26.

16.2K 403 1
                                    

Sudah 3 hari aku tinggal di apartemen Adit dan selama itu juga aku menghabiskan keseharian ku bersamanya. Dari bangun tidur aku sudah menyiapkan sarapan dan bekal untuk dibawanya ke kantor, sedangkan kalau malam aku kembali menyiapkan makan malam untuk Adit sepulang dari kantor. Semacam istrinya saja diriku.

Sore ini aku kembali ke rumah, karena jadwal rombongan sekolah ku pulang hari ini. Aku merasa tenang meskipun tidak mengikuti study tour yang diadakan pihak sekolah. Ini semua karena Adit sudah mengurusnya dengan baik, begitu juga urusannya dengan Pak Andra. Adit sudah meminta tolong kepada Pak Andra agar tidak memberitahu kejadian ini kepada Kak Sandi.

Aku diantar pulang sampai rumah dan Kak Sandi menyambutku dengan pelukan hangat. Mungkin dia merindukan adiknya yang cantik ini. Aku menuju ke kamar untuk berganti pakaian, sedangkan Adit dia bersama Kak Sandi di depan televisi. Mereka berdua sudah dekat jadi sekalinya bertemu mereka akan menghabiskan waktu untuk mengobrol atau bahkan bermain play stasion. Tidak akan sulit untuk mendapat restu dari keluarga ku jika kelak Adit akan menikahiku.

"Ini Moza buatin susu cokelat panas buat Kak Sandi." Aku memberikan segelas susu cokelat panas kesukaan Kak Sandi.

"Baby. Buat aku mana ?". Adit menengadahkan tangannya kepadaku.

Kak Sandi langsung menoleh menatap Adit penuh selidik. "What, Baby?. Jangan bilang lu ada main sama adik gue?".

"Gue suka Bang sama adik lu. Siapa yang enggak demen sama cewek cantik kaya dia. Gila gue dibuatnya Bang." Jawab Adit.

"Wah. Brengsek lu ya. Berani lu jatuh cinta sama adik gue!!. Oke gue bolehin lu demen sama Moza tapi kalau mata dia ngeluarin setetes aja air mata lu yang pertama gue cari Dit. Inget lu ya !!". Ancam Kak Sandi dengan bercanda, tapi penuh penekanan pada kalimat terakhir.

"Kak. Udah ah apaan si. Kalau Adit macem-macem itu biar Moza yang ngasih perhitungan sendiri. Lagian Moza juga belum resmi jadi pacarnya kok". Aku duduk di tengah Kak Sandi dan Adit.

Memang benar aku belum resmi berpacaran dengan Adit karena dia hanya mengungkap rasa cintanya, dia belum mengajak ku untuk menjalin suatu komitmen.

Hari ini terasa sangat bahagia, kedua sosok pria yang ku sayang berbaur bersama dengan ku. Membuat hidupku semakin berwarna. Dia lah Adit pria yang ku cintai dan Kak Sandi Kakak ku satu-satunya yang sangat aku sayangi.

******

Jam dinding sudah menunjukan pukul 07.00 saat nya bel masuk sekolah berbunyi. Sepanjang koridor aku melihat raut wajah siswa kelas 3 tersenyum riang. Maklum lah karena mereka habis jalan-jalan di Bali kemarin. Biarpun aku tidak ikut tapi aku tidak kalah bahagianya dari mereka.

"Moza!". Panggil Nisa berlari mendekatiku.

"Hai Nisa. Udah sembuh cacarnya?". Tanya ku dengan memeluk dirinya.

"Udah tapi wajah gue jadi bekas bopeng begini." Nisa menunjukan wajahnya yang penuh dengan bekas cacarnya.

"Yaelah entar juga ilang. Tenang, lu masih keliatan cantik kok. Yuk ke kelas." Aku merangkul bahu Nisa dan berjalan menuju kelas, karena sebentar lagi pelajaran pertama akan segera dimulai.

Bahasa Indonesia adalah pelajaran pertama. Seperti biasa Adit pasti terlambat. Aku tidak heran dengan kelakuannya itu. Selang 10 menit pelajaran dia baru saja masuk dan pastinya dia mendapat hukuman. Meski di hukum dia tidak pernah jera dan berubah untuk tidak terlambat.

"Adit. Kebiasaan kamu ya. Sekarang kamu keluar bersihin lapangan!!!. Perintah Pak Bowo selaku guru bahasa indonesia.

"Siap Pak" Jawab Adit santai.

Dia menuju ke tempat duduknya untuk meletakkan tasnya sebelum menjalankan hukuman. Adit mendekati diriku. "Morning Baby ku sayang" Ucap Adit dengan nada lirih dan dia mencium keningku.

Aku hanya tersenyum membalasnya. Untung saja Pak Bowo sedang menghadap ke papan tulis dan teman kelas sedang serius memperhatikannya, tapi tidak untuk Nisa dia melihat dengan jelas apa yang diperbuat Adit barusan. Nisa hanya melongo melihatnya. Mungkin dia bingung kenapa aku tidak bertindak kasar seperti biasanya kepada Adit.

2 jam berlalu itu artinya saatnya pergantian pelajaran. Sebelum guru datang aku menemui Adit yang belum kembali dari hukumannya. Ku langkahkan kaki ku ke lapangan menghampiri Adit. Ku berikan sebotol air mineral kepadanya, pastinya dia lelah sudah menyapu bersih tempat ini. Saatnya kembali ke kelas. Sepanjang koridor Adit selalu menggandeng tangan ku dengan erat, pastinya itu mengundang banyak tatapan heran dan sinis memandangku. Aku hanya bersikap cuek dengan mereka. Dikelas Nisa kembali memperlihatkan wajah bingungnya dengan sikap ku dan Adit.

"Woy.. Kesambet baru tau rasa lu Nis." Gertak Adit yang duduk di meja tepat didepan ku.

"Lah gimana gue enggak kesambet, liat kucing sama anjing akur berduaan gini. 3 hari gue enggak bareng kalian langsung ada perubahan drastis ya. Adit lu pake pelet apaan? " Nisa menggeplak kaki Adit.

Adit mengusap Kakinya bekas pukulan Nisa. "Aduhh. Pedes banget geplakannya. Nisa lu ketularan Moza ya jadi suka geplakin orang."

"Udah-udah ngapain si ribut. Nisa nanti gue ceritain ya tuh Bu Dira udah masuk. Adit kamu sana balik!!". Aku menarik Adit agar segera pindah ke tempat duduknya di belakang.

Saatnya berpusing ria dengan pelajaran fisika. Di sela pelajaran aku mendapat pesan dari Sani.

Sani.

Moza, jam 4 lu ada pemotretan buat produk baru. Masih sama si Bos kok. Bilangin Bos ya, tadi gue chat tapi enggak terkirim paling hanpdhonenya mati. Gue tunggu jam 4 jangan telat. Bye Moza.

Sepulang sekolah aku langsung akan menuju ke kantor bersama Adit tentunya. Untung tadi pagi Kak Sandi mengantar ku kesolah jadi aku tidak diributkan dengan mobilku.

Pelajaran hari ini selesai. Bel pulang pun berbunyi dengan nyaring dan disambut antusias siswa dengan gembira begitu juga dengan ku. Adit langsung menghampiriku dan menggandeng ku keluar. Adit belum resmi menjadi kekasih ku, tapi dia sudah dengan berani melihatkan kedekatan ku di depan semua orang dan itu berhasil membuat para perempuan disekolah ini iri kepadaku.

Ketika aku akan membuka pintu mobil ada yang berteriak memanggil namaku. Setelah ku toleh ternyata Bayu.

"Ya Bay, ada apa?". Aku menghampiri Bayu yang posisinya tidak terlalu jauh diriku.

"Gue selama di Bali enggak liat lu. Eh pas tau ada kabar katanya lu sakit thypoid. Ini buat lu." Bayu menyodorkan sebuah paper bag kepadaku.

"Iya gue sakit jadi gue pulang. Eh makasih ya Bay."

"Apaan ini?". Adit menghampiriku dan mengambil paper bag yang diberikannya.

"Dikasih Bayu, Dit."Aku menatap Adit dan terlihat mimik kesal pada raut wajah Adit.

"Moza udah punya banyak. Ini gue balikin ke lu. Oya jangan deketin Moza, dia milik gue!. Inget." Adit mengembalikan paper bag ke Bayi dengan sedikit kasar dan berbicara dengan nada yang sangat penuh penekanan.

Kemudian aku langsung di tarik untuk masuk kedalam mobil. Sifat menyebalkan Adit masih melekat pada dirinya. Aku malas berdebat dengannya karena masalah barusan.  Aku tahu dia dalam kondisi cemburu kepadaku tapi aku tidak tahu kenapa dia bisa secemburu itu jika dengan Bayu, sedangkan jika aku bercanda dengan cowok lain Adit selalu welcome.

Didalam mobil Adit menghela napas panjang dan memandangku. " Baby, i'm sorry. Aku cuman enggak suka dia deketin kamu."

"Ya. Yaudah ayok jalan nanti sani ngomel kalau kita telat." Aku mengusap pipinya mencoba menenangkan amarah yang sedang bergejolak pada dirinya. Aku tidak mau hubungan ku yang baru aku mulai menjadi kembali buruk hanya karena masalah sepele.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang