Sudah seminggu hukuman skrosing ku. Saatnya aku untuk kembali ke sekolah. Pagi ini aku sarapan sendirian, karena Kak Sandi sedang di Jakarta mengunjungi Ayah dan Mama. Awalnya aku ingin menginap dirumah Nisa, tapi itu tidak diperbolehkan. Kalau aku pergi siapa yang akan menjaga rumah.
Ku lirik jam dinding di depan ku. Jarum jam menunjukan pukul 06.50 pagi. 10 menit lagi bel masuk berbunyi, aku harus segera sampai kalau tidak ingin terlambat. Sampai di sekolah ternyata gerbangya sudah di tutup, pantas saja sudah jam 07.05 pagi. Seperti biasa gerbang belakang sekolah menjadi incaran ku. Aku mengambil ancang-ancang untuk melompati pagar ini.
"Aduh duh.." Tiba-tiba ada yang menarik tas punggung ku ketika aku sudah siap melompat.
Ku tengok siapa pelakunya dan siapa lagi kalau bukan ADIT. Pria menyebalkan yang selalu saja menggangguku. Selain diriku ternyata dia terlambat juga. Kalau dia memang sudah menyandang predikat siswa terlambat.
Sialan, Adit menarik tas ku karena dia ingin melompati pagar ini duluan. Dia sudah berhasil mendahului ku sedangkan aku tertinggal di belakang. Punggung Adit sudah terlihat menjauh dari hadapan ku. Pendaratan kaki ku berjalan dengan mulus, segera aku berlari sekuat tenaga agar sampai di kelas. Pagi ini adalah pelajaran Bu Dira, beliau paling anti dengan siswa yang terlambat.
Dengan nafas yang tergopoh-gopoh ku ketuk pintu kelas ini. "Permisi Bu Dira. Maaf saya terlambat." Ucap ku.
"Kamu lagi Moza ! Kamu sudah terlambat 10 menit. Silahkan keluar dan jangan ikuti pelajaran saya". Jelas Bu Dira dengan mengarahlan jari telunjuknya ke arahku.
Aku sudah tahu hukuman yang aku terima pagi ini. Baiklah aku akan pergi meninggalkan kelas ini. Sebelum melangkahkan kaki keluar kelas, aku melihat Adit yang. tersenyum puas melihat aku mendapatkan hukuman seperti ini. Adit hanya terlambat 5 menit, bagi Bu Dira itu masih bisa dimaafkan dan diperbolehkan untuk mengikuti pelajarannya.
Lapangan basket menjadi tempat tujuan ku menghabiskan waktu pelajaran Bu Dira. Mendribel bola basket adalah kesenangan ku.
Seseorang mendekati diriku yang tengah asik bermain demgan bola basket. " Kamu jago juga main basket."
Dengan reflek aku menoleh ke arah sumber suara. "Ah Bayu. Biasa aja kok. Gue mah enggak sejago lu, secara lu kapten basket disini."
Akhirnya aku dan Bayu berbincang-bincang sambil bermain basket di Bawah langit yang sedikit mendung pagi ini. Bayu pria yang baik dan seru diajak ngobrol. Dia salah satu siswa kebanggaan sekolah ini selain Adit. Sebagai kapten tim basket tentunya dia memiliki banyak penggemar seperti Nisa salah satunya. Nisa suka sekali melihat Bayu bermain basket, kalau lagi ada tanding basket antar sekolah Nisa tidak pernah absen untuk menontonnya. Bukan pertunjukan yang dia tonton tapi Bayu.
Rintik gerimis turun dengan syahdu membasahi bumi. Meski turun gerimis aku tetap bermain basket dengan Bayu. Masalah seragam basah aku tidak begitu memperdulikannya toh ini hanya gerimis ringan. Tak terasa gerimis berubah menjadi guyuran hujan yang deras. Aku dan Bayu berlari meneduhkan diri ke pinggir lapangan. Seragam ku sedikit basah. Bayu dengan berbaik hati memberikan jaketnya untuk ku kenakan, namun aku menolaknya. Bayu tetap memaksa memberikannya kepadaku dan aku harus menerimanya. Dia memakaikan jaket nya ke tubuhku namun...
"Pake jaket gue aja." Adit menepis jaket Bayu dan menarik diriku ke pelukannya.
"Apa-apan si Dit. Dateng-dateng rusuh." Jawab ku ketus.
"Diem !!. Bayu ini gue balikin jaket lu." Adit mengembalikan jaket Bayu dengan wajah kesal.
Bayu menerima jaketnya dan berkata sambil menatap sinis Adit yang tak jauh di hadapannya. "Lu kenapa si Dit, orang moza nya aja selow kok lu yang ribet."
"Berisik lu. Awas !". Adit menyenggol bahu Bayu dan menarik tangan ku untuk mengikutinya.
ADIT POV
Pagi ini aku melihat Moza yang sudah bersiap akan melompat di pagar belakang sekolah. Aku akan menjahilinya dengan menarik tas punggung miliknya. Alhasil itu berhasil. Aku sangat bahagia jika melihat raut wajah Moza yang kesal dan cemberut.
Ku tinggalkan dia sendiri di pagar belakang sekolah. Dia sudah pasti akan terlambat di pelajaran Bu Dira. Ketika dia memasuki kelas dan mendapat hukumannya aku tersenyum melihatnya yang begitu terlihat kesal. Selama berlangsungnya pelajatan aku memikiran Moza. Dimana dia menghabiskan waktu hukumannya.
Cuaca pagi ini terlihat mendung mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Pelajaran Bu Dira sudah selesai, tapi Moza belum juga kembali ke kelas. Aku mencarinya di setiap sudut sekolah, ternyata di bawah guyuran gerimis dia sedang asik berduaan dengan Bayu di lapangan basket out door.
'Bukan balik ke kelas ini malah enak-enak berduaan. Kampret!". Umpat ku mengepalkan jemari ku dengan kuat. Aku merasa cemburi melihat Moza bersama Bayu.
Perasaan ku semakin tak karuan ketika melihat Bayu memberikan jaketnya untuk menutupi seragam Moza yang basah terkena hujan. Aku langsung berlari ke arahnya dan dengan sigap menarik jaket milik Bayu sebelum membungkus tubuh sexy Moza. Aku benar-benar kesal melihat adegan ini. Ku tarik tangan Moza agar mengikuti diriku menjauh dari Bayu.
MOZA POV.
Aku tidak paham dengan apa yang dilakukan Adit barusan. Raut wajah dan sikap nya memperlihatkan ketidak sukaanya pada Bayu. Tangan ku ditarik dengan kencang agar mau mengikuti kemana arah tujuannya. Aku selalu meronta disetiap langkah, tapi Adit tidak mau melepaskannya.
Ku tepis tangannya karena aku sudah merasa sangat sakit oleh genggamannya. "Lepasin Dit. Sakit tauk !. Mata lu enggak liat pergelangan tangan gue udah merah gini."
Adit melepaskan genggamannya." Gue enggak suka lu deket sama Bayu."
"Eh. Apa hubungannya sama lu?. Gue bukan siapa-siapanya lu ya. Bebas dong gue mau deket sama siapa aja." Aku meninggikan nada bicaraku kepadanya.
Saat ini aku sedang berada di gedung belakang sekolah jadi meskipun aku berbicara dengan keras tidak ada satu orang pun yang akan mendengar. Adit terlihat frustasi dengan mengacak-ngacak rambutnya. Aku tidak tahu mengapa dia bersikap seperti itu. Aku bukan kekasihnya bahkan bukan miliknya.
Diam dan hening saat ini, hanya suara guyuran hujan yang mendominasi saat ini. Aku lebih memilih diam saat amarah sedang menguasai diriku. Ku lihat Adit yang tak jauh dariku sedang mengatur nafas agar kembali pada kondisi normal. Adit semakin mendekatkan dirinya ke arah ku. Tangan kekarnya menahan diriku memaksa agar aku tetap diam ditempat. Iris mata Adit terlihat merah membara sepertinya amarah masih bersemayam pada dirinya.
Adit memandang ku tajam. "Moza. Gue kesiksa liat diri lu bercanda sama Bayu tadi."
Aku hanya diam mendengarkannya, jantungku tiba-tiba merasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Ku tatap dalam mata Adit, aku melihat ada
Rasa cemburu disana.Adit berbicara dengan jarak yang sangat dekat. "Moza. Gue bener- bener suka sama lu. Gue cemburu liat lu tadi.".
Benar dugaan ku kalau dia terbakar api cemburu melihat diriku bersama Bayu di lapangan tadi. Aku bingung harus menjawabnya bagaimana di saat posisi ku seperti ini. Adit membuat ku gugup.
"Sorry". Hanya satu kata yang keluar dari bibirku. Adit yang mendengarnya langsung menyambar bibir ku. Di kecup rakus bibir ku olehnya. Aku hanya bisa menerima serangan darinya dan menikmatinya. Aku merasa nyaman dan tenang ketika bersamanya. Sungguh, aku tidak munafik ciuman ini berbeda dengan sebelumnya. Adit lebih menggunakan perasaannya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...