Pelajaran hari ini cukup membuat otak ku terasa panas, bagaimana tidak seharian aku mencerna pelajaran yang banyak rumusnya. Sepertinya aku salah masuk jurusan. Sebaiknya aku tidak memilih jurusan MIPA, tapi semua sudah terlanjur.
Bel pulang berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas. Aku berpisah dengan Nisa. Ku langkahkan kakiku menuju parkiran. Ketika sampai diparkiran aku mendengar seseorang memanggil nama ku.
"Moza!". Suara lantangnya dari arah belakang mobilku.
Aku mendekati ke sumber suara. "Lu ngapain kesini? Sana balik!! Deket sama kamu tuh bikin sial"
"Gue nebeng ya, motor gue mogok." Dia mendekat ke arah diriku dan mengunci tubuhku dengan lengan kekarnya.
"Adit !. Lepasin. Sana pulang sendiri, mau motor lu mogok, ilang sekalipun itu bukan urusan gue ya. Awas!!". Aku mencoba mendobrak kunci lengannya Adit namun gagal karena kekuatan ku kalah kuat dari dirinya.
"Lu kalau gitu sexy deh Za." Godanya memegangi pipiku.
"Kurang ajar!!". Ku tendang juniornya menggunakan lutut ku. Hingga akhirnya aku bisa bebas dari cengkramannya.
Aku tertawa bahagia melihat raut wajahnya yang kesakitan dan memegangi juniornya yang sakit karena ku tendang.
"Kita impas Adit HaHaHa...". Aku berteriak dengan menjalankan mobilku menjauh darinya. Benar-benar bahagia rasanya dapat membalas perlakuan dia tadi pagi yang sudah menyobek lengan bajuku.
Sesampainya dirumah, aku menuju ke dalam kamar untuk berganti pakaian santai. Ku rebahkan tubuhku di atas kasur. Tertawa sendiri mengingat kejadian terakhir bersama Adit tadi di parkiran. Puas sekali aku rasanya mengerjai Adit, tapi kasihan juga juniornya aku tendang. Pasti dia sangat merasa kesakitan karena ulahku.Dirumah aku hanya sendiri, sedangkan Kak Sandi pulang nanti malam. Aku bosan berada dirumah sesepi ini, sepertinya aku akan pergi mengunjunginya di kantor. Aku berganti pakaian dan bersiap menjalankan mobil ku menuju ke kantor Kak Sandi yang berada di pusat kota Jogja.
Tatapan karyawan Kak Sandi tidak begitu remeh memandangku, apalagi mata keranjang yang liar melirik diriku. Tidak sopan sekali mereka memandangiku, belum tahu siapa aku sebenarnya Aku menghampiri meja resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan Kak Sandi, aku baru pertama menginjakan kaki di kantornya jadi ya belum tahu seluk beluk ruangan disini.
"Permisi Mba, Sandi nya ada diruangan mana ya?". Tanya ku kepada resepsionis yang lumayan cantik dengan pakaian resmi serba pink warnanya.
"Pak Sandi maksud anda Nona?".
"Maaf maksud ya Pak Sandi Zidno Prayogi. Aku baru pertama kemari jadi tidak tahu dimana ruangannya. Bisa kamu beritahu aku dimana tempatnya, aku ada keperluan mendesak."
"Apa Nona sudah membuat janji terlebih dahulu dengan beliau?". Tanyanya lagi dengan nada sedikit penekanan.
"Mbak, tolong bilangin sama Pak Sandi yang terhormat, seorang gadis bernama Moza Zidna Lestari Prayogi mencarinya dan sedang menunggu dia di lobby. Tolong ya mbak!!". Aku membalas dengan ucapan santai tapi ada sedikit penekanan di saat aku menyebutkan nama ku.
Resepsionis itu hanya diam tidak melakukan permintaan ku. Sepertinya dia terlalu patuh pada peraturan kantor yang dibuat oleh Kak Sandi. Peraturan yang membuat ku ribet untuk menemuinya, adiknya sendiri kalau ingin bertemu dengan Kakak kandungnya di kantor harus membuat janji terlebih dahulu. Aku memandanginya sinis ke resepsionis berbaju serba berwarna pink itu, hingga akhirnya aku melihat sosok pria yang bertubuh jenjang, berkulit putih, berwajah tampan dengan sedikit senyum yang mengembang di wajahnya.
Ku hampiri dirinya yang diikuti tatapan tajam dan sinis dari resepsionis tadi.
"Hai, Tuan Sandi Zidno Prayogi, CEO tampan dari Yogi propertis, anak sulung dari Bapak Prayogi Hutama yang sangat menyebalkan." Sapa ku kepada Kak Sandi yang sedang berjalan ke arah ku di depan resepsionis.
"Hai juga, Moza Zidna Lestari Prayogi, putri bungsu dari Bapak Prayogi Hutama pemilik Yogi Grup, gadis kecil yang nakal si adik dari CEO tampan pempimpin Yogi propetis. Ngapain kamu kesini HaH?". Kak Sandi menarik panjang hidungku hingga hidungku berubah warna menjadi kemerahan.
"Maaf kan saya Nona, saya tidak tahu kalau anda adik dari Pak Sandi." Potong si resepcionis tadi yang teeheran mendengar Kak Sandi memanggilku adik.
"Sudah tidak apa, dia memang baru pertama kemari jadi wajar kalau banyak orang tidak tahu siapa dia. Kembali lah bekerja dengan baik ya, Winda." Ucap Kak Sandi kepadanya.
Aku di ajak Kak Sandi ke ruanganya. Cukup besar juga ruangan ini. Lumayan jika untuk bermain basket disini. Kak Sandi kembali mengerjakan urusan kantornya, sedangkan aku hanya melihat-lihat isi ruangan ini dengan menikmati segelas lemon tea kesukaanku.
Kak Sandi itu memang pria yang menyebalkan dan galak, tapi itu jika dirumah saat bersama ku dan keluarga, sedangkan kalau di luar rumah dan sedang berduaan dengan diriku dia tidak menampakan raut wajah menyebalkan dan galaknya. Biar bagaimanapun dia tetap sayang kepada diriku."Za, kamu di sini belum dapat tawaran jadi model?". Tanya Kak Sandi dari balik meja kerjanya.
"Aku kan masih baru disini, rumah mode atau majalah belum tahu siapa aku, jadi ya gimana mau jadi model lagi." Jawab ku cuek dan asyik bermain handphone.
"Oke kalau gitu, abis dari kantor kita ketemu temen kakak ya. Dia lagi nyari model buat majalahnya."
"Ya, asal bayaran nya cocok boleh aja." Aku bangun dari tempat duduk ku dan menuju ke jendela di samping meja kerja Kak Sandi.
Tok...tok..tok..
Suara seseorang mengetuk pintu, yang ternyata adalah seketaris Kak Sandi. Dia menyampaikan pesan kalau ada seseorang yang akan menemuinya. Kak Sandi mengiyakan dan meminta tamu itu untuk masuk.
Aku tidak peduli dengan siapa yang datang, paling juga rekan kliennya. Biar saja aku disini toh aku tidak mengganggu.
"Asik nih ya, pantes betah dikantor. Ada yang cantik di sini." Goda pria itu dengan bersalaman kepada Kak Sandi yang kemudian duduk di depan meja kantor.
"Bisa aja lu, oya dia ini yang mau gue kenalin ke lu buat jadi model majalah. Pas semua kan?".
"Ya, pas si di kamera. Tapi belum lihat muka nya nih." Pria itu memandangi diriku.
Tiba-tiba aku dipanggil Kak Sandi untuk berkenalan dengan temannya.
Betapa terkejutnya aku ketika menoleh ke arah teman Kak Sandi yang terjadi pria yang sok cool dan menyebalkan itu.
"HAH. Adit ?". Seketika raut wajah ku langsun berubah melihat Adit yang menyebalkan itu. Dunia terasa begitu sempit kah, sehingga aku dengan mudahnya bertemu dirinya disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...