkan 1kamar hotel di bali untuk malam ini. Setelah semua keinginan terlaksana Adit menjalankan mobilnya.

Setibanya di hotel, aku hanya diam membisu. Aku bingung dengan sikap ku sendiri yang tiba-tiba ingin menghabiskan malam ini bersama dengan Adit. Tatapan matanya telah menghipnotis diriku atau memang aku yang sudah bersiap menyatakan cintanya pada dia.

Kamar hotel dengan fasilitas lengkap menjadi pilihan Adit. Masalah tarif itu tidak diperdulikan olehnya jangankan tarif satu malam yang mahal, hotel ini saja dia mampu membelinya.

"Moza. Malam ini kita habiskan disini tidak apakan?." Adit menggenggam tangan ku dengan erat.

Aku hanya mengangguk. Adit kembali mendekatkan wajahnya ke padaku dan aku langsung menyambar bibir merah miliknya. Ku kecup lembut miliknya, malam ini aku menjadi sangat agresif kepadanya. Adit hanya menikmati dengan menyeimbangi permainan ini. Tubuhku digendongnya ke arah ranjang.

Saat ini aku sudah berada di ranjang bersama dengan Adit, ciuman ini masih saja berlangsung bahkan semakin panas. Adit melepaskan pakaian nya dan posisi ku saat ini tepat berada di bawahnya. Adit melepaskan ciuman ini dan dia mengusap pelan bibirku. Jantungku semakin berdetak kencang namun aku merasa tertantang malam ini.

"Moza. Gue pingin lu." Ucap Adit yang mendapat anggukan setuju dariku.

Setelah ucapan tadi, aku beranjak dari bed dan menuju ke saklar lampu di tembok dekat pintu. Suasana menjadi gelap gulita. Adit kembali berada di atas ku menciumi bibir ku dengan rakus dan turun ke leher jenjangku. Aku hanya bisa pasrah menikmati dan mendesah dengan indah.

"Ehmmppp." Desah ku yang membuat Adit semakin ganas mencium ku.

Dilepas paksa semua pakaian ku hingga hanya tersisa celada dalam. Adit semakin turun ke bagian payudara ku. Di belai, di cium bahkan dihisap lah kedua putingku seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Aku kembali mendesah dibuatnya. Sungguh kenikmatan yang baru aku rasakan seumur hidupku.

Setiap inci tubuhku dijamah olehnya, membuat ku menggeliat manja di bawahnya. Adit tak henti-hentinya mejamah tubuhku dengan belaian dan ciumannya hingga berakhir di bagian kewanitaan ku. Di kulum habis area sensitif ku.

"Ahh... Ah... Jangan siksa gue gini Dit. Gue enggak kuat. Ahh.." Desah ku yang sungguh aku tidak sanggu menahan kenikmatan ini.

"Moza. Ijinin gue buat masuk ya." Adit berhenti dari kegiatan mencumbu dan meminta ijin untuk memasuki area sensitif ku.

Tiba-tiba aku merasakan sakit dan perih yang teramat dalam.

"Ahh.. Sakit" Lirih ku.

"Sorry Baby. Ini cuman sebentar kok."
Rasa perih ini semakin menghilang perlahan dan berganti dengan rasa nikmat yang mendalam. Adit semakin genjar menggesekan juniornya kedalam area sensitifku. Permainan ini benar-benar membuat tenagaku habis dan tubuhku bercucuran keringat.

Aku tersenyum memandang raut wajah tampannya. "Adit, I Love You. Aku juga mencintaimu. Maaf aku baru menyatakannya sekarang."

Adit tersenyum juga kepadaku. "It's Ok Baby. Aku tahu kamu juga memiliki rasa yang sama padaku. I Love You To."

Kemudian aku tertidur di pelukan Adit. Masih tanpa sehelai benang yang menutupi antara aku dan dia. Aku merasa lepas dan bahagia malam ini.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang