78.

10K 275 5
                                    

Malam kawan ✋
Aku mau kasih info kalau kira-kira cerita ini masih lumayan panjang, kira-kira 7 part lagi kalau gak salah, Semoga kalian gak bosen ya.
.
.

Aku melangkahkan kaki ku memasuki kantor dan disambut senyuman hangat dari para karyawan ku. Aku sudah memberi kabar kepada Sani kalau aku tidak jadi membatalkan meeting hari ini. Aku memasuki ruang meeting yang sudah dipenuhi oleh beberapa klien. Meeting pun segera dimulai. Aku yang didampingi Sani memimpin meeting ini dengan lancar seperti biasa. 3 jam sudah meeting ini berjalan. Kini saatnya aku kembali ke ruang kerjaku.

"Sani. Kapan ada meeting lagi? " Tanyaku dengan melepaskan dasi ku.

"Besok Bos ada meeting jam 10 sama Bu Indras, jam 1 ada pemotretan buat produk baru sama Moza, jam 4 ada meeting lagi sama Pak Windu. Jam 7 ada meeting juga sama Pak Wisnu tentang peluncuran brand terbaru di kafe daerah gejayan, beliau request buat meeting di luar." Jelas Sani panjang lebar melihat jadwal meeting di buku catatannya.

"Oya cancel pemotretan yang jam 4 soalnya Moza masih di rumah sakit. Eh Bused itu kerjaan semua San? Paginya gue pusing mikirin sekolah siangnya gue pusing kerjaan. Cepet tua gue kalau begini terus ". Aku memijit keningku.

"Ya resiko. Suruh siapa jadi CEO masih usia anak sekolah Bos. Mau aja dikasih perusahaan sama Om Hermawan." Jawab Sani santai.

"Ya juga ya kenapa gue mau dikasih perusahaan sama Papa. Ah udah lah. Kerjaan gue kan udah selesai gue balik ke rumah sakit ya. Gue serahin semua urusan gue ke lu. Awas kerjaan enggak beres gue potong gaji lu." Ancam ku meninggalkan Sani ke luar ruangan.

"Pake acara ngancem segala lagi lu." Umpat Sani yang masih jelas terdengar. Aku tidak peduli ucapanya karena memang seperti itulah Sani. Dia sebenarnya adalah saudara ku tepatnya sepupuku dari Bunda. Papa sengaja nyuruh dia buat jadi asisten pribadiku di kantor.

Aku keluar dari kantor dan menuju ke rumah sakit untuk bertemu dengan Moza dan akan menginap menemaninya. Sebelum memasuki  rumah sakit aku mampir ke minimarket di dekat sini untuk membeli makanan.

Sesampaianya diruang rawat Moza aku melihat dirinya sendirian. Ternyata Sandi pulang karena diminta Moza. Dia kasihan melihat Sandi yang terlihat kelelahan selama menjaganya disini. Kini giliranku untuk menjaga dan menemani Moza selama disini dan berharap agar dia segera pulang.

"Baby, I love you." Kataku mencium kening Moza.

"I Love You to." Balasnya tersenyum. Aku merindukan kehangatan saat bersama Moza seperti ini.

Saat ini jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Aku menyuruhnya untuk beristirahat namun Moza tidak mau.

"Baby. Kita bikin acara buat ngerayain pertunangan kita yuk. Kemarin kan semua orang belum tahu, cuman kerabat dekat saja sama keluarga. " Tanyaku.

"Enggak usah. Biayanya buat nikahan aja. Aku enggak suka ah buat begituan. Kamu capek banget ya hari ini?" Tatap Moza. Dia membelai lembut pucuk rambutku dan Moza melihat ada sedikit luka pada bagian sudut bibirku karena hantaman dari Sandi siang tadi. "Sakit ya ? Maafin Kak Sandi ya?".

Aku melepaskan tangannya yang mengusap sudut bibirku. "Lebih sakit kehilangan kamu Baby. Sehari enggak ada kabar dari kamu dan menjauh dari kamu itu bikin aku sakit banget. Aku janji akan merubah sifatku. Maaf ya ".

"Udahlah, yang lalu biarlah berlalu. Sekarang kita pikirin apa yang akan kita lakuin besok. Masih panjang kehidupan kita didepan sana. Kita harus mempersiapkan semuanya dari sekarang. Udah kamu istirahat sini." Moza kembali mengusap lembut pipiku dan menyuruh diriku untuk tidur di sampingnya. Kini aku dan Moza tidur dalam satu bed rumah sakit. Aku memeluk erat tubuhnya dan mencium kening juga pipinya. "Good Night Baby. Cepet sehat ya !". Kataku.

******

"Good morning Sayang." Sapa Moza membuat ku terbangun dari tidurku.

"Morning Baby. Jam berapa sekarang?" Tanyaku mengusap mata ku yang masih lengket terbuka.

"Jam 8. Oya hari ini aku udah boleh pulang. Tadi Dokter udah visit dan bilang kalau kondisiku sudah membaik. Kadar Hb ku sudah kembali normal." Jelas Moza.

"Dokter kesini ? Kok kamu enggak bangunin aku si Baby. "

"Kamu pulas banget tidurnya jadi aku enggak tega bangunin kamu." Balasnya. Moza bangun dari bed nya berjalan ke arah kamar mandi. Sedangkan aku masih saja bermalas-malasan di bed dengan menarik kembali selimut untuk menutupi tubuhku. Meeting ku mulai jam 10 dan saat ini masih jam 8. Masih ada waktu untuk aku kembali melanjutkan tidurku.

MOZA POV.

Sudah beberapa hari ini aku terbaring di rumah sakit dan kemarin aku mengikuti ujian disini. Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang. Hubungan ku dengan Adit sudah membaik dan semalam Adit menemaniku di rumah sakit bahkan kita tidur satu bed bersama.

Masalah kemarin ku jadikan sebagai pembelajaran bahwa didalam suatu hubungan sangatlah penting keterbukaan dan komunikasi. Jika hal itu tidak ditekankan masalah ringan akan muncul dan apabila tidak segera diselesaikan bisa menjadi masalah besar yaitu kesalah pahaman yang semakin berlarut-larut.

Karena hari ini aku sudah  diperbolekan pulang, kini saatnya aku merapihkan segala barang bawaan ku disini. Sebelumnya aku sudah menghubungi Kak Sandi dan memberitahu mengenai kabar kepulanganku. Aku tidak akan menyuruh Kak Sandi kesini karena ada Adit, aku akan pulang bersamanya.

Aku sudah mebereskan semua barang bawaan ku. Jam sudah menunjukan pukul 9, aku melihat Adit masih saja terlelap berselimut di atas bed dengan begitu pulasnya. Aku membangunkannya karena mengingat dia ada jadwal meeting jam 10. "Sayang sudah jam 9. Katanya ada meeting sana beres-beres. "Pintaku.

Adit menggeliatkan tubuhnya. "Hem Baby. Aku mau ngurus administrasi rumah sakit dulu ya. Setelah itu aku antar kamu ke rumah baru aku ke kantor."

"Iya" Balasku.

Setelah Adit membersihkan tubuhnya. Dia pergi ke bagian administrasi untuk mengurus semuanya. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Adit kembali lagi. Semua sudah beres saatnya aku pulang kerumah.

Seminggu bertengkar dengannya membuat aku dilanda kerinduan yang begitu mendalam. Maklum lah Adit adalah cinta pertama ku, meski dia bukanlah pacar pertamaku. Meskipun aku sudah 3 kali berpacaran dengan orang lain tapi hanya dengan Adit aku benar-benar merasakan dan mengenal cinta. Hanya dengan Adit aku merasakan pengalaman pertama making love. Selama diperjalanan aku tak henti-hentinya memandangi wajah tampannya hingga tak terasa aku sudah sampai di rumah.

Adit membawakan barang bawaan ku ke kamar dan kembali menemaniku di ruang tengah. Dia begitu sangat cekatan mengurus ku.

"Bentar ya Baby. Ada telepon masuk". Ijinya mengangkat telepon.

"Siapa Yang ? Sani udah nyuruh kamu kesana ?" Tanyaku.

Adit duduk di sofa meminum segelas lemon tea yang aku buatkan ketika dia sibuk mengurus barang bawaanku. "Nesya kemarin balik dari German. Dia mau ke apartement tapi aku suruh kesini aja buat nemenin kamu."

"Yaudah suruh kesini aja, lagian aku juga kangen sama calon adik ipar haha. Udah jam 10 sana berangkat. Kerja yang bener ya sayang" Aku menyuruh Adit untuk segera berangkat ke kantor dan mencium bibirnya sebagai penyemangat bagi dirinya.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang