50.

11K 289 5
                                    

2 jam sudah ku lalui dengan rasa khawatir dan ketakutan akan kondisi Adit, tapi Bunda Riri selalu menenangkan ku. Akhirnya Adit keluar dari ruang operasi dan di bawa ke ruang inap di lantai 4 bersama suster. Kondisinya masih belum sadar karena dia masih terpengaruh anestesi yang diberikan Dokter. Aku beserta keluarga yang menunggu disini termasuk Kak Sandi dan Endra ikut ke ruang inap Adit.

"Pasien Adit masih belum sadarkan diri. Jika ada yang ingin menengok itu hanya untuk 1 orang saja ya." Ucap suster kepada kami semua yang berada diluar ruangan.

Bunda memberi ku ijin untuk menemui Adit dan menunggu sampai dia sadar didalam. Menit demi menit kulalui menunggu kesadaran Adit. Aku menatap dalam raut wajah Adit yang terlihat tenang. Ku genggam erat tangannya yang sedikit terasa dingin. "Sayang, bangun dong lama banget sih meleknya!. Bangun dong Yang. Awas ya kamu kalau 5menit lagi enggak bangun aku mau nyari yang lain." Ucapku dengan nada kesal dan menahan air mata agar tidak jatuh kembali membasahi pipiku dan berharap Adit mendengar ucapanku.

Masih belum ada respon semenjak aku berkata seperti itu. Aku tidak tahu sampai kapan pengaruh obat bius ini hilang. Aku merebahkan kepala ku pada tangan Adit. "Belum ada 5 menit kan, Baby ?". Ucap Adit dengan suara lirih dan tangannya perlahan bergerak.

"Adit !". Aku yang melihat Adit sadar langsung saja memeluknya dengan erat. Aku takut dia akan mati karena dioperasi.

"Aku udah bangun jadi kamu jangan nyari yang lain lagi ya, Baby." Valas Adit dengan tertawa pelan mengusap pucuk rambutku.

Aku masih erat memeluk dirinya. "1 menit lagi kamu enggak bangun aku bakalan bener-bener cari lagi. I Love You Adit."

"I Love You To, Baby. Udahan dong nangisnya. Basah ini baju ku." Jawabnya menyebalkan. Tapi aku senang karena Adit akhirnya sudah sadar. Aku segera keluar untuk memanggil Dokter untuk memeriksa keadaan Adit sekarang. Syukurlah keadaan sudah membaik pasca operasi namun menurut Dokter Adit masih harus menginap disini 3 - 4 hari lagi. Untuk kebaikan Adit kita pun mengiyakannya.

Tak terasa hari sudah gelap. Aku melihat jam  di tangan kiri ku yang sudah menunjukan pukul 8 malam. Aku meminta ijin Kak Sandi untuk menginap menemani Adit disini. Kak Sandi mengijinkan ku dengan syarat aku tidak boleh telat makan malam. Kak Sandi akhirnya pulang setelah bertemu dengan Adit. Kini di rumah sakiy hanya ada aku, Adit dan Endra. Bunda Riri dan Papa sudah pulang jam 7 malam tadi karena mereka ada urusan kerjaan dan mereka menitipkan Adit kepada diriku. Dengan senang hati aku menjaga dan merawat calon suamiku.

Adit mengenalkan ku lebih jelas siapa Endra. Ternyata dia adalah sepupunya yang tinggal di Malang dan sedang libur kuliah sehingga dia pergi berlibur ke Jogja, niat hati ingin menghabiskan waktu liburannya bersama Adit namun itu harus tertunda karena Adit terkena cedera. Adit yang tahu diriku belum makan sejak tadi siang menyuruh Endra untuk menemaniku makan malam, karena paksaan Adit akhirnya aku mau menurutinya. Aku dan Endra makan di kafe dekat rumah sakit. Aku tidak ingin terlalu lama meninggalkan Adit jadi ku pilih tempat makan yang jaraknya paling dekat dari rumah sakit.

"Denger-denger kamu udah tunangan sama Adit ya kemarin?" Endra membuka percakapan kepadaku.

"Iya" Jawabku singkat.

Endra tidak melepaskan pandangannya kepadaku dan sesekali dia tersenyum menggoda kepadaku. "Kamu cantik. Kenapa mau sama Adit?".

Aku yang melihat gelagatnya dan mendengar ucapanya barusan langsung mempercepat menghabiskan hidangan makan ku. "Gue udah selesai." Aku berdiri dan meninggalkan dia yang masih duduk menatapku.

Aku merasa risih dengan tingkah laku Endra barusan. Aku tidak memperdulikan dia ada dibelakang ku atau tidak, toh aku bisa kembali ke rumah sakit sendiri. Aku tidak ingin Adit menunggu ku terlalu lama dan berpikiran yang negatif kepadaku.

*******

Genap sudah 4 hari Adit di rawat di rumah sakit. Selama itu juga aku selalu siap siaga menunggu Adit dan merawatnya disini. Setiap pulang sekolah atau pulang dari pemotretan di kantor Adit aku langsung bergegas kesini. Sebelum pulang Dokter memeriksa semua kesehatan Adit. "Ini saya gunakan tongkat penyangga lutut untuk membantu pasien Adit berjalan dan untuk perawatan dirumah usahakan setiap 2 jam di kompres air dingin selama 20 menit ya. Jadwal kontrol 2 minggu lagi. Semoga lekas sembuh ya." Ucap Dokter, aku dan Adit pun mengiyakan apa yang di nasihati oleh beliau. Setelah semua selesai aku pun meninggalkan Adit.

Hanya ada aku dan Adit didalam mobil. Orang tua Adit tidak bisa ikut menjemput karena mereka saat ini sedang ada diluar kota. Adit yang hanya menjadi penumpang di dalam mobil selalu mengeluarkan ocehannya yang membuat ku pusing namun aku menyukainya. Sebenarnya niatku ingin membawa Adit ke rumah namun dia tidak mau dan memaksaku untuk ke apartemennya saja.

Mau tidak mau aku harus menurut dengan ucapannya. Sampai juga akhirnya di apartement, aku memakirman mobil Adit dan memapah dengan pelan tubuh Adit ya karena dia tidak bisa berjalan dengan normal karena cedera yang di dapatkanya. Memang resiko seorang pemain futsal atau sepak bola jika terkena cedera namun aku merasa kesal dengan lawan mainnya yang waktu itu menendang Adit sampai membuatnya seperti ini.

"Ya ampun kamu kasihan banget si sayang. Sakit ya?" Ucapku melihat Adit kesulitan berjalan karena menggunakan penyangga lutut di kakinya."

Adit mempererat pelukannya kepadaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adit mempererat pelukannya kepadaku. "Aku lebih sakit kalau kamu di ambil orang Baby. "

"Itu enggak bakal terjadi. Kalau pun orang itu nekat ambil aku dari kamu bearti dia siap di habisin sama kamu." Aku mengecup bibirnya. Sudah lama juga aku tidak seperti ini. Padahal biasanya setiap hari bahkan setiap menit aku selalu mendapatkannya.

Sampai dikamar aku membantu Adit merebahkan dirinya di ranjang dan menopang lututnya menggunakan bantal. Aku bermanja dengannya meskipun kondisi Adit seperti ini namun tidak mengurangi rasa kasih sayang antara aku dengannya bahkan membuat rasa ini lebih dan lebih dari biasanya.

Disaat aku sedang bercanda dengan Adit tiba-tiba ketukan pintu dari luar menggangguku. Aku pun membukakannya. "Endra?". Sapaku.

"Ada apa kamu kesini?" Tanyaku.

Andre bersandar di ambang pintu memandangku dan sesekali melihat ke sekeliling ruangan. "Aku pingin ketemu kamu."

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang