96.

9.2K 224 10
                                    

1370 kata selesai dengan waktu sesingkat-singkatnya.

Happy Reading


ADIT POV.

Aku hari ini merasa sangat lelah namun aku juga sangat bahagia. Bagaimana tidak aku mendapatkan sebuah kabar bahagia yaitu aku mengetahui kalau istri ku Moza sedang mengandung buah cinta kami. Meski usianya masih sangatlah muda yaitu 4 minggu tapi sangat bahagia dan sudah tidak sabar untuk menyambut kehadirannya di keluarga kecil kami. Selain itu aku juga merasa lelah meskipun aku tidak berangkat kerja tapi sikap dan tingkah Moza yang sangat manja kepadaku bahkan dia tidak mau melepaskan pelukannya pada diriku. Dia selalu ingin menempel pada tubuhku. Jujur itu bukan lah sikap Moza asli. Sepertinya itu bawaan dari si jabang bayi. Moza sama sekali tidak mau lepas dari dekapan ku.

Sebelum aku memeriksakan kandungan Moza selama itu pula dia setiap tidur selalu ingin berada dipelukan ku. Katanya dia merasa lebih nyaman dan anehnya rasa pusing serta lemasnya sekejap hilang jika suka bermanja dengan diriku. Daripada Moza kenapa-kenapa jadi ya aku turuti saja kemaunya.

Selepas dari rumah sakit Moza meminta ku untuk ke rumah Bunda karena dia akan memberi kabar bahagianya, tapi ketika disana dan disaat makan malam bersama tiba-tiba Moza berubah menjadi melow. Ternyata dia rindu dengan orang tuanya di Jakarta. Maklum lah Mama dan Ayah langsung berangkat ke Jakarta sehari setelah pernikahan ku dengan Moza. Kami belum sempat meluangkan waktu untuk sekedar menikmati suasana Jogja ini, itu karena Ayah harus segera berangkat ke Jepang mengurus perusahaannya disana dan lagi di hari pertama aku menikah aku harus kembali aktif bekerja.

Selama Moza tinggal di Jogja dia sama sekali belum menginjakan kakinya kembali ke Jakarta. Aku sangat paham bagaimana rasanya merindukan kehidupanya dulu selama di Jakarta. Moza pasti sangat rindu dengan kawan lamanya dan suasana disana. Aku berjanji kepadanya kalau usia malaikat kecil kita sudah lumayan cukup besar dan kuat aku akan mengajaknya pulang ke Jakarta.

Sepulang dari rumah Bunda aku melajukan mobilku ke apartement karena permintaan Moza yang tiba-tiba ingin pulang. Di perjalanan Moza tidur dengan lelap dan pastinya dia tidak melepaskan genggamannya pada tangan ku. Aku menyetir mobil dengan hati-hati karena posisiku yang tidak begitu membuat ku mudah menyetir dalam kecepatan tinggi. Ketika sudah sampai aku tidak tega membangunkan Moza jadi aku menggendongnya saja sampai ke kamar. Menyelimuti dirinya dengan selimuy hangat dan melepaskan high heels nya yang masih terpasang cantik di kaki jenjangnya.

Aku perlahan mencium kening Moza dan mengusap perut Moza yang masih terlihat rata namun dibaliknya sudah ada jagoan ku yang berkembang dengan sehat didalam sana. "I Love You Moza. Tumbuh lah dengan sehat ya Baby, jangan nakal dan jangan bikin Bunda mu kesakitan ya. Ayah tidak sabar untuk bertemu dengan mu dan Ayah janji akan bekerja keras demi kamu Nak."

Melihat Moza tertidur dengan lelap aku memutuskan untuk meninggalkannya bekerja di ruang kerja ku. Pekerjaan ku belum sama sekali aku jamah sejak pagi karena Moza yang sama sekali tidak bisa ditinggalkan dan lagi Sani menambah beberapa pekerjaan kepadaku. Dia mengirimi ku beberapa email yang harus aku cek. Membuat ku pusing namun aku harus bekerja keras mulai hari ini itu semua untuk keluarga kecil ku dan malaikat kecil yang tidak lama lagi akan hadir di kehidupanku.

Disaat aku sedang berkonsentrasi pada laptop ku tiba-tiba aku mendengar Moza memanggil nama ku. Pasti dia terbangun karena aku tidak ada disampingnya. Moza datang dengan wajah cemberut karena aku meninggalkannya dan memilih bekerja pada tengah malam ini daripada menemaninya tidur. Aku mencoba memberikan pengertian kenapa aku meninggalkannya dan beralih pada pekerjaan ku, syukurlah Moza memahami kondisiku.

Moza duduk di pangkuan ku dan itu berhasil membuat ku menegang bahkan sedikit terangsang. Tubuh Moza memang sejak dulu sudah menjadi candu bagi diriku. Dia memeluk tubuhku dan berbisik kalau dia menginginkan sesuatu. Moza saat ini sangat menginginkan ice cream yang dulu pernah aku belikan di saat aku sedang pergi berduaan malam itu di alun-alun Jogja. Jaman itu aku masih pacaran bersamanya, tapi aku lupa penjualnya yang seperti apa dan tempat jualnya di posisi mana karena penjual di alun-alun sangatlah banyak.

Moza terus saja memaksaku untuk pergi sekarang membelikan ice cream keinginannya, padahal sekarang sudah jam set 1 pagi dan itu sudah tidak ada lagi yang berjualan disana. Moza mengancamku dengan tidak akan memperbolehkan ku masuk dan tidur bersamanya bahkan dia akan mengganti kata sandi apartement ku. Sungguh dia sekarang berubah menjadi Moza yang garang dan sangar. Akhirnya aku mau menuruti Moza bukan karena dia selalu memaksa tapi menurut Bunda kalau istri sedang ngidam itu sebisa mungkin si suami harus menurutinya jadilah aku berangkat sekarang. Ketika aku akan mengambil kunci mobil Moza berteriak lantang dari ruangan kerja ku, dia tidak memperbolehkan aku memakai mobil dan harus menggunakan motor.

"Bused deh, galak amat ya istri gue kalau ngidam. " umpat lirih karena tidak mau Moza mendengarnya.

Moza yang melihat aku sudah bersiap-siap berangkat berkata" Jangan lama-lama ya Sayang. Anak mu enggak sabaran."

"Iya Baby. Aku jalan dulu " Aku mencium kening istriku kemudian pergi meninggalkannya.

Suasana malam di kota Jogja saat ini terlihat sangat lengah ya karena saat ini sudah jam 1 pagi. Aku pun tiba di alun-alun Jogja, semua nya kosong hanya tersisa beberapa sampah sisa pengunjung yang datang. Tidak ada satu pun penjual yang masih berjualan disini. Aku tidak tahu harus mencari ice cream dimana. Aku tidak mengenal siapa penjualnya bahkan aku lupa bagaimana wajahnya.

Sudah berbulan-bulan yang lalu aku membelinya dan sewaktu membeli ice cream aku tidak begitu memperhatikan wajah penjualnya. Aku mengitari setiap jalan di sekitar alun-alun ini dan berharap menemukan orang itu. Aku berpikir kalau mungkin aku akan membelikannya di supermarket saja permintaan Moza tapi itu tidak mungkin karena pastinya Moza akan sangat marah bahkan akan menjadi semakin galak kepadaku.

Tak terasa aku sudah mengitari jalanan di sekitar alun-alun hingga sekarang sudah jam 2 pagi. Sampai sekarang aku belum juga bertemu, pastinya penjual itu sudah tidur nyenyak di rumahnya. Aku beristirahat sejenak di sebuah kafe didaerah kota baru yang buka 24 jam. Aku memesan secangkir kopi hitam untuk mengusir rasa kantuk ku. Handphone ku bergetar. Sebuah pesan masuk dari Moza.

'Yang, udah beli belum? Kalau enggak dapet kamu enggak boleh masuk. Seminggu aku mau diemin sama kamu !!'.

Istri-',

Aku menelan ludah membaca isi pesan dari Moza. Ternyata dia masih saja ingat dan dia masih saja bersikap galak kepada ku. Bagaimana jika aku tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Bisa mati aku kalau Moza cuek dengan diriku selama itu. Aku menghisap rokok untuk membuat diriku rileks. Ketika aku melihat ke sekeliling kafe aku melihat sosok yang sepertinya aku pernah melihatnya dulu. Ku pastikan pandangan ku benar lalu menghampirinya.

"Permisi Mas yang jualan ice cream di alun-alun itu bukan ya?". Tanya ku

"Iya Mas saya yang jualan. Kenapa ya ?". Jawab orang itu heran.

Aku duduk disebelahnya dan bergabung dengan teman-temannya yang juga sedang menikmati suasana pagi buat di kota Jogja ini. "Gini mas, istri saya itu lagi ngidam sama ice cream nya mas. Dia pingin banget sekarang tadi saya nyari mas di alun-alun tapi udah enggak ada. Ice creamnya masih ada enggak?".

Si penjual tersenyum dengan pengutaraan maksudku. "Ya soalnya tadi jam 11 saya udah pulang. Kayaknya masih ada 1 deh Mas, tapi enggak tahu rasa apa saya lupa soalnya." Penjual ini berjalan mengajaku untuk melihat ice cream apa yang masih ada didalam box nya.
Dalam hati aku berdoa semoga saja yang terissa adalah ice cream cokelat pesanan Moza dan akhirnya.

"Ini masih sisa 1 yang rasa cokelat Mas. " Penjual memberikan ice cream itu kepadaku dan aku langsung menerimanya dengan perasaan yang sangat lega dan senang. Aku mengambil uang ku didalam dompet untuk membayar ice cream ini namun dia menolak.

"Udah enggak usah bawa aja Mas. Semoga istrinya senang ya Mas dan bayi nya sehat. " Ucap penjual ini.

"Makasi ya Mas. Makasi banget karena udah nyelamatin hidup saya. Semoga tuhan membalas kebaikan Mas ya." Kataku kemudian pergi meninggalkan tempat ini.

Aku melihat jam di tangan ku sudah menunjukan pukul setengah 3 pagi. Cepat sekali waktu berputar. Aku melajukan dengan cepat motorku agar segera sampai di apartement. Aku tidak mau Moza menunggu ku terlalu lama. Aku tahu dia pasti belum bisa tidur karena menunggu pesanannya datang.

Aku sangat mengantuk di jalan hingga konsentrasi ku sedikit berkurang. Jarak dari kafe ini ke apartement ku lumayan jauh dan tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang menyilaukan mata ku.

GUBRAK !!!

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang