53.

10.1K 279 5
                                    

Moza begitu tenang menghadapi Rista yang tidak punya malu. Aku sangat geram dengannya yang tidak juga menginjakan kakinya keluar dari sini. Aku membawa Moza untuk masuk ke dalam kamar karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.

Aku menyuruh Moza untuk duduk. "Baby, kamu kok bisa si tenang-tenang gitu. Kamu enggak cemburu ada dia disini?".

"Siapa sih yang enggak cemburu pacarnya di datengin mantannya. Mana dia cantik, putih pastilah cemburu itu ada. Tapi aku enggak mau ngeliatin rasa cemburu aku ke Rista. Asal kamu tahu ya sayang, kalau dia tahu aku cemburu dia pasti senang dan dia tertawa diluar sana." Jelas Moza mengelus tangan ku lembut.

"Tapi Baby. Kamu enggak harus bersikap kayam gitu juga dong. Nerima aja dia ada disini." Balasku kesal dengan Moza.

"Udah kamu istirahat aja. Tidur udah malam, biar Rista aku yang nemuin. Good night Sayang." Moza menyuruhku untuk berbaring dan menyelimuti tubuh ku, tentunya tidak pernah dilupakan dia mencium lembut keningku. Sebenarnya aku tidak bisa tidur karena Rista masih ada disini dan sikap Moza yang begitu tenang menghadapinya.

MOZA POV.

Sepulang dari lokasi pemotretan aku hanya berdiam didalam mobil tanpa menghiraukan Endra. Dia benar-benar kurang ajar kepadaku. Beraninya dia menyukai yang sudah sangat jelas aku ini adalah tunangan dari saudaranya sendiri yaitu Adit. Aku harus menjaga jarak dengannya dan menceritakan perlakuan dia barusan kepada Adit.

Sebelum sampai di apartement aku mampir ke swalayan untuk membeli kebutuhan makanan karena persedian di lemari dingin sudah mulai menipis. Handphone ku habis batrai sehingga aku tidak bisa menghubungi Adit. Biarlah paling beberapa menit lagi aku akan sampai di apartement.

"Za, kamu memang gadis yang sempurna, selain cantik kamu juga gadis pintar, pandai memasak dan merawat seorang pria. Aku jadi semakin suka dengan dirimu. Aku ingin kamu menjadi kekasihku." Ucap Endra memandangiku dari atas sampai bawah dengan tersenyum picik dan tatapan mata yang selalu menggoda.

"Sinting !" Ucapku yang kemudian masuk ke dalam mobil.

Didalam mobil tetap saja Endra menggodaku dengan berbagai rayuan gombal dan kata-kata yang membuatku ingin muntah.

Akhirnya sampai juga di apartement. Aku memencet tombol pasword kamar Adit. Aku kira Adit sudah tidur tapi ternyata belum. Baru saja aku buka pintu dia langsung memeluk dan memanggilku. Aku menjelaskan kenapa aku terlambat dan kondisi handphone ku habis batrai. Karena sudah sampai Adit menyuruh Endra untuk pulang dan dia berterima kasih karena sudah mau menemaniku. Aku beranjak ke ruang tengah untuk meletakan belajaan ku. Aku melihat ada seorang gadis duduk santai di sofa, ternyata dia adalah Rista. Aku menyapanya dengan nada biasa, sedangkan Adit terlihat tidak suka dengan kehadirannya.

Aku di ajak oleh Adit untuk masuk kedalam kamar karena ada yang ingin di bicarakan. Ternyata dia tidak suka kalau ada Rista disini, dan dia menanyakan apa aku cemburu dengan kehadirannya. Tentulah aku cemburu, aku kan wanita biasa yang mempunyai perasaan lembut yang pastinya akan cemburu jika melihat kekasihnya masih saja dikejar-kejar dan didatangi oleh mantan kekasihnya dulu. Tapi aku menjelaskan kepada Adit mengenai sikap ku yang masih bisa santai dan seakan-akan aku tidak cemburu dengan kehadiran Rista disini. Aku tidak mau Rista menganggapku lemah karena dengan mudah tersulut bara api cemburu dan itu pastinya membuat dia senang.

Setelah Adit merasa tenang dan aku menyuruhnya untuk tidur, aku kembali keluar untuk menemui Rista dan menanyakan apa sebenarnya tujuan dia kesini.

Aku menghampiri Rista yang sedang asik berkutik dengan handphonenya. Ku daratkan bokong ku untuk duduk disebelahnya. "Rista mau minum apa?".

"Nanti biar aku ambil sendiri ya Za. Aku udah biasa kesini kok jadi aku tahu dimana dapurnya." Jawabnya tanpa memandangku.

Aku hanya bisa menghela napas dan berusaha bersikap biasa dengannya. "Kamu ada apa kesini Ta?".

Rista meletakan handphone dipangkuannya dan menatapku. "Aku kesini mau jagain Adit. Aku kangen sama dia. Dia kan susah buat jalan jadi aku bakal bantuin dia dan ngrawat dia. Karena udah ada aku jadi mendingan kamu pulang aja Za. Kasihan kamu pasti capek ngurus Adit."

Aku tidak menyangka dengan ucapan Rista barusan yang secara halus dia mengusir ku. "Udah ada aku Ta. Oya udah malem mending kamu pulang lagian Adit udah tidur juga."

"Aku mau nginep disini kok. Besok kan libur tuh karena tanggal merah jadi aku mau seharian nemenin Adit. Kamu kan jadi bisa istirahat dirumah." Rista bangun dan berjalan meninggalkan ku yang di masih terdiam di sofa ini.

Hatiku merasa kesal dan rasa cemburu yang semakin menjadi. Apa maksud dia menyuruhku pulang sedangkan dia akan menggoda Adit seharian disini. Rista akan menginap di apartemen ini dan dia sudah menuju ke kamar tamu yang tidak jauh dari kamar utama yang ditempati Adit dan diriku. Aku akan tetap disini untuk menjaga Adit. Terserah Rista mau bertindak seperti apa dengan Adit. Aku tidak akan membiarkan dia merusak hubungan ku dengan Adit.

Aku menuju ke kamar Adit. Aku menatap raut wajah Adit yang tampak polos ketika dia sedang tidur. Aku merebahkan kepalaku di atas dada bidangnya dan merangkulkan tangan ku untuk memeluk dirinya. "Adit, Aku sangat mencintaimu. Aku berharap kita bisa melewati segala masalah dan godaan yang menimpa hubungan ini."

*******
Hari ini aku tidak berangkat sekolah, karena libur. Aku bisa menghabiskan waktu ku seharian ini dengan Adit. Aku juga tidak ada jadwal pemotretan. Aku membangunkan Adit yang masih tertidur pulas. "Sayang, bangun yuk udah pagi. Kamu mau sarapan apa?".

Adit menggeliat dan memeluk ku. "Pagi Baby. Terima kasih ya kamu selalu setia nemenin aku disini. Baby, kamu tau aku tuh tersiksa sebenarnya."

"Terisksa gimana?" Tanya ku penasaran.

Adit semakin erat memeluk ku dan menghujani diriku dengan kiss morningnya. "Aku kesiksa karena kita tinggal bersama dan tidur dalam ranjang yang sama, tapi aku tidak bisa menyentuhmu lebih dalam. Kan sakit Baby. Tiap malam aku selalu nahan juniorku suapaya dia enggak bangun."

Aku tertawa mendengar ucapanya barusan. "Aku kira tersiksa kenapa. Sabar ya sayang, abis kita lulus kamu boleh kok langsung ajak aku ke KUA." Jawabku.

Melihat raut wajah Adit yang lucu karena tersiksa setiap malam oleh birahinya membuat ku tertawa geli. Aku malah selama ini tidak pernah peka akan hal itu. Wajar saja jika Adit berkata seperti itu karena memang benar selama aku tinggal disini kita sudah seperti sepasang suami istri. Aku dengan rutinitasku yang setelah bangun pagi mempersiapkan semua keperluan Adit hingga malam tiba pun aku tetap mengurusi keperluan dia.

Saat malam tiba aku akan tidur seranjang bersamanya dan itu membuat dia semakin tersiksa karena Adit menahan birahinya untuk tidak menyentuhku. Aku memang dulu pernah sekali melakukan making love bersamanya ketika di Bali, tapi aku tidak ingin melakukannya lagi sebelum aku benar-benar resmi menjadi istrinya.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang