46.

11.6K 292 8
                                    

Mentari pagi ini menyambut diriku dengan kehangatnya. Ku hirup harum embun yang menetes di dedaunan. Sejuk dan asri suasana disini. Setelah ku puas dengan udara pagi ini, ku langkahkan kaki memasuki kamar mandi untuk mengguyur tubuh ini dengan air dingin. Menyegarkan diri sebelum memulai aktifitas padat ku.

Semua keperluan sekolah ku sudah siap dan saatnya aku untuk menimba ilmu. Seusai sarapan bersama keluarga, aku menunggu jemputan Adit di balkon rumah. Suara mesin mobil memasuki halaman rumah ku. Terlihat sosok pria tampan membuka pintu  mobil dan menghampiriku. "Good morning Baby." Ucapnya.

"Morning Sayang."Balasku dengan tersenyum kepadanya. Kiss morning pada keningku tidak pernah absen diberikan oleh Adit. Hal yang sederhana namun sangat berkesan oleh diriku.

Aku dan Adit bersiap untuk berangkat ke sekolah. Di hari senin ini pastinya tidak boleh terlambat karena jika itu terjadi aku dan Adit akan menjadi tontonan di depan lapangan disaat para siswa lainnya sedang hikmat melaksanakan upacara pagi. Tepat jam 7 disaat bel berbunyi, aku sudah sampai di sekolah. Segera ku letakan tas pungung ku di bangku dan berjalan ke arah lapangan.

"Happy banget lu Za." Sapa Nisa yang melihat diriku menabar senyum sepanjang pagi ini.

"Iya dong. Eh nanti malam jam 7 lu datang ya. Gue ada acara." Balasku.

"Acara apaan?" Jawab Nisa.

"Gue mau tunangan sama Adit." Aku menghentikan langkah ku dan tersenyum kepadanya.

Nisa memeluk ku dan memberi ciuman pipi kanan dan kiri ku sebagai tanda selamat untuk ku. "Selamat ya Moza. Ikut seneng deh gue. Pasti gue bakal datang kok."

Aku senang karena Nisa akan datang ke acara pertunangan ku. Aku berbaris dengan rapi di barisan kelasku. Aku sengaja berbaris di bagian belakang karena aku tidak suka jika didepan, sedangkan Adit dia tepat disampingku di barisan siswa laki-laki. Upacara rutin setiap hari senin ini berjalan dengan hikmat dan selesai tepat pada pukul 07.30 pagi. Kini saatnya untuk mengikuti pelajaran pertama. Fisika, yang diajarkan oleh Bu Dira.

Disela-sela pelajaran Adit mengirimkan pesan lewat secarik kertas yang di berikan oleh Nanda teman di belakang ku. Ku buka isi pesan itu. Ternyata Adit bilang kalau setelah pulang sekolah Bunda akan mengajaku ke butik langganannya untuk mencari gaun yang akan aku kenakan nanti malam. Aku pun mengiyakannya dan tentunya aku senang karena ternyata Bunda begitu antusias dengan diriku yang akan menjadi menantunya.

Pelajaran selesai saatnya istirahat. Niat ku untuk mengisi perut di kantin bersama Nisa gagal karena Adit mengajaku untuk ikut ke lapangan futsal. Dia takut kalau Rista masih akan menghampirnya, karena aku tidak mau itu terjadi jadi aku mengiyakan ajakan Adit. Aku menunggu Adit yang sedang rapat bersama Pak Bowo dan tim nya di tempat duduk penonton yang tidak terlalu jauh dari jangkauannya. Selesai rapat futsal Adit menghampiriku, dia menyampaikan kalau dia harus latihan untuk tanding besok jadi dia tidak bisa mengikuti pelajaran selanjutnya. Aku di antar ke kelas olehnya.

Bel masuk berbunyi, para siswa kembali melanjutkan pelajaran selanjutnya. Jam demi jam ku lalui dengan memperhatikan pelajaran ini hingga tak terasa jam sudah menunjukan pukul 2 siang. Bel panjang berbunyi artinya jam sekolah berakhir. Aku merapihkan buku ku dan semua barang bawaan ku. Bersiap untuk pulang. Adit menghampiriku ke dalam kelas untuk bersiap mengantarkan ku bertemu dengan Bunda di butik langgananya.

"Yang, ganti baju dulu ya. Enggak enak pergi pakai seragam sekolah". Ajak ku ke toilet beranjak ke parkiran. Dia hanya mengangguk menuruti ku. Setelah berganti pakaian aku siap bertemu dan berbelanja dengan Bunda. Senang sekali pastinya bertemu dengan Bunda. Di perjalanan Adit menerima telpon dari Sani sang asisten di kantornya, Sani memberitahu kalau sore ini ada jadwal pemotretan. Adit lupa kalau dia belum memberi tahu Sani kalau malam ini akan ada acara pertunangan ku. Setelah Adit memberitahu Sani akhirnya jadwal pemotretan di cancel.

Aku kini sudah sampai di butik langganan Bunda Riri. Adit mengantar ku masuk ke dalam. Bunda yang melihat ku langsung berjalan mendekati dan memeluk ku. Adit tidak bisa ikut dalam acara belanja kali ini karena dia harus ke kantor menyelesaikan pekerjaannya.
Ternyata berbelanja dengan calon mertua itu menyenangkan tidak kalah menyenangkannya jika berbelanja bersama Mama. 2 jam sudah aku berada di butik ini bersama Bunda Riri. Gaun untuk nanti malam sudah ku dapatkan. Cantik dan elegant, warna nya sangat cantik tentunya jika sudah dipakai oleh diriku aku bisa semakin terlihat cantik dengan balutan gaun ini. Aku semakin tidak sabar menunggu acara nanti malam.

*******

Senja sudah datang menyambutku. Jarum jam terus berdetak. Jam 7 sudah semakin dekat dan waktu bahagia ku akan tiba sebentar lagi. Saat ini aku sedang bersiap diri untuk acara nanti malam. Gaun sudah melekat dengan indah di tubuhku, riasan make-up sudah menempel cantik di wajahku. Jantungku semakin berdetak tak berirama. Pintu kamar ku dibuka oleh seorang gadis cantik dan tinggi semampai. Dia menghampiriku dan menggenggam tangan ku erat. "Tenang lah Moza. Percaya jika semua akan berjalan lancar malam ini. Mantap kan hatimu dengan pilihan mu. Rasa gerogi itu sudah pasti ada. Aku juga dulu merasakannya. "

Aku menghela napas panjang dan meresapi ucapannya baik-baik. "Terima kasih Kak. Aku sudah mantap dengan pilihan ku. Semoga saja nanti malam berjalan dengan lancar".

Aku duduk di depan meja rias menatap diriku dalam. Aku masih belum bisa tenang dengan suasana saat ini. Pikiran buruk dan baik beradu menjadi satu di otak ku.
Kak Nindira mendekati ku merapikan riasan rambutku.

"Kak, apa benar kalau hubungan semakin mendekati ke jenjang yang serius semakin besar juga cobaannya? Apa Kak Nindira juga seperti itu dengan Kak Sandi, secara kalian sudah 1 tahun bertunangan." Tanya ku.

"Di kehidupan tentunya ada masalah dan cobaan Moza. Apalagi hanya dalam konteks hubungan kekasih tentunya itu pasti ada. Semakin kita serius dalam hubungan, masalah akan datang dengan sendirinya tapi kita harus bisa mengatasinya bersama. Memang tidak mudah menyelesaikannya karena kita harus menyatukan pikiran 2 orang untuk menjadi 1. Semua cobaan ataupun godaan akan terlewati dengan mudah apabila kita menghadapinya bersama dengan kekasih kita. Aku dan kakak mu sudah pasti merasakan san mengalami berbagai cobaan dan masalah yang silih berganti.

Moza, aku dan Kakak mu Sandi membangun hubungan ini dengan pondasi kejujuran, kepercayaan dan keterbukaan. 3 hal itu selalu aku tekan kan. Jika kita membangun pondasi yang kokoh, seberat apapun masalah yang akan kita hadapi kita pasti akan menghadapinya bersama pasangan kita sendiri Moza." Jelas Kak Nindira yang mengerti perasaan ku saat ini. Aku sedikit merasa lega dengan nasihatnya barusan tapi tetap saja rasa gerogi menghinggapi diriku hingga timbul rasa keraguan untuk melangkah ke jenjang yang serius bersama Adit.

Aku melangkah ke jendela kamar ku. Menatap jauh ke luar. Mencoba menenangkan pikiran ku dan memantapkan hatiku pada pilihan ku sendiri. Aku memang belum terlalu lama mengenal sosok Adit. Dia pria baru di kehidupan ku tapi dia sudah mampu membuat diriku berubah menjadi gadis yang lebih baik dari sebelumnya. Kepribadian pada dirinya, tingkah laku yang membuat ku tertawa setiap melihatnya, itu semua membuat ku selalu merasa jatuh hati dan membuat rasa itu semakin besar.

"Aku mencintai mu, aku percaya kepadamu. Ku buang segala keraguan di hatiku akan dirimu. Hati dan jiwaku sudah mantap untuk memilihmu menjadi calon imam ku. Aditya Tama Hermawan, aku siap menjadi calon istrimu dan Ibu dari anak-anak kita kelak." Batin Ku.

" Batin Ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang