PLAK !!
"Lu apain Moza hah? Gila lu ya " Adit menampar Rista dan menariknya menjauh dari tubuhku. Sedangkan aku langsung saja di peluk oleh Nisa yang ada disampingku.
"Dia pantas dapetin perlakuan gitu Dit. Dia udah ambil lu dari gue" Jawab Rista dengan suara yang tak kalah lantangnya dari Adit. Semua siswa menonton adegan ini. Wajah Adit sudah sangat terlihat marah dibuatnya. Emosi terlihat meletup-letup pada dirinya. Aku merasa malu dengan keadaan ku saat ini karena seragam ku bagian atas terbuka tapi untunglah Andi memberikan jaketnya kepadaku untuk ku pakai. Dia memang selalu mengenakan jaket meskipun di dalam sekolah.
Aku mendekati Adit dan menatap matanya dalam memberi pengertian akan semua kejadian ini. Mencoba meredamkan emosinya lewat tatapan ku. Meski Adit terlihat sangat sulit untuk meredam emosi tapi akhirnya dia mau menuruti keinginan ku untuk menjauhi Rista sekarang. Aku pergi meninggalkan kantin dengannya, sedangkan Rista selalu mengoceh mengeluarkan segala ucapan yang membuat kepalaku sakit.
Aku sekarang berada didalam kelas bersama Adit. "Udah tenang?". Sapa ku mengelus bahu Adit.
"Gimana bisa tenang liat pacarnya di gituin didepan umum sama cewek sinting?. Gila beneran Rista tuh !". Amuk Adit dengan menggebrak meja. Untung saja suasana kelas sepi karena penghuni kelas ini pergi mengurusi kegiatan masing-masingnya.
"Dia cewek loh Dit. Kamu mau bikin dia remuk kaya Bayu juga?. Kalau Rista itu aku kamu tega remukin badan nya ?"
"Tapi kan beda Baby. Ah kamu mah bisa aja belain dia" Gertaknya mengacak-acak rambutnya.
"Aku enggak belain dia. Aku tahu dia salah tapi yaudahlah kalau diterusin makin jadi. Masalah baju aku kan bisa beli lagi dikoperasi lagian enggak sampe keliatan kok dalemannya. Jadi tenang ya enggak ada yang liat kok." Balasku tersenyum kepada Adit. Namun dia tetap saja dengan wajah kaku nya karena emosi yang belum mereda dari dirinya. Membutuhkan kesabaran ekstra dan berbagai rayuan agar Adit kembali pada mood yang baik.
30 menit sudah bel istrihat berbunyi, kini saatnya untuk mengerjakan soal try out ke-2. Selama itu jugalah aku menenangkan Adit dan setidaknya berhasil meski rasa kesal masih menghinggapinya. Aku tidak tahu Rista akan melakukan hal semacam itu. Aku terlalu malas untuk berdebat dan membalas perlakuan konyolnya, sebenarnya aku bisa melakukan hal yang lebih dari apa yang dia lakukan tapi aku malas karena kalau aku membalasnya bearti aku juga sama dengan nya.
Try out hari ini akhirnya telah selesai. Aku tidak ikut ke kantor bersama Adit. Aku merasa lelah ingin rasanya merilekskan diri di atas ranjang. Aku diantar pulang oleh Adit, sesampainya dirumah Adit kembali ke kantor untuk melakukan tugasnya.
Rumah terlihat sepi, ya karena hanya ada aku seorang. Disaat aku akan melangkahkan kaki ke kamar ku. Aku mendengar bel rumah berbunyi. Entah siapa yang datang sore begini, kalau Adit itu tidak mungkin karena dia baru saja jalan ke kantor.CEKLEK !
"Hai?". Sapanya tersenyum merekah dan memberiku sebuket bunga mawar.
"Ada perlu apa ?" Jawabku cuek.
"Gue kangen sama lu Moza, jadi ya gue kesini. Kok enggak diterima si bunga nya?". Menyelonong masuk ke dalam rumah melihat-lihat sekeliling kemudian duduk di sofa ruang tengah.
"Mau apa lagi dia kesini". Umpat ku menutup pintu dan berjalan ke arahnya.
Tamu itu adalah Endra, ya sepupu Adit yang dengan terang-terangan berkata kepadaku kalau dia menyukai ku. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan sehingga datang ke rumahku. Sebagai tuan rumah yang baik hati, aku membuatkan minuman kepadanya. Endra masih betah diam dirumah ku padahal aku selalu mengacuhkan dirinya. Tak terasa sudah 2 jam dia disini. Aku merasa risih karena Endra dari tadi tidak hentinya mengajak ku bicara. Aku menelpon Adit untuk memberitahu keberadaan Endra disini dan agar Adit datang kerumah ku namun handphonenya tidak aktif.
Saat ini jam sudah menunjukan pukul 6 sore. Aku benar-benar bosan berduaan dengan Endra. Kak Sandi juga tidak kunjung pulang.
"Ndra, sorry ya udah sore banget. Gue mau istirahat. Lu pulang aja ya" kataku.
"Baiklah, gue udah diusir sama bidadari hati gue. Ok gue bakal balik. Miss you Honey". Endra melenggangkan kaki menuju ke pintu tapi dia sempat berhenti didepan ku untuk mencium bibirku.
"Kurang ajar". Aku mendorong tubuhnya hingga dia sedikit menjauh, tapi Endra hanya tersenyum picik kepadaku.
Setelah itu dia dengan entengnya melenggang pergi keluar rumah. Semalam mimpi apa aku hari ini banyak sekali kejadian yang menguras emosi. Aku bergegas kedalam kamar mandi untuk menghilangkan kesal ku dengan berendam air hangat. Cukup lama juga aku berendam didalam kamar mandi. Ketika aku keluar aku terkejut karena ternyata ada Adit yang sedang merebahkan dirinya diatas ranjang.
"Kamu ngapain disini?". Tanya ku menyolek tubuhnya.
"Kangen." Balas Adit singkat.
"Ih bukan itu. Kok bisa masuk si kan dikunci rumahnya"
"Aku pulang bareng sama Sandi. Tadi dia minta jemput, yaudah sekalian aja aku kesini." Jawabnya menarik tubuhku lalu mencium bibir ku.
Perubahan mood dalam diri Adit memang kadang cepat kadang juga lama. Tergantung seberapa lama dirinya sadar. Tapi untuk hari ini mood dia kembali dengan cepat karena dia sudah tidak kesal dengan kejadian tadi pagi disekolah. Masalah Endra yang datang kerumah aku akan membicarakannya esok saja. Aku tidak ingin Adit kembali dalam mood yang buruk.
Aku menyuruh Adit untuk keluar karena aku akan ganti baju. Setelah selesai ganti baju aku menemuinya di ruang tengah. Adit sedang bermain game bersama Kak Sandi dan keliatannya seru. Aku ikut bergabung bersama mereka, menghabiskan malam ini bersama dengan kedua pria yang aku sayangi ini.
Aku menjadi pendengar setia disini karena mendengarkan obrolan antara Kak Sandi dengan Adit yang membahas masalah game atau kadang-kadang membahas masalah pekerjaan. Hingga akhirnya rasa kantuk menyerang mataku. Aku merebahkan tubuhku di sofa dan perlahan mataku terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...