45.

11.4K 320 15
                                    

Mama mengetuk pintu kamar ku. "Sayang, udah selesai belum?. Adit udah datang tuh. Jangan lama-lama !!"

Aku semakin deg-degan karena mendengar Adit dan orang tua nya sudah datang. Aku merapikan rambutku dan segera turun untuk menemuinya."Iya Ma, Moza turun sekarang."

Aku menuruni tangga dengan pelan dan diiringi suara jantung yang terdengar berdetak lebih kencang. Adit yang menatap ku berjalan menuruni tangga tidak melepaskan pandangannya dan menyambutku dengan senyuman yang sangat manis.

 Adit yang menatap ku berjalan menuruni tangga tidak melepaskan pandangannya dan menyambutku dengan senyuman yang sangat manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Adit menghampiriku dan menggandeng tangan ku kemudian dia mengecup keningku. Dia tidak memperdulikan tatapan orang tua kita masing-masing yang melihat tingkahnya. Mereka hanya tersenyum melihat tingkah laku Adit yang tidak punya malu menciumku didepan orang banyak. Pipi ku berubah menjadi kemerahan seperti kepiting rebus karena tersipu malu.

Om Hermawan menghampiriku. "Kamu semakin cantik Moza setelah cukup lama aku tidak berjumpa dengan mu."

"Terima Kasih Om." Jawabku malu-malu.

"Kalau menantu Bunda cantiknya begini si. Bunda bisa kalah saing ya HaHaHa.." Ucap Bunda Adit yang memeluk ku bergantian dengan Om Hermawan.

Ayah dan Mama hanya tertawa menanggapi ucapan orang tua Adit. Saatnya untuk makan malam bersama. Adit tidak melepaskan pandangannya kepadaku dan dia duduk di sampingku. Aku mengambilkan sepiring nasi dan lauk untuknya.

"Yang, biasa aja dong liatnya. Gerogi tau!". Aku berbisik lirih kepadanya sambil menyodorkan makanannya.

"Makannya kamu enggak usah dandan kan jadi cantik gini." Jawabnya dengan mengedipkan matannya.

Ayah mempersilahkan untuk menikmati hidangan makan malam ini. Aku takut jika ini bukanlah selera dari orang tua Adit. Aku takut mereka kecewa dengan masakan ku.

"Siapa yang masak Ren?". Tanya Tante Riri ke Mama.

"Moza Ri yang masak. Semua ini masakan dia aku sama sekali enggak bantuin. Enggak enak ya?." Jawab  Mama.

"Adit emang enggak salah pilih calin istri, selain cantik Moza juga pinter masak. Makanannya enak banget. Bisa-bisa Adit udah enggak mau makan masakan Bundanya lagi." Balas Tante Riri menggodaku dan Adit. Lagi-lagi aku tersipu malu dengan pujian yang dilontarkan Tante Riri.

Acara makan malam selesai, para orang tua berkumpul di ruang keluarga sedangkan aku membereskan meja makan dibantu dengan Adit. Tidak memakan waktu lama untuk membereskan semua ini, aku dan Adit ikut berkumpul bersama mereka di ruang keluarga.

Aku mendengar suara tawa bahagia yang terlontar dari mulut mereka. Ayah dan Om Hermawan saling bertukar cerita begitu juga dengan Mama dan Tante Riri. Mereka terlihat begitu akrab, ya karena sebelumnya Ayah dan Om Hermawan adalah teman baik sejak mereka duduk di bangku kelas 2 SMP di Jogja, jadi mereka sudah saling kenal kepribadian masing- masing.

Setelah berbincang obrolan ringan kini saatnya untuk membicarakan perilah hubungan ku dengan Adit. Om Hermawan yang membuka perbincangan ini. "Yogi, Irene dan Moza. Kita semua disini sudah tahu alasan kenapa di adakannya pertemuan 2 keluarga ini. Saya selaku orang tua Adit mewakili untuk menyampaikan keinginan Adit kalau dia ingin meminang Moza.

Aku dan Riri sangat merestui hubungan Moza dan Adit. Kalau untuk waktu pernikahannya saya serahkan kepada mereka yang menjalani hubungan ini tapi saya sarankan untuk mereka tunangan dulu."

Aku melihat keseriusan di wajah Ayah yang mendengar ucapan Om Hermawan mengenai keinginannya. Ayah memandang Mama dan tersenyum kepada diriku.
"Her, aku terima keinginan keluarga dan niat baik Adit untuk meminang Moza sebagai istri nya. Meskipun selama ini aku tinggal di Jakarta tapi aku selalu mendapatkan laporan mengenai kelakuan Moza disini begitu juga dengan hubungannya dengan Adit.

Sandi sudah bercerita semua mengenai hubungan Adit dengan Moza selama ini. Sandi juga sudah menceritakan seluk beluk mengenai Adit. Aku beserta keluarga merestui hubungan mereka. Untuk tawaran mu mengenai tunangan sepertinya itu ide bagus.

Bagaimana kalau besok saja ? Tidak perlu acara yang mewah cukup para saksi dari kerabat dekat. Aku di Jogja hanya sampai besok Her dan setelah dari sini aku harus pergi ke Jepang mengurus bisnis disana dan itu dalam waktu yang cukup lama."

Aku sangat terkejut dengan keputusan Ayah yang mengatakan kalau pertunangan ku akan dilaksanakan besok. Aku belum ada persiapan sama sekali. Aku melihat Adit yang tersenyum gembira mendengarnya.

"Maaf Om, Pa kenapa enggak sekalian nikah aja si besok." Adit membuka suara disaat keseriusan sedang melanda.

Ayah tertawa mendengarnya. "Hahaha.. Aku tahu kamu sudah tidak sabar Dit, tapi tunggulah sampai kalian lulus. Lagian kalau sudah tunangan semua orang tahu kalau Moza sudah dimiliki oleh dirimu seorang."

Aku malu dengan ucapan Adit barusan. Dia ini memang gila kawin. Aku mencubit perut Adit sebagai balasan ucapannya barusan. Adit memang tidak tahu malu. Kesimpulan dari perbincangan barusan adalah semua belah pihak keluarga sudah merestui hubungan ku dengan Adit dan untuk acara pertunangan akan diadakan besok malam secara sederhana hanya di hadiri kerabat dekat dan beberapa rekan bisnis Om Hermawan dan Adit begitu juga dari pihak keluarga ku.

Malam sudah semakin larut, saat ini sudah pukul 9 malam. Adit dan keluarganya berpamitan untuk pulang. Aku mengantarkan sampai ke depan rumah. Sebelum masuk kedalam mobil Tante Riri memeluk hangat diriku. "Bunda seneng deh punya calon mantu kaya Moza."

"Iya Tante, Moza juga seneng mau jadi istri Adit." Aku tersenyum malu mengatakannya. Aku melihat Adit yang memandangku genit dengan kedipan matanya. Terlihat dengan jelas rona bahagia di sorot matanya.

Tante Riri melepaskan pelukannya dan beralih mengusap rambut ku pelan. "Jangan Tante panggil aja Bunda ya. Kamu kan juga anak Bunda."

Aku mengangguk setuju. Ayah dan Mama tersenyum bahagia melihatku yang cepat akrab dengan calon besannya. Setelah Tante Rini memeluk ku, dia menuju ke mobil dan bersiap untuk pulang ke apartement. Malam ini mereka menginap di apartement Adit karena jika pulang ke rumah di daerah kaliurang bisa sampai larut malam.

Malam ini aku merasa lega karena acara makan malam tadi berjalan dengan lancar dan hubungan ku sudah mengantongi restu dari masing-masing keluarga. Rasa bahagia ku semakin memuncak karena hari esok aku akan resmi bertunangan dengan pria yang ku cintai. Semua orang akan tahu kalau Adit lah yang memiliki ku bukan yang lain. Ingin rasanya segera bertemu dengan hari esok.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang