9

18.5K 531 1
                                    

Aku menoleh ke arah suara yang memanggil diriku. Terlihat samar karena dirinya berdiri di tempat yang gelap. Ku perjelas pandangan ku tapi tetap saja tidak terlihat sosoknya, hingga dia melangkahkan kakinya untuk mendekati diriku.

"Moza.. Jadi lu kabur kesini?." Sapanya yang sok akrab, kemudian duduk di sampingku merebut putung rokok yang sedang berada di jari ku.

Dihisaplah rokok ku olehnya. Nisa yang melihat hanya bisa diam menikmatinya. "Balikin sini. Katanya CEO masak satu batang rokok aja gak mampu beli. Pake ngembat punya gue segala lagi." Aku mengambil paksa batang rokokku yang masih tersisa setengah.

"Bukan gue enggak mampu beli, cuman lebih enak bekas lu baby. Manis-manis gitu". Dia malah meneruskan menghisap rokok ku.

"Bisa enggak si kalian tuh enggak berantem kalau ketemu. Adit, Moza. Kalian udah pada gede masih kaya anak kecil. Berantem mulu. Udahlah aku mau pulang pusing liat kalian gini. Permisi." Nisa merasa kesal melihat diriku yang setiap bertemu dengan Adit pasti berantem, akhirnya dia meninggalkan aku dengan Adit di kafe ini.

"Nisa. Gue ikut." Aku beranjak bangun mengejar Nisa. Tapi naas tangan ku ditarik oleh Adit.

"Duduk sini. Kaya bocah aja sukanya ngintil !." Adit menarik diriku dengan paksa.

Sial, aku pergi karena dirinya malah sekarang aku malah bersama dirinya. Aku menemaninya dengan terpaksa karena dia mengancam ku dengan akan melaporkan kepada Kak Sandi kalau aku merokok didepan umum. Keparat memang Adit ini. Kak Sandi sampai detik ini tidak.menelpon ku atau hanya sekedar mengirimi ku pesan, sok sibuk sekali dia. Atau mungkin dia sedang bersenang-senang dengan perempuannya.

"Udah enggak usah cemberut. Abang lu masih dikantor barusan gue udah telpon dia kalau adik kecil nya udah berhasil gue temui. Ternyata bener ya apa yang dibilang abang lu, kalau lu tuh cewek badung pantesan lu dipindah kesini." Jelasnya dengan mengangkat kaki sebelah dan menikmati secangkir kopi pesenanya.
"Diem lu. Berisik aja!. Gue mau pulang."

"Ayo gue anterin." Adit bangun dari bangkunya dan menarik tanganku agar aku bergegas bangun dan mengikutinya.

"Ngapain lu. Gue kan bawa mobil. Udah enggak usah sok baik deh." Ku lepaskan tangannya dengan hentakan keras.

Aku melangkah dengan cepat meninggalkan Adit yang masih tersenyum miring kepadaku. Cowok keparat memang dia. Hari ini benar-benar hari sial bagi diriku. Oh tuhan kenapa aku harus bertemu cowok seperti itu.

Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamar. Perasaan ku masih kesal karena Adit. Aku segera memejamkan mata, tapi belum rapat mataku tertutup aku mendengar ketukan pintu kamar dan Kak Sandi masuk untuk menemui diriku. Dia menjelaskan kenapa dia malam ini baru pulang padahal saat ini malam sudah larut, ternyata dia lembur pekerjaan. Kak Sandi dengan kekehnya memaksaku untuk menjadi model di Tama mode milik Adit, beribu alasan dia keluarkan agar aku mau mengikuti permintaannya. Akhirnya aku mengalah untuk mengikuti keinginan Kak Sandi. Bukan karena itu perusahaan Adit aku jadi mau jadi modelnya tapi ini semua karena pemaksaan Kak Sandi yang mengancam ku akan memotong setengah uang jajan ku.

***
"MOZA !!!.. Bangun sudah jam 7.". Gedoran pintu dan suara lantang terdengar jelas dari balik pintu kamar ku.

"Iya aku bangun Kak". Jawab ku dengan teriakan yang tak kalah lantang darinya.

Hari ini aku kembali terlambat berangkat sekolah, saat ini sudah jam 7 dan parahnya aku belum mandi pagi. Segera aku bergegas mengambil tas sekolah dan kunci mobil.

"Moza, sarapan dulu." Pinta Kak Sandi yang sedang menikmati sarapan di meja makan.

"Enggak sempet. Moza berangkat Kak." Aku meninggalkan Kak Sandi dengan berlari menuju parkiran.

Aku lajukan mobil dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di sekolah. Aku tahu pintu gerbang sudah di tutup pasti, tapi aku punya cara untuk tetap bisa masuk sekolah. Sesampainya di sekolah aku memakirkan mobil ku di dekat gedung sekolah, berhubung sekolah ku dekat dengan tempat cucian mobil jadi aku putuskan untuk menitipkan mobil ku disana. Berlari secepat mungkin menuju ke sekolah, lebih tepatnya ke pagar belakang sekolah.

Situasi dan kondisi di sekeliling terlihat aman, saat nya aku beraksi. Ku angkat rok ku ke atas sampai batas paha, ku lompatkan kaki jenjangku untuk melompati pagar sekolah ini. Untung saja sekolah ini mempunyai pagar yang tidak terlalu tinggi.

TAP.

Kaki ku mendarat dengan sempurna. Ku rapihkan baju seragam ku yang sedikit berantakan karena lompatan tadi. Segera ku langkahkan kaki ku menuju ke kelas. Belum jauh langkahku bergerak, aku mendengar suara orang di belakang ku.

"Moza!".

Aku berhenti dari langkahku. Mencoba mencerna siapa pemilik suara tersebut. Ku tengok ke arah sumber suara. "Ngapain lu?".

"Ketahuan lu ya lompat dari tembok belakang sekolah. Ngaku lu!". Dia mendekat berdiri tepat di depanku dengan jarak yang begitu dekat.

"Emang lu kagak! Awas!!." Aku mendorong dada bidangnya agar menjauh dari hadapan ku.

Tak ku hiraukan Adit yang berdiri Di depanku. Jam tangan sudah menunjukan 07.20, segera aku berlari kelantai 2 menuju kelasku. Pelajaran hari ini adalah Biologi dan parahnya gurunya itu sangat kiler. Habis sudah hari ini aku. Menarik napas dalam sebelum aku memasuki kelas.

"Permisi Pak."

"Teladan sekali murid yang satu ini ya, jam segini baru masuk kelas. Moza, sudah 4 bulan kamu sekolah disini tapi selalu saja kamu telat." Oceh Pak Wandi selaku guru biologi, yang sangat terkenal menjadi guru paling disiplin di sekolah ini.

Aku hanya diam mendengar ocehannya yang membuat kuping ku panas sepagi ini. Belum selesai Pak Wandi menceramahi, Adit menyusul diriku masuk kelas dan disambut dengan ocehan Pak Wandi juga. Finally, aku dan Adit tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran ini dan harus dengan lapang dada menerima hukuman membersihkan kamar mandi bersama. Ingin rasanya membangkang hukuman ini, tapi apa boleh buat daripada aku mendapat hukuman yang lebih parah.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang