83.

8.8K 253 5
                                    

"Gue mau ngomong sama lu Dit" Kata Bayu memandang ke arah Adit.

Aku memandang ke arah Adit melihat ekspresinya. Adit terlihat tidak suka dengan ajakan Bayu tapi aku menyuruhnya untuk mau mengikuti ajakannya. Akhirnya Adit mau mengikuti saran ku.

ADIT POV.

Pengumuman ujian nasional tiba dihari ini. Aku melihat pengumuman bersama Moza dan ada Rista yang ikut dengan ku. Aku tidak suka dia ada di antara aku dan Moza tapi Moza selalu berbaik hati kepadanya. Tatapan Moza yang sinis kepada ku membuat aku harus menerima atas kehadiran Rista.

Aku melihat secara mendetail nama ku namun aku pertama kali melihat nama Moza yang terlihat jelas pada urutan pertama. Di ujian nasional ini Moza mendapat peringkat pertama sedangkan aku berada di peringkat kedua. Tidak masalah bagiku karena setidaknya aku masih mendapat nilai yang memuasakan dan kedua yang mengalahkan aku adalah gadis yang aku cintai. Sebelum kehadiran Moza di sekolah ini, aku selalu berada di peringkat pertama ketika ada ujian kenaikan kelas tapi setelah ada Moza aku tergeser.

Setelah melihat hasil dari ujian nasional aku dan Moza pergi ke kantin, ketika dikantin aku bertemu dengan Andi dan Nisa. Kami berempat menghabiskan waktu dikantin bersama dengan bercanda gurau. Ketika aku sedang asik bersama mereka aku melihat kehadiran Bayu yang berjalan ke arahku dan mengatakan ingin berbicara kepadaku. Sebenarnya aku tidak mau tapi karena Moza memberikan tatapan yang sinis ke arah ku akhirnya aku mau menurutinya.

Aku ikuti kemana Bayu akan pergi. Dia mengajak ku ke lapangan basket karena kondisi saat ini yang sedang sepi. Aku masih saja berdiri sedangkan Bayu terlihat santai dengan duduk di tengah lapangan.

"Ada apaan lu manggil gue ? Mau minta dibikin babak belur lagi?" Tanyaku dengan nada kesal.

"Selow dong Dit. Gue disini mau bahas soal yang di kafe kemarin." Bayu menyuruh ku untuk duduk, tapi aku malas mengikutinya.

"Udah buruan gue sibuk !". Ucapku kesal.

"Jadi gini, maksud gue manggil itu gue semalaman kepikiran sama omongan Moza tentang hubungan kita yang enggak akur gini. Kalau di hitung-hitung udah hampir 1 tahun gue berantem dan enggak pernah tegur sapa sama lu Dit. " Jelas Bayu.

"Terus ?"

Bayu menghela napas kemudian melanjutkan pembicaraanya. "Bener apa kota Moza, mau sampai kapan kita berantem gini. Gue akui sebenarnya yang mulai masalah ini itu gue. Andai dulu gue cerita ke lu tentang perasaan gue ke Rista mungkin semua ini enggak terjadi. Soal kelakuan gue yang di perpus sama Moza waktu itu, gue benar-benar khilaf. Waktu itu gue juga sempat kegoda sama Moza karena dia ternyata lebih segalanya dari Rista dan posisi gue itu udah putus sama Rista beberapa minggu yang lalu. Gue enggak punya rasa lebih sama Moza, gue cuman pingin ngejadiin dia bahan balas dendam ke lu, tapi gue sadar itu enggak baik dan enggak boleh diterusin."

"Jadi ceritanya lu baru sadar kalau selama ini yang salah siapa ?" Jawabku.

"Iya gue sadar semua berawal dari gue dan alasan gue ngajak lu kesini itu karena gue mau minta maaf sama lu. Gue tahu kalau lu susah buat maafin gue soalnya gue udah khianatin lu dan ngrebut gadis yang lu cintai dulu ditambah gue mau bikin Moza masuk ke dalam lubang setan." Ucap Bayu menghampiri ku dan menepuk bahuku.

Aku menjauhkan tangan Bayu. "Itu lu tahu. Tapi karena gue orangnya baik hati jadi okelah gue maafin lu tapi ada syaratnya"

"Apa?"

"Yang pertama lu enggak boleh lagi deketin Moza bahkan nyolek pun itu dilarang, yang kedua lu harus hadir di pernikahan gue sama Moza. Mulai sekarang lu resmi jadi sahabat gue lagi." Jawabku memeluk Bayu sebagai tanda bahwa aku sudah kembali berbaikan dengannya.

Bayu pun tersenyum kepadaku. Hari ini aku resmi menjalin persahabatan kembali dengan Bayu seperti dulu dan ini berkat Moza. Tiba-tiba handphone ku berdering dan itu adalah panggilan dari Sani dia memberitahu kepada ku kalau ada klien dari singapura yang datang ke kantor siang ini.

"Oke Bay. Gue ada panggilan dari kantor. Gue balik dulu ya sama Moza." Kataku.

"Dasar CEO SOK SIBUK LU !". Balas Bayu terkekeh.

Aku hanya tertawa mendengarnya kemudian aku kembali menghampiri Moza yang ada dikantin dan mengajaknya ke kantor bersama ku. Tentunya Moza mau menemaniku, karena pertemuan dengan klien ku ternyata beralih ke sebuah kafe di daerah malioboro.

Dari sekolah aku menuju ke apartemen terlebih dahulu untuk sekedar berganti baju. Aku tidak ingin bertemu dengan klien dalam kondisi mengenakan seragam sekolah, karena itu tidaklah sopan. Moza juga berganti pakaian untuk menemaniku. Semua sudah siap dan rapi saatnya berangkat ke kafe.

Sesampainya disana aku sudah ditunggu Sani. Dia menunjukan dimana tempat klien ku berada. Setelah mengetahui keberadaanya aku segera menghampirinya. Moza berada pada meja di seberang ku karena dia tidak mau ikut campur ketika aku sedang meeting bersama klien ku. Moza menyendiri dan hanya ditemani cokelat panas minuman kesukaannya. Saatnya untuk mengeluarkan tenaga untuk meeting siang ini.

Sudah 1 jam berlalu dan akhirnya aku selesai dengan kegiatan meeting yang melelahkan seperti ini, tapi aku harus dengan ikhlas menjalaninya karena ini adalah tanggung jawabku.
Aku meminta kepada Sani untuk kembali ke kantor, hari ini aku tidak pergi ke kantor karena aku akan menghabiskan hari ini bersama Moza. Sani pun tidak keberatan dengan permintaan ku, dia pun berlalu meninggalkan aku dan berpamitan dengan Moza.

Aku menghampiri Moza yang sedang bermain handphone. "Maaf ya Baby lama meetingnya. "

"Iya enggak apa-apa udah resiko punya pacar dan calon suami sibuk kayak kamu. Oya tadi dari pihak undangan ngabarin aku kalau undangannya udah jadi. Kesana yuk lihat hasilnya. " Moza mengajak ku untuk melihat hasil undangan yang sudah kita pesan, aku pun mengiyakan ajakannya.

Aku keluar dari kafe ini dan pergi ke tempat dimana aku mengurusi undangan pernikahan didaerah kota baru. Tak terasa hari pernikahan ku sudah 1 minggu lagi, sedangkan aku justru disibukan dengan berbagai pekerjaan dikantor yang sama sekali tidak bisa ku tinggal atau sekedar di handel oleh Sani. Semua harus aku yang turun tangan. Untung Moza sangat mengerti posisiku sekarang dan dia sangat sabar dan telaten dalam mengurusi keperluan pernikahan.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang