97.

8.5K 238 5
                                    

Aku sangat mengantuk di jalan hingga konsentrasi ku sedikit berkurang. Jarak dari kafe ini ke apartement ku lumayan jauh dan tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang menyilaukan mata ku.

GUBRAK !

"ADUH. " Aku mengaduh kesakitan karena aku jatuh dari sepeda motorku. Tubuhku berada di bawah motor ku.

"Mas enggak apa-apa?". Seseorang pria paruh bayu keluar dari mobil dan menuju ke arahku. Dia terlihat baik-baik saja dan membantuku berdiri.

Aku berjalan perlahan menuju ke tepi jalan. Siku tangan kanan ku sedikit perih karena tangan ku berada di bawah motorku. Tidak begitu parah namun lumayan perih. Selain itu juga ternyata lutut ku luka. Aku mengetahuinya karena jeans ku menjadi robek tak karuan.

"Saya baik-baik aja kok Pak. Cuman luka kecil aja. Nanti bisa di obatin dirumah " Jawabku.

"Itu dalam loh Nak lukanya. Ayo kita ke rumah sakit aja ya." Ajak Bapak itu dengan wajah panik melihat luka yang ternyata cukup dalam di bagian siku ku.

"Tidak usah Pak. Saya harus segera pulang, istri saya sedang menunggu di rumah." Ucapku tersenyum kepadanya seakan memberikan sinyal bahwa aku baik-baik saja meski sebenarnya perih juga luka ini. Aku harus segera kembali ke apartement sebelum ice cream ini mencair. Aku mencari keberadaan ice cream itu.

"Ah untung enggak cair. Bapak saya permisi dulu ya. " Kataku berdiri dengan perlahan menjalankan motorku. Untung tidak begitu parah kondisi motorku hanya ada beberapa bagian yang lecet kecil. Aku segera melajukan motorku dengan cepat karena takut ice cream ini mencair.

Andai saja aku lebih berhati-hati aku pasti tidak akan mengalami kecelakaan seperti ini. Aku ini lelaki tidak pantas aku mengeluh hanya karena kecelakaan kecil ini. Aku harus berjuang demi istri dan anak ku. Melihat jam di pergelangan tangan ku yang sudah menunjukan pukul set 4 aku langsung melajukan secepat kilat motorku. Tak peduli jika aku mengalami kecelakaan atau musibah lainnya yang ku pikirkan hanya Moza. Aku tidak ingin dia dan anak ku menunggu lama karena Ayahnya terlalu pergi meninggalkannya.

Rasa perih di siku dan lutut ku semakin menjadi. Aku tidak sempat untuk membersihkan luka ini. Di pikiran ku hanya ada Moza. Akhirnya aku sudah sampai di apartement dan segera memencet pasword apartement ku.

"Sayang, lama banget si" Sambut Moza dengan memajukan bibir sexy nya.

Aku yang melihat dirinya bersikap seperti hanya tertawa dan langsung memeluknya. "Maaf Baby, aku baru pulang. Ini ice cream nya. Maaf sudah membuat mu lama menunggu. "

"Ya Sayang enggak apa-apa kok. Aku setia menunggu kepulangan kamu. Ayo duduk sini, kita makan bareng ya. " Tarik Moza ke sofa ruang tengah.

Aku melihat rona bahagia terpancar jelas di wajah cantiknya. Aku sangat bahagia melihat istri ku tersenyum seperti itu. Semua rasa perih dan sakit luka ku hilang seketika. Moza membuka bungkus ice cream dan dia sangat imut sekali ketika memakannya dengan perlahan.

Moza memeluk diriku dengan hangat. "Makasih ya Ayah udah bikin aku bahagia. Soalnya aku udah nyicipin ice cream enak ini. Maafin aku ya Ayah udah bikin Ayah ribet gara-gara kemauan aku." Kata Moza berkata seakan itu adalah ungkapan dari anak kita.

"Ya Sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya Sayang. Ayah akan berusaha membuatmu dan Bunda mu selalu bahagia. Sehat terus ya Nak. I Love You." Ucapku mengelus perut Moza lalu mencium nya dan beralih mencium kening Moza.

"I Love You To." Balas Moza.

Dia terlihat rakus memakan ice cream ini. Dia sama sekali tidak menyisakan barang setetes pun, sepertinya dia memang sangat senang dengan ice cream ini. Dia begitu lahap sehingga dia tidak mengetahui diriku penuh luka pada siku dan lutut ku, tapi aku tak mengapa. Aku malah bersyukur karena aku tidak akan membuat istri ku khawatir akan keadaanku.

Seusai Moza melahap habis ice cream nya dia langsung tertidur di pelukan ku. Kebiasaan barunya semenjak dia mengandung. Tanpa cuci tangan dulu dia langsung menenggelamkan wajahnya pada leherku memeluk erat tubuhku. Aku yang juga merasa sangat mengantuk karena semalam suntuk mencari ice cream permintaan Moza ikut tertidur pada posisi duduk seperti ini. Sebenarnya ini adalah posisi yang tidak begitu nyaman apalagi luka yang membuatku merasa perih.

Handphone di saku ku bergetar membuat ku terbangun dari tidurku. Aku melihat Moza sudah tidak ada lagi di pelukan ku. Aku tidak tahu kapan dia bangun. Ketika aku akan bangun dari posisi ku, aku terkejut melihat keadaan ku yang sudah berbeda dari tadi malam. Celana ku sudah diganti dengan yang baru lalu luka di siku dan lutut ku sudah di perban. Aku tidak merasa jika luka ku sudah di bersihkan bahkan di obati oleh Moza. Aku mencari keberadaan Moza dan ternyata dia ada di kamar sedang merapikan pakaian kantor ku.

"Good morning istriku. Good morning anak Ayah." Aku memeluk Moza mencium dan mencium perutnya.

"Morning Ayah." Balasnya membalas ciuman ku.

"Yang, kamu kok luka sebegitu parahnya enggak bilang si sama aku. Kamu semalam kenapa kecelakaan? Pasti gara-gara aku merengek minta ice cream ya." Kata Moza bersedih.

Aku mengusal lembut pipi mulusnya "iya semalam aku jatuh dari motor. Kecelakaan kecil aja kok Baby, cuman kesrempet mobil lagian luka nya enggak parah kok. Enggak apa-apa Baby yang penting kamu sama anak kita senang. Yaudah kita sarapan ya aku lapar."

Moza mengangguk dan kita pun pergi ke meja makan untuk sarapan sebelum memulai aktifitas hari ini. Seusai sarapan aku mandi dan bebenah bersiap berangkat ke kantor. Semua sudah rapi lalu aku mengambil kunci mobil di nakas samping ranjang. Tubuhku sangat merasa tidak enak karena kecelakaan semalam.

Ketika aku hendak berpamitan dengan Moza dia memeluk ku sangat lama dari belakang. Aku tidak tahu kenapa Moza seperti itu.

"Aku cinta banget sama kamu Adit. Aku kangen sama kamu."

"Aku kan enggak pergi-pergi Baby. Aku ada di sini terus tapi pagi ini aku berangkat kerja dulu ya. Kamu enggak apa-apa kan aku tinggal ? Aku juga cinta banget sama kamu istriku." Balasku. Apa setiap ibu hamil seperti ini ya pikirku. Mereka berubah menjadi sosok wanita yang sangat manja seperti Moza sekarang ini.

"Aku mau ikut kamu ke kantor. Boleh kan? Anak mu enggak mau jauh dari Ayahnya." Kata Moza mengusap perut dan memandangnya.

Aku hanya mengangguk mengiyakan lalu mencium perut Moza. Aku pun berangkat kerja bersama Moza karena itu adalah keinginannya yang tidak bisa ku tolak. Toh bekerja ditemani anak dan istri itu membuat diriku lebih bersamangat dalam bekerja.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang