"Moza !!". Panggilnya
Aku menoleh ke arah suara itu."Nisa. Kok lu diluar?".Nisa menghampiriku "kelas kosong, para guru lagi pada rapat buat UN 1 bulan lagi".
"Tahu gini gue tadi selow aja enggak pake lari-lari. Capek gue." Aku berjalan memasuki kelas bersama Nisa. Mengatur napas ku agar kembali ke ritme yang teratur. Aku menoleh ke arah bangku yang biasa di duduki Adit. Terlihat kosong disana. Aku rindu, padahal baru semalam aku meninggalkannya.
Aku hanya membolak-balikan buku yang ada dihadapan ku. Nisa yang melihat raut wajah ku sedikit sendu bertanya mengenai apa yang aku rasakan. Mungkin sebaiknya aku menceritakan semuanya kepada Nisa, barangkali saja itu bisa membuat ku lega. Aku menceritakan semua masalah ku dari perkenalan ku dengan Endra dan Rista yang pergi bahkan menginap ke apartement. Mengenai sikap Adit yang sejak kemarin berubah menjadi diam dengan diriku.
"Mungkin Adit cemburu Za sama Endra. Dia takut kalau lu di ambil dia." Ucap Nisa.
"Lah, gue kan enggak ngapa-ngapain sama dia. Kemarin waktu Endra nemenin kan yang nyuruh Adit. Tau lah pusing gue." Balasku memijat keningku. Kepala ku terasa pusing mungkin karena aku melupakan sarapan ku tadi.
Setelah aku meluapkan isi hati ku dengan bercerita kepada Nisa aku sedikit lega. Sambil menunggu bel istirahat berbunyi aku merebahkan kepala ku di atas meja dengan sandaran tas punggungku. Disaat aku sedang nyaman dalam sandaran di atas meja tiba-tiba Bu Indah datang.
"Anak-anak karena para guru ada rapat mengenai UN yang akan dilaksanakan sebulan lagi maka hari ini sekolah dipulangkan lebih cepat ""Horeee yeye..." Sorak gembira para siswa dikelas.
Aku pun ikut senang mendengar berita ini aku bisa mampir ke apartement Adit setelah ini. Sebelumnya aku akan menghubungi Kak Sandi agar tidak menjemputku. "Nisa. Pinjem handphone lu dong". Aku mengadahkan tangaku.
"Handphone lu kemana Za?." Nisa memberikan ku handphonenya dan ku pencet nomor Kak Sandi. Aku sudah mengabarinya agar tidak menjemputku.
"Handphone gue dibanting Adit. Udah ya gue cabut dulu." Aku mengembalikan handphone dan bergegas keluar kelas meninggalkan sekolah ini.
Aku melenggangkan kaki ku keluar melewati gerbang sekolah. Berdiri disini untuk menunggu taksi datang. Setelah cukup lama aku menunggu taksi, tiba-tiba ada yang datang tapi bukan taksi yang datang melainkan sebuah mobil sedan berwarna hitam yang mendekatiku. Aku tidak mengenal siapa pemilik mobil itu. Seseorang turun berpakaian serba hitam menghampiriku.
"Non Moza, saya Dimas suruhan Tuan Adit. Saya diminta untuk menjemput Nona karena Tuan ingin bertemu." Ucapnya. Aku mengangguk mengiyakan. Selama diperjalanan aku hanya berdiam diri saja sampai akhirnya tiba di apartemen. Aku memasuki apartement Adit dengan langsung memencet paswordnya. Ruangan Adit terlihat gelap tidak ada penerangan. Aku meraba-raba mencari saklar untuk menghidupkan lampu. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki mendekatiku dan memeluk ku dari arah belakang.
"Baby. Maafin aku" Adit memeluk ku dengan erat dan terus saja dia mengatakan kata yang sama.
Aku membalikan tubuhku menghadap ke arahnya dan menangkup wajahnya. "Iya, enggak apa-apa, Sayang."
"Maafin aku ya." Ucapnya lagi.
"Iya sayang. Eh Yang, nyalain kenapa lampunya. Gelap banget begini. Enggak tahu apa pacarnya takut gelap." Bentak ku kesal karena Adit membiarkan ruangan ini gelap. Aku sangat takut akan kegelapan.
"Oya. Lupa. Bentar ya". Adit terkekeh dengan ucapan ku barusan. Dia berjalan dengan pelan menghampiri saklar lampu yang berada di samping pintu.
Ruangan sudah terang dan aku sudah bisa dengan jelas melihat wajah Adit yang aku rindukan. Sepertinya Adit sudah kembali pada mood yang baik. Dia menghampiriku dan kembali memeluk ku. "Baby. Maaf ya aku kemarin ngediemin kamu. Aku sebel karena Endra sekarang lebih berani deketin kamu, ditambah lagi Rista dia datang dan nginep disini. Kamu juga diem aja lagi Rista disini. Aku tuh kesel Baby tapi kamu enggak peka."
"Maaf sayang. Lagian kan aku udah minta kamu buat jangan nyuruh Endra nemenin aku pemotretan eh malah kamu maksa dia. Terus buat Rista, aku emang bego sih ngebolehin dia nginep disini." Jelas ku dengan Adit dan mendapat tawa darinya.
"Ciee cemburuan ya Baby. Ya aku tahu aku juga salah ke kamu Baby." Goda Adit mencubit pipiku.
Adit menempelkan dahinya dengan dahiku dan berkata. "Aku tahu aku pria bodoh yang membiarkan kamu pergi dengan cowok picik seperti Endra. Aku juga pria bodoh yang bersikap cuek pada gadis yang kucintai ini. Aku pria bodoh yang tega membuat gadisku pergi disaat dingin malam menerpa dan menjatuhkan air mata di pipi lembutnya. Aku minta maaf. Maaf Moza ".
"Kamu memang pria bodoh Aditya Tama Hermawan. Kamu bodoh karena telah melakukan itu kepadaku. Kamu juga sangat sangat bodoh karena memilihku menjadi kekasihmu." Jawabku.
"Aku tidak salah memilihmu menjadi calon pendamping hidupku, Moza. Tuhan sudah mengirimkan bidadari untuk ku. Itu adalah kamu Moza. Aku mencintaimu". Adit memeluk ku dengan erat dan mengelus pipiku lembut.
"Aku juga mencintaimu Adit. Aku tidak ingin ada gadis lain mengambil mu dari hidupku." Balasku dan dengan cepat Adit langsung menghujani diriku dengan ciuman yang lembut dan semakin intens di setiap inci wajahku. Aku bahagia karena hubungan ku dengannya sudah kembali membaik dan kita menyadari kesalahan masing-masing.
Cukup lama durasi ciuman ku dengan Adit hingga aku kelelahan dan hampir kehabisan napas dibuatnya karena dia menciumi bibirku dengan agresif. Aku mendorong pelan tubuhnya agar menghentikan kegiatan ini. Aku kembali melihat senyum manis yang mengembang di wajah Adit.Adit mengajaku untuk ke rumah sakit karena ternyata jadwal kontrol di majukan. Adit sudah merasa lebih baik sehingga Dokter memperbolehkan jadwal kontrol dimajukan. Pastinya aku mendampingi dirinya. Aku membantu Adit berjalan dengan perlahan-lahan. Berhubung Adit belum bisa menyupir jadi kita naik mobil yang dikendarai Dimas menuju ke rumah sakit. Selama perjalanan Adit terus saja merangkulku dan bermanja dengan diriku. Dia seperti anak kecil saja kalau seperti ini, tapi aku bahagia dengan sifatnya yang manja seperti ini.
Sesampainya di rumah sakit aku dan Adit menuju ke ruang Dokter Piyo untuk memeriksakan kondisi lutut Adit. Dia diminta untuk duduk karena penopang lutunya akan dibuka. Dokter Piyo memeriksanya dengan sangat teliti tanpa ada bagian yang terlupakan. Setelah semua diperiksa, beliau kembali duduk pada tempatnya. "Kondisi lututnya sudah membaik dan mulai hari ini penopang lututnya bisa dilepas, tapi ingat bukan bearti sudah dilepas kamu bisa seenaknya dan langsung bermain futsal ya. Kamu masih harus beristirahat bermain futsal selama 9 bulan atau bahkan 1 tahun untuk mengembalikan kondisi ligamen dilutut mu." Jelas Dokter Piyo kepada Adit dan diriku.
Aku senang mendengarnya begitu juga Adit dia sangat tersenyum bahagia. Akhirnya aku bisa melihat Adit berjalan normal seperti biasa tanpa ada penopang dilututnya. Setelah mendengarkan penjelasan dari Dokter aku pun meninggalkan rumah sakit dengan suasana hati bahagia. Hari ini semua sudah kembali kesedia kala. Aku kembali berdamai dan memadu kasih dengan Adit dan dia bisa dengan bebas beraktifitas dan kembali melakukan rutinitas seperti biasa terkecuali bermain futsal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...