58.

10.2K 245 2
                                    

Aku berangkat ke rumah sakit diantar oleh Dimas. Semua ini karena aku masih mengenakan penopang lutut sialan ini. Andai saja cedera ku tidak parah aku pasti tidak akan seperti ini.

Sesampainya di rumah sakit aku langsung menuju ke ruang praktek dokter Piyo. Beliau memeriksa lutut ku dengan sangat teliti dan beliau mengatakan kalau hari ini juga aku sudah bisa bebas dari jerat penopang lutut ini, tapi ada yang membuat ku sedih itu karena aku tidak diperbolehkan untuk bermain futsal selama 9 bulan sampai lutut ku benar-benar dikatakan sembuh. Aku merasa kesal dengan lawan main ku yang menabrak ku dan membuat ku merasakan cedera seperti ini, tapi ini adalah kecelakaan dalam permainan dan itu adalah hal yang wajar. Aku mencoba menerima semua ini dengan ikhlas.

Setelah dari rumah sakit aku mengajak Moza untuk makan malam di sebuah resto daerah Gejayan karena tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah sakit ini. 30 menit sudah perjalanan menuju resto hingga akhirnya aku sampai dan mencari tempat yang nyaman dan memesan makan untuk Moza.

"Baby, ini handphone buat kamu. Maaf ya kemarin aku banting." Aku memberikan handphone baru untuk Moza sebagai ganti kemarin karena aku sudah merusaknya.

"Udah enggak usah, aku bisa pake handphone Kak Sandi yang enggak dipake kok". Jawabnya menolak pemberianku.

"Yaudah kalau enggak mau yang baru. Pakai handphone ku aja. Kali ini harus mau jangan nolak. Kalau nolak aku cium kamu." Gertak ku bercanda kepadanya.

Moza tersenyum dan menerima pemberian ku. "Iya. Ah kamu mah enggak ada apa- apa aja nyosor kok".

Akhirnya Moza mau menerima pemberian ku meski bukan handphone yang baru tapi dia malah memilih handphone milik. Itu tidak masalah bagiku. Aku merasa bersalah karena telah menghancurkan miliknya. Semua itu karena kondisi ku yang di bakar emosi. Acara makan malam sudah selesai saatnya untuk pulang. Moza meminta untuk diantar pulang ke rumahnya karena dia merasa tidak enak badan. Aku pun mengiyakannya.

********
Pagi ini aku sudah bersiap untuk berangkat sekolah, aku menyiapkan semua keperluan ku. Aku sudah menelpon Moza kalau aku akan menjemputnya. Mesin mobil ku nyalakan dan bersiap meluncur ke rumah Moza.

Sampai di rumah Moza aku langsung disambut dengan senyum manis di wajahnya. Aku memeluk dan memberikan kecupan pada keningnya sebagai tanda kasih sayang kepadanya.

"I Love You, Baby ". Aku tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk kedalam mobil.

Senang sekali rasanya diriku pagi ini bisa beraktifitas seperti biasanya dan berangkat sekolah bersama gadis yang aku cintai. Selama diperjalanan Moza terlihat tidak aktif, dia lebih sering berdiam diri tidak berkata-kata. Tubuhnya terlihat lemas dan lesu, sepertinya dia sakit. Aku menempalkan telapak tangan ku pada dahi dan lehernya, terasa cukup panas. Aku menyuruhnya untuk pulang dan beristirahat dirumah tapi Moza tetap kekeh untuk masuk sekolah. Aku hanya bisa menurutinya karena kalau tidak dia mengancamku dengan membisu kepada ku selama 1 minggu.

Akhirnyantiba disekolah sebelum bel berbunyi. Aku berniat menggendong Moza sampai di kelas tapi dia menolaknya. Aku hanya menggenggam tanganya erat takut dia akan pingsan sewaktu-waktu. Sesampainya dikelas Moza merebahkan kepalanya pada sandaran tasnya yang diletakan di ataa meja.

"Baby, balik aja yuk. Kita ke rumah sakit ya buat periksa !". Ajak ku.

Moza hanya menggelengkan kepalanya dan tetap pada posisinya. Dia sangat sulit untuk diajak ke Dokter. Bel masuk berbunyi dan Bu Indah masuk sebagai pengajar pelajaran pertama. Aku duduk pada bangku biasanya. Aku melihat dari jauh Moza yang tidak begitu serius memperhatikan pelajarannya. Akhirnya waktu istirahat pun tiba. Aku akan mengajak Moza ke UKS sekedar beristirahat disana. Nisa membantu ku mengantarkan Moza. Di saat perjalanan menuju UKS aku bertemu dengan Andi dan dia memberi pesan kepadaku kalau aku dipanggil oleh Pak Bowo. Aku tidak bisa menolak permintaan Pak Bowo jadi aku menitipkann Moza kepada Nisa selama di UKS.

Aku berjalan ke arah lapangan futsal karena Pak Bowo menungguku disana. Di koridor dekat lapangan aku tidak sengaja bertemu Rista. Dia tersenyum tipis memandang ku.

"Hai Adit, buru-buru banget mau kemana?" Sapanya berhenti teoat didepanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai Adit, buru-buru banget mau kemana?" Sapanya berhenti teoat didepanku. Aku malas menjawab pertanyaan jadi ku putuskan untuk terus berjalan tanpa menghiraukannya. Bukan Rista namanya kalau putus asa, dia tetap saja mengikutiku sampai tiba di lapangan futsal. Aku yang melihat Pak Bowo sudah menunggu langaung saja ku hampiri dirinya.

"Ada apa Pak manggil saya?". Sapa ku duduk disebelah Pak Bowo.

"kamu sudah baikan Dit ? Ada yang ingin aku sampaikan ke kamu" Jawabnya menampakan wajah serius dan melirik sekilas ke arah Rista yang berdiri tak jauh dariku.

"Saya sudah baikan Pak. Masalah apa ya pak ?". Tanya ku penasaran.

"Kamu ingat waktu pertandingan futsal kemarin yang nendang kamu sampai cedera. Dia namanya Bimo anak SMA Garuda ". Jelasnya

Aku masih bingung dengan maksud pak Bowo yang memberitahuku nama pemain itu. Aku masih sangat antusias untuk mengetahui penjelasannya.

"Jadi gini Dit. Bimo itu sebenarnya anak SMA Garuda yang disuruh orang buat sengaja bikin kamu celaka dengan nendang kamu dan bikin kamu cedera ACL kemarin. Waktu pertandingan saya selalu lihat gelagat dia yang terus aja ngincer kamu."

"Yang nyuruh siapa Pak?"

"Andi selesai pertandigan dia bilang ke saya siapa orang yang udah nyuruh Bimo ngelakuin itu. Andi sebelum ganti kostum sempet dengar Bimo ngomong di telepon sama seseorang dan dia nyebut 1 nama. Tapi saya enggak tahu sebenarnya ya semoga aja salah. Orang itu Bayu kapten Basket teman kamu itu loh Dit." Jelas panjang lebar Pak Bowo yang sontak membuat ku terkejut mendengarnya sekaligus membuat emosi ku memuncak. Rasanya ingin sekali aku menghajar habis Bayu jika itu memang benar dia pelakunya.

"Bayu Pak ?" Tegasku.

"Sabar dulu Dit. Itu kan belum tentu, kamu harus selidiki kebenarannya." Ucap Pak Bowo menenangkan ku yang sudah terlihat marah kepada Bayu.

Rista mendekat ke arah ku dan dengan santainya dia berkata "Emang Bayu kok Pak, Dit. Dia yang nyuruh Bimo buat bikin Adit celaka. "

Aku bangun dari tempat duduk ku dan menatap tajam Rista sambil mencengkram erat bahunya. "Dari mana lu tau semua ini?".

"Bayu cerita ke gue". Jawabnya singkat kemudian melepaskan cengkraman ku dan tersenyum picik.

"BANGSAT KAMU BAYU !". Aku mengepal erat tangan ku dan bersiap menghampiri Bayu untuk menghujaninya dengan pukulan dan tinjuan sampai dia terkapar bahkan kalau perlu sampai dia tak bernyawa.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang