5.

22.9K 656 4
                                    

Jam 07.10

Aku tergesa-gesa berlari menuju ruang kelas ku. Sialnya ruang kelasku berada di lantai dua dan paling pojok dari deretan kelas ini, membuat aku harus berlari lebih kencang untuk masuk ke kelas. Aku tahu saat ini aku sudah terlambat sepuluh menit dari waktu seharusnya aku masuk.

"Permisi Bu, maaf saya terlambat." Aku masuk dengan suara yang masih tersengal karena lelah berlari.

"Kamu anak baru itu kan ?. Apa kamu tidak dikasih tahu jam berapa bel masuk berbunyi?". Suara ketus dan tatajam sinis memandangi diriku.

"Maaf bu, tadi ban mobil saya bocor, jadi saya terlambat." Jelas ku dengan menundukan kepala.

"Alasan klasik. Sudah kamu tidak bisa mengikuti pelajaran saya. Silahkan kamu keluar dan berdiri di bawah tiang bendera di lapangan sana. Kamu boleh masuk setelah pelajaran saya selesai." Ucapnya dengan menggandeng diriku keluar kelas menuju lapangan.

Sial, hari ini aku dapat hukuman hanya karena terlambat. Biasanya kalau aku terlambat di sekolah dulu, tidak pernah mendapat hukuman seperti ini paling hanya di ceramahi panjang lebar sehingga membuat kupingku panas. Sudah sepuluh menit aku berjemur di teriknya matahari pagi ini. Syukurlah fisik ku kuat jadi tidak mudah pingsan saat terkena matahari.

"Anak baru?". Sapa seseorang dari sampingku.

Aku hanya meliriknya saja. Tidak berminat untuk menjawabnya. Rasa kesal masih ku rasakan karena di beri hukuman seperti ini oleh Bu Dira.

"Kayaknya sekarang gue punya temen berjemur disini setiap pelajaran Bu Dira.". Ucapnya lagi.

"Siapa juga yang mau jadi temen lu!", Jawab ku ketus.

"Kamu lah Moza. Benerkan itu nama lu ?". Dia melirik ke name tag yang ku pakai di seragam.

"Sok kenal banget!.". Jawab ku acuh.

"Yaudah daripada dibilang sok. Kita kenalan aja. Nama gue Adit Tama Hermawan. Panggil aja Adit." Adit menyalami diriku.

"Moza." Aku membalas salaman darinya, namun belum bersentuhan tangan ku dengannya dia sudah menariknya kembali.

Kurang ajar, tidak sopan sekali dia. Ingin berkenalan dengan ku tapi dia sok acuh kepadaku dengan menarik tanganya dulu sebelum tangan kita saling bertemu. Dia tertawa bahagia melihat ekspresiku yang terlihat cengo dibuatnya. Menyebalkan sekali Adit ini. Lihat saja balasan dari diriku.

Bhuk..

"Aduh..". Adit mengaduh kesakitan karena ku pukul tangannya.

"Cowok kok gitu aja ngrintih. Cemen !!". Ejek ku

"Gila lu tuh preman ya. Keras banget pukulannya." Adit mengelus tangannya.

Aku yang melihat dia kesakitan hanya tersenyum bahagia. Akhirnya kamu merasakan pukulan ku. Ini belum seberapa, kalau kamu macam-macam dengan ku lihat saja kedepannya apa yang aku lakukan.

"Moza. Sakit tahu. Awas ya lu habis hukuman ini selesai gue bales pukulan tadi!." Ancam Adit.

"Enggak takut tuh.". Aku menjulurkan lidah mengejeknya.

Kaki ku semakin pegal karena berdiri terus menerus selama kurang lebih dua jam di lapangan ini. Panas matahari semakin terik membuat tubuhku berkeringat banyak. Benar-benar sial aku sekolah disini. Ingin rasanya aku kembali ke sekolah ku yang dulu. Aku mendengar suara hentakan sepatu pantopel mendekati diriku. Benar saja itu adalah hentakan kaki dari Bu Dira yang menghampiri ku dan Adit dan menyatakan kalau hukuman ku sudah selesai. Langsung saja aku menuju ke ruang kelas karena sudah tidak tahan ingin rasanya aku menempelkan bokongku di bangku.

"Ett.. Mau kemana? Jangan buru-buru". Adit menarik lengan baju ku, sehingga membuat aku berhenti.

"Lepasin kampret. Kalau ditarik gini bisa sobek!". Aku mencoba melepaskan genggamannya.

"Sini lah main-main dulu sama gue. Kita kenalan dulu, Moza?". Adit mendekati diriku.

Aku menarik paksa diriku dari genggamannya tapi naas sesuatu terjadi padaku.

"SIALAN!. Lengan baju gue sobek. Ini semua gara-gara lu." Lengan baju ku sobek sampai kira-kira 4cm panjangnya.

"Ups Maaf. Impas ya kita." Adit meninggalkan ku yang sedang kesal karena kelakukanya barusan.

"Adit, tunggu pembalasan gue !!". Teriak ku lantang tapi hanya mendapat seringai senyum tipis dari Adit.

 Teriak ku lantang tapi hanya mendapat seringai senyum tipis dari Adit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Benar-benar sial aku tinggal di sini. Aku harus bersekolah dan lebih parahnya satu kelas dengan cowok semacamnya. Omongan ku mengenai aku sedikit menyukainya aku tarik dari bibirku. Ternyata Adit lebih menyebalkam dari tampangnya. Aku tidak akan tinggal diam, harus ada pembalasan dariku biar kamu tahu siapa Moza sebenarnya.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang