93

11.7K 278 10
                                    

Aku berharap si kalian belum bosan ya ...

Happy reading
.
.

Tak terasa aku sudah 2 bulan aku menjalani bahtera rumah tangga bersama suami ku Aditya Tama Hermawan. Selama ini aku semakin merasakan cinta yang selalu tumbuh setiap harinya. Adit semakin berubah menjadi sosok pria dewasa. Menurutnya dia memang sudah saatnya untuk berubah menjadi lebih baik karena dia sebentar lagi akan menjadi sosok Ayah dan panutan bagi anaknya. Dia begitu positif sekali kalau aku akan segera mengandung. Padahal sampai sekarang aku belum merasakan ada sesuatu pada perutku, tapi aku juga berharap kalau aku segera dikaruniai seorang malaikat kecil sebagai pelengkap rumah tangga ku.

Pagi ini Adit seperti biasa. Dia berangkat pagi jam 8 untuk berangkat ke kantor. Rutinitas ku setiap pagi juga masih sama yaitu membuatkan Adit sarapan dan menyiapkan segala keperluan Adit. Tentunya tidak lupa untuk membawakan dia sekotak bekal untuk makan siang. Semenjak menikah dia selalu meminta untuk di bawakan bekal makan siang.

"Baby. Suami mu berangkat kerja dulu ya. Aku harus kerja keras buat menghidupi malaikat kecil kita nanti." Kata Adit menggenggam erat tangan ku lalu mencium keningku.

"Iya suami ku sayang. Oya tadi Sani bilang kalau pemotretan kita jam 11 siang ya. Nanti aku kesana ya. " Balasku.

"Iya. Biar nanti Dimas jemput kamu ya. Aku enggak mau kamu bawa mobil sendiri karena aku enggak mau istri aku kenapa-kenapa. Aku enggak mau ada penolakan dari kamu." Tegas Adit.

"Mulai deh posesifnya. Ya ya sayang. Aku nurut kok. I Love You". Balasku mencium tangan Adit.

"I Love You To". Kemudian Adit pergi meninggalkan ku menuju ke kantor.

Aku kembali pada rutinitas ku seperti biasa yaitu membereskan apartement lalu bersantai riang di ruang tengah. Ketika aku sedang bersantai tiba-tiba aku mendengar suara bel berbunyi. Aku pun bergegas membukanya melihat siapa yang datang berkunjung.

"Moza " Teriaknya histeris.

"Nisa" Aku juga tak kalah histerisnya bertemu dengan Nisa.

Aku langsung memeluknya erat. Aku sangat rindu dengannya. Terakhir aku bertemu dengannya ketika aku menikah. Padahal masih dibilang sebentar sekali aku tidak bertemu dengannya tapi karena jaman SMA setiap hari aku bertemu dengannya jadi seminggu tidak bertemu membuatku rindu akan kehadirannya.

Aku mempersilahkan Nisa untuk masuk dan membuatkannya minum kesukaannya yaitu ice cappucino. Aku bercerita banyak hal kepada Nisa. Dia sekarang masuk universitas negri di Jogja dan dia mengambil jurusan biologi murni. Itu membuatnya sibuk sehingga jarang bertemu dengan ku maklum lah dia masih menjadi mahasiswa baru.

"Nisa. Kabar Rista sama Bayu gimana ?". Tanya ku penasaran.

"Denger-denger si Bayu kuliah di Amerika kalau Rista kalau enggak salah ya dia itu kuliah di Jakarta, Rista ambil jurusan fisika deh." Jawabnya.

"Oh gitu. Mereka masih hubungan enggak sih ?". Tanya ku kembali.

Nisa meletakan sebatang cokelat di atas piring kemudian dia melanjutkan obrolannya." Mereka enggak ada hubungan lagi setelah mereka putus jaman SMA. Emang si dulu kan mereka sempet pacaran setelah Rista putus sama Adit tapi itu enggak bertahan lama. Semenjak itu udah mereka enggak balikan sampai sekarang. Terakhir yang gue denger malah Rista setelah lulus dia tunangan sama pengusaha dari Jakarta, masih muda si orangnya sekitar usia 23 tahun. Kalau enggak salah waktu nikahan dia kan datang bareng. Emang lu enggak liat?".

Aku melebarkan mata ku terkejut mendengar ucapan Nisa barusan. "Serius lu Rista udah tunangan? Kok dia enggak undang-undang ya. Gue malah ketemu sama Bayu doang. Tamu nya Adit kebanyakan yang datang jadi gue bingung lihat orang."

"Pacarnya Rista kan enggak suka umbar kemesraan Moza. Ya lu bodoh udah tahu nikah sama pengusaha muda yang sukses pemilik perusahaan fashion ternama ya jelas tamu nya banyak lah. Eh lu udah bunting belum?". Nisa memukul lengan ku.

"Gue lupa kalau suami gue orang penting ye. Gue ingetnya Adit itu cowok nyebelin doang si hahah. Belum isi nih gue doain ya. Adit enggak udah nghayal yang aneh-aneh aja, masak iya dia ngarep gue hamil kembar 5 sinting kan dia." Balasku.

Nisa tertawa riang. "Emang suami lu sinting. Lu aja mau kawin sama dia ".

Aku hanya tertawa mendengar ucapan Nisa barusan. Memang benar aku tidak tahu mengapa aku bisa memilih Adit untuk menjadi suamiku. Tapi aku tidak menyesalinya bahkan merasa sangat beruntung. Kehadiran Nisa membuat ku tidak kesepian sekarang. Tapi tiba-tiba Adit menelpon ku untuk sekedar menanykan aku sedang apa. Aku bilang saja kalau ada Nisa disini dan Nisa juga ikut berbincang kepada Adit sebentar.

Tak terasa sudah jam 10 aku ingat kalau ada jadwal pemotretan jam 11 nanti. Aku meninggalkan Nisa ke kamar untuk bersiap-siap meluncur ke kantor Adit. Nisa yang tahu aku akan ada pemotretan bersedia mengantarkan ku ke kantor. Aku pasti mengiayakan ajakannya karena bearti aku tidak perlu dijemput Dimas. Semua sudah rapi aku dan Nisa bergegas ke kantor.

Setibanya si kantor Nisa meninggalkan ku karena dia ada jadwal kuliah mendadak. Sepeninggal Nisa aku langsung menuju ke studio yang berada di lantai 14. Selama di lobby dan sampai ke studio para karyawan disini menyapaku dengan baik dan ramah. Aku sangat menyukai suasana keramah tamah di kantor ini.

"Hai Bos " Sapa Sani yang melihatku memasuki studio.

"Apaan si Bos Bos, gue Moza yes. Adit tuh yang Bos. Biasa aja ah San. Eh Adit mana ?". Tanya ku karena Adit belum datang ke studio.

"Lagi ada meeting bentar Za. Bos kan sok sibuk. " Jawab Sani.

Aku hanya tersenyum kemudian duduk di sofa ruangan ini. Aku merasakan sedikit pusing pada kepalaku. Padahal sejak pagi tadi aku tidak merasa apa-apa dan aku merasa baik-baik saja. Sambil menunggu kedatangan Adit aku beristirahat memejamkan mata sebentar. Semoga saja pusing ini secepatnya hilang.

"Baby." Ucap Adit lirih di telingaku.

Mendengar panggilan dari Adit aku membuka perlahan mata ku. "Ya Sayang. Kamu udah selesai meetingnya?".

"Udah kok. Kamu kenapa?".

Aku mencoba bangun dari sofa perlahan karena ternyata rasa pusing ku masih melanda. Aku meminta Adit untuk berdiri didepan ku namun menghadap ke depan sedangkan aku berada di belakangnya. Aku merebahkan kepalaku pada punggung Adit.

"Aku pusing banget, lemes lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pusing banget, lemes lagi. Padahal tadi pagi enggak apa-apa." Kataku lirih.

"Kita pulang ya Baby." Jawab Adit.

Adit menyuruh Sani untuk membatalkan pemotretan hari ini. Adit langsung menggendongku keluar dari kantor dan menuju ke apartement. Selama di mobil aku hanya merebahkan tubuh lemas ku. Aku sangat pusing dan lemas. Adit terlihat panik dengan keadaan ku sehingga dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di apartement.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang