"Apaan sih Dit. Omongan mu itu enggak bener semua. Siapa juga yang pacaran sama mereka ? Bukannya kamu yang sibuk pacaran sama Rista?" Balasku.
"Alah, enggak usah bohong deh. Aku sering lihat Endra main kerumah kamu kan. Kamu juga sering jalan sama dia. Kamu pernah ciuman kan sama Endra. JAWAB MOZA !!" . Adit membentaku dengan sangat keras. Membuatku terkejut mendengarnya.
Aku menepis keras tangan Adit yang sedari tadi menggenggam erat. " Lepasin Dit !. Loh kenapa jadi aku yang dituduh ciuman sama Endra, bukannya kamu yang terang-terangan ciuman di parkiran sama Rista ? Kamu juga sering kan pergi sama Rista. Lembur ditemenin sama dia. Kamu lupa kalau kamu masih punya aku? Sampai-sampai harus Rista yang nemenin kamu lembur. Oya aku lupa Rista kan lebih bisa nyenengin kamu ya kan ?"
"Ya aku lembur ditemenin sama Rista. Itu karena kamu enggak bisa dihubungin. Kamu lebih milih pergi sama Endra. Sengaja kan kamu matiin handphone biar aku enggak ganggu kamu! Kamu aja bisa ciuman sama Endra kenapa aku enggak bisa cium Rista ?. " Adit tidak kalah dalam mengeluarkan nada tingginya ketika berbicara kepadaku.
Aku menarik napas dalam-dalam mencoba mengatur emosi ku agar tidak terlalu meledak. "Jadi gara-gara hanpdhone aku enggak aktif kamu langsung pergi aja gitu sama Rista. Kenapa enggak nyamperin aku ke rumah kayak biasanya ?. Aku enggak pernah sama sekali pergi sama Endra apalagi ciuman. Semua yang kamu tuduhin ke aku itu salah. Udah lah aku capek denger kamu ngebentakin aku mulu !!".
Aku pergi meninggalkan Adit yang masih tersulut emosi. Kepalaku mendadak pusing. Pandangan mataku sedikit kabur sehingga membuat diriku berjalan sempoyongan. Namun aku masih bisa mengontrol keseimbangan tubuhku. Aku masih mendengar Adit mengoceh dibelakangku. "Udah jelas kebukti ada pesan dari Endra kalau kamu abis jalan sama dia siangnya. Itu alasan kamu langsung pulang kan abis try out ? Karena kamu mau jalan sama dia. Aku baca pesan itu waktu nganterin kamu ke kamar karena kamu ketiduran di sofa waktu aku main kerumah mu. Kamu enggak bisa bohong Moza !!'. Udahlah akuin aja kamu selingkuh kan dibelakang aku ?".
Aku mendengar jelas perkataan Adit barusan. Aku tidak begitu ingat dengan apa yang dibicarakannya barusan. Aku tidak menggubrisnya karena kepalaku semakin pusing. Aku bersikeras menahan agar air mata ku tidak jatuh didepan Adit hanya karena masalah seperti ini. Suasana sekolah sudah terlihat lebih sepi. Sepertinya semua siswa sudah pulang. Handphone ku berdering, ternyata panggilan masuk dari Kak Sandi. Dia sudah ada di depan gerbang sekolah. Aku segera melangkahkan kaki ku agar lebih cepat. Ku lihat mobil merah milik Kak Sandi sudah menunggu, langsung saja aku masuk dan duduk disampingnya.
"Kamu kenapa Za lemes banget?'' Tanya Kak Sandi memperhatikanku.
"Pusing kak, efek ujian kali ya. Buruan Kak jalan". Pintaku.
Aku kembali merasakan pusing dan lemas yang lebih dari sebelumnya. Kondisiku sepertinya kembali memburuk apalagi setelah pertengkaran ku dengan Adit yang sangat menguras tenaga. Di dalam mobil aku memilih untuk memejamkan mata sebentar. Berharap ketika sampai dirumah aku sudah membaik.
Setelah sampai dirumah aku berkutik dengan handphone ku. Mencari setiap pesan masuk yang di bicarakan Adit tadi sewaktu disekolah. Pesan itu sekirannya masuk waktu hari dimana aku melakukan try out. Kurang lebih sudah hampir seminggu yang lalu. Ku cari satu per satu dan akhirnya ketemu.
Pesan itu masuk pada jam 9 malam. Dimana hari itu Adit berkunjung ke rumah dan bermain game bersama Kak Sandi. Seingat ku malam itu aku tertidur diruang tamu. Pagi harinya aku sudah berada dikamar. Aku sudah ingat dan paham semuanya. Jadi Adit membaca pesan dari Endra waktu dia merebahkan ku di atas ranjang. Pantas saja Adit marah dan curiga kepadaku karena isi pesan dari Endra yang bilang kalau hari itu aku habis pergi dengannya. Padahal kejadian sebenarnya tidak seperti itu. Memang Endra datang kerumah tapi aku tidak pergi dengannya. Semua gara-gara pesan singkat dari Endra kesalah pahaman ini bermula.
Pusing dikepalaku masih saja menyerang. Aku meminum obat kemudian beristirahat. Semoga saja setelah ini rasa pusing ku mereda karena aku akan kembali belajar untuk ujian hari esok.
"Moza. Bangun " Aku merasa kepala ku diusap lembut oleh seseorang.
Ku buka perlahan mataku menatap siapa yang telah membangunkan ku.
"Kak Nindira ?. Kakak kapan datang?" Tanyaku senang. Aku segera bangun dari tidurku. Melihat ke arah jam weker di sebelah ranjangku, saat ini sudah jam 6 sore. Cukup lama juga aku tidur siang.
Aku memeluk erat Kak Nindira. Aku tidak tahu kalau dia akan datang, karena Kak Sandi tidak bercerita kekasihnya kapan akan main kerumah.
"Aku datang tadi sore sama Sandi. Dia bilang ke aku kalau kamu akhir-akhir ini sering lemas dan enggak ceria lagi. Sandi khawatir sama kondisi kamu. Dia mau nanya langsung ke kamu pasti kamu enggak bakal jawab kan? Makannya dia minta aku buat ketemu sama kamu." Jelas Kak Nindira mengusap lembut rambutku.
Aku masih memeluk erat Kak Nindira. Aku sudah dekat pada kekasih kakak ku ini, jadi aku sudah sangat merasa nyaman. "Iya kak aku kena Anemi jadi lemas terus. Aku enggak ada masalah kok."
"Kamu bisa bohong kesemua orang Moza tapi enggak sama aku. Kamu lagi berantem kan sama Adit?. Cerita lah " Ajak Kak Nindira dengan bersuara lembut.
Kak Nindira memang sangat peka akan kondisi ku. Dia paham kalau aku sedang memiliki masalah. Kak Sandi mungkin tidak enak hati jika bertanya kepadaku dan pastinya kalau dia yang bertanya aku akan terus menyembunyikan masalah ini. Maka dari itu Kak Sandi meminta Kak Nindira untuk bertanya kepadaku. Dengan segala bujuk rayu dari Kak Nindira akhirnya aku mau membuka mulutku untuk bercerita semua masalah antar aku dan Adit. Kak Nindira mendengarkan dengan baik.
"Selesaikan secepatnya Moza. Semakin kalian menunda untuk menyelesaikannya akan semakin besar masalah yang akan muncul. " Ucap Kak Nindira. Aku hanya mengangguk mengerti akan apa yang dikatakan olehnya.
Setelah bercerita dengan Kak Nindira aku merasa sedikit lebih baik. Mungkin besok aku akan menyelasaikan masalah ini.
*******
Bel masuk berbunyi. Pengawas ujian sudah membagikan soal ujian hari ke-2. Saatnya untuk berkonsentrasi dalam mengerjakan soal ini. Aku sangat berhati-hati dalam mengerjakan setiap soalnya. 2 jam sudah berlalu. Bel selesai berbunyi. Semua siswa diminta untuk mengumpulkan lembar ujian kepada pengawas dan meninggalkan kelas ini untuk pulang.
Aku keluar dari ruangan ujian ini. Hari ini kepalaku sedikit membaik. Syukurlah jadi aku tadi bisa mengerjakan soal dengan baik. Aku berjalan menuju gerbang sekolah. Kali ini aku dijemput Kak Nindira, katanya selagi ada waktu senggang dia ingin menghabiskan waktu bersama ku. Di saat aku berjalan di koridor yang tidak terlalu ramai. Aku mendengar nama ku di panggil. Ku toleh sumber suara itu ternyata Bayu. Aku langsung mempercepat langkah ku. Malas rasanya jika harus bertemu dengan dirinya.
"Eh tunggu jangan kabur Za. " Bayu menghadang ku membuat aku terpaksa memberhentikan langkahku.
"Apaan sih. Awas dong gue mau balik nih!" Bentak ku. Aku menyingkirkan tangan Bayu yang berusaha menghalangi jalan keluar ku. Dia tertawa bahagia melihat diriku kesulitan keluar dari jeratannya.
PROK PROK PROK !!!
"Abis ujian enak ya berduan begini !". Aku menoleh ke arah suara.
"ADIT". Sontak aku terkejut dengan kehadiranya yang melihat ku pada posisi seperti ini. Sungguh posisi yang sangat tidak menguntungkan bagiku. Posisi dimana aku terlihat sedang menggenggam erat tangan Bayu sedangkan Bayu sedikit mendekatkan wajahnya kepadaku.
"Kemarin ciuman sama Endra, sekarang udah mau ciuman lagi sama Bayu. Hebat ya kamu bisa dapetin 2 cowok sekaligus." Adit tertawa terbahak melihat ku dengan tatapan sinis.
Aku mendorong Bayu hingga dia melepaskan genggamannya kepadaku. Aku beralih menatap tajam Adit " Ini enggak yang sebenarnya terjadi Dit. Aku enggak ciuman sama Bayu. Kamu tuh ya selalu aja berpikiran negatif sama aku."
"Loh, gimana enggak negatif coba? Emang sebenarnya gini kan kejadiannya. Kamu jalan dengan bebas sama Endra beberapa hari ini. 3 hari enggak ada kabar sama sekali lah ini abis ujian malah asik-asikan mau ciuman sama Bayu." Ucapnya ringan. Kali ini amarah ku memuncak dengan sangat cepat, membuat diriku hilang kendali. Adit sudah sangat keterlaluan karena terus menerus menuduhku yang macam-macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...