21.

17K 423 5
                                    

Dunia terasa berhenti berputar saat ini. Suara detakan jantung yang berpacu dengan kencang terdengar begitu jelas diruangan ini. Aku merasa canggung dan sekaligus bahagia. Setelah ini entah apa yang akan ku lakukan, tersenyum atau berlari aku benar-benar bingung.

Adit menyatukan dahi nya dengan miliku dan berkata "Moza. Percayalah aku sangat mencintaimu."

Aku hanya bisa diam seribu bahasa. Bingung harus menjawab bagaimana. Sebenarnya aku juga mencintainya tapi bibir ini terasa sangat sulit untuk mengucapkannya. Kali ini aku tidak bisa menahan seperti kemarin, aku langsung melumat habis bibir  miliknya. Ku cium rakus bibir milik Adit mencoba memberi kenikmatan yang lebih kepadanya. Adit yang mendapatkan ciuman dadakan dari ku sedikit terkejut tapi seketika dia langsung mengikuti permainan ini.

Aku melepaskan pautan bibir ku dan menjauhkan diriku darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku melepaskan pautan bibir ku dan menjauhkan diriku darinya. Aku pergi berlari meninggalkannya. Entah sikap ku kepadanya benar atau salah, aku terlalu gugup untuk membalas pernyataannya.

Sesampainya dikelas aku menenggelamkan wajahku di atas meja dengan posisi tangan menelungkup.

"Za, lu kenapa ?". Tanya Nisa dengan mengelus puncak kepalaku.

Aku tidak menjawabnya. Aku bukanlah tipe orang yang dengan mudah berbagi cerita kepada orang lain. Tak selang berapa lama aku kembali ke kelas bel pelajaran ke2 dimulai. Aku melihat Adit memasuki kelas dengan raut wajah berantakan. Aku tidak tahu dia telah melakukan apa semenjak kepergian ku dari gudang belakang tadi.

Pelajaran kedua adalah pelajaran seni budaya. Pak Daus lah yang mengajar. Beliau memberikan tugas agar siswa bergabung menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 orang anak. Untuk tugas yang akan diberikan yaitu musikalisasi, siswa diminta untuk berkreasi pada sebuah lagu yang digabungkan dengan sajak puisi yang jika dipadukan berubah menjadi satu harmoni yang indah.

Mendengar apa yang diperintahkan oleh Pak Daus semua siswa langsung berebut memilih teman sekelompoknya. Sedangkan aku hanya berdiam saja.

Nisa menggoyangkan pundak ku. "Woy Za. Lu ngelamun mulu. Kelompok kita udah siap nih."

"Ah ya. Gue ngantuk bukan nglamun. Siapa aja kelompoknya?", Jawab ku malas.

"Ada Lu, gue, Dimas sama Adit."

"Harus ya ada Adit. Enggak bisa yang lain apa." Aku melirik ke arah Adit yang berada disamping Nisa.

Adit yang mendapat lirikan dari ku hanya tersenyum biasa seolah tidak terjadi apa-apa antara dia dan aku. Semua kelompok sudah ada, saatnya untuk menentukan lagu dan puisi untuk ditampilkan.

Suara kelas menjadi ramai kalau pelajaran seni budaya. Tiba-tiba terdengar suara dari balik speaker kelas yang terpajang di tembok bagian depan.

'Pengumuman mohon bagi semua siswa kelas 3 agar berkumpul di aula saat ini juga. Akan ada pengumuman penting yang di sampaikan oleh kepala sekolah. Diharap ketepatan waktunya untuk segera hadir. Terima kasih'

Mendengar pengumuman barusan pelajaran di bubarkan. Koridor kelas langsung ramai oleh barisan para siswa yang berjalan menuju aula di lantai bawah. Entah apa yang akan di sampaikan kepala sekolah. Aula tiba-tiba ramai oleh para siswa yang sudah berkumpul. Aku duduk disamping Nisa. Bayu yang melihat ku duduk tak jauh dari posisinya menghampiriku. Dia mencoba untuk duduk di sampingku karena kebetulan masih ada satu bangku lagi yang kosong.

'Selamat pagi anak-anak. Saya anggap semua siswa kelas 3 sudah berkumpul di aula saat ini. Saya akan menyampaikan bahwa 5 bulan lagi akan di adakan ujian nasional tapi sebelum itu saya akan mengajak kalian semua untuk merileks kan diri agar lebih fresh dan siap dalam menghadapi ujian. Sekolahan kita akan mengadakan study tour ke Bali selama 3 hari. Saya minta kalian bisa ikut semua karena ini wajib, selain hanya bereksreasi kalian juga akan belajar tentang kebudayaan yang ada di Bali. Untuk pengumuman selanjutnya akan di jelaskan lebih detail oleh wali kelas kalian masing-masing. Terima kasih' Jelas panjang lebar dari Pak Kepala sekolah.

Sorak sorai gembira dari para siswa menggema di ruangan aula ini. Mereka sangat senang mendengar kabar baik yang baru saja disampaikan begitu juga dengan ku.

"Moza, nanti selama di bali hangout nya sama aku ya." Ajak Bayu dengan senyum mengembang.

"Bo..." Ucapku terpotong.

"Enggak boleh. Moza sama gue. Lu sama Nisa aja sono.!". Ucap Adit memotong pembicaraan ku dengan Bayu dan langsung menarik kursi di depan ku.

Aku bangun dari kursi ku dan akan beranjak pergi dari tempat ini. "Apaan si lu Dit. Posesif banget!!. Minggir lu gue mau keluar males kalau ada lu."

Adit sangat menyebalkan hari ini. Meskipun dia menyukai tapi tidak seharunya dia bersikap seperti itu.

'Belum jadi pacar ada udah posesif. Dasar cowok sinting.' Batinku

Aku pergi meninggalkan aula bersama Nisa. Selama di koridor Nisa menanyakan apa yang terjadi pada sikap Adit dan diriku. Terlalu malas untuk dijelaskan jadi aku hanya diam saja.

******

Siang ini cuaca kembali cerah meskipun tadi pagi sempat di guyur hujan. Aku sudah sampai dirumah. Terasa begitu lelah hari ini. Bukan karena pelajaran tapi karena lelah menghadapi sikap Adit.

Menyegarkan diri dengam bersantai di pinggir kolam renang menjadi pilihan ku untuk meredakan hatiku yang panas.

Menyegarkan diri dengam bersantai di pinggir kolam renang menjadi pilihan ku untuk meredakan hatiku yang panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disaat aku sedang bersantai, aku mendengar suara handphone ku berdering. Dari Sani ternyata. Kalau panggilan atau pesan darinya sudah pasti ini berhubungan dengan jadwal pemotretan. Benar saja aku ada jadwal untuk besok kembali bekerja bersama dengan Adit. Sebenarnya aku sedang malas bertemu dengan dia. Perasaan ku selalu tidak karuan rasanya jika bertemu dengannya. Jantung yang tiba-tiba berdetak lebih cepat, nafas yang semakin menderu, keringat dingin yang bercucuran keluar membasahi keningku, serta bibir yang seakan diam membisu. Ingin sekali aku berkata kalau aku juga menyukainya tapi rasa gugup selalu menerpa diriku saat di depannya.

Adit memang pria yang menyebalkan bagiku. Dia selalu membuat kejahilan dan berhasil membuat ku terkena hukuman karena meladeninya. Di satu sisi Adit merupakan pria yang baik, bertanggung jawab, mapan di usia muda dan pastinya tampan. Banyak wanita yang tergila-gila padanya dan berebut menarik perhatiannya.

'mungkin jika aku sudah tidak gugup berada di hadapanya, aku bisa mengungkapkan rasa yang sama pada dirimu, Adit.'

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang