13.

18.8K 528 12
                                    

Kesadaran membuat ku menjauh seketika dari posisi saat ini. Apa yang telah terjadi barusan benar-benar diluar kemauan ku. Jantungku masih berdetak tak karuan. Nafas ku terasa tersengal-sengal seperti habis lari maraton.

"Sorry Moza. Aku tidak bermaksud mencium mu." Adit sedikit menjahukan dirinya dariku.

"Brengsek lu Dit!". Ku dorong tubuh Adit menjauh Dari tempat ku saat ini.

Adit menarik tangan ku agar aku kembali duduk di bangku "Moza. Gue enggak bermaksud. Gue bener-bener suka sama lu."

"Lepasin enggak!. Awas gue mau ganti seragam.". Aku tetap mencoba menapis genggamannya dengan keras dan itu berhasil. Aku langsung berlari meninggalkan Adit yang masih duduk terpaku disana.

Sungguh perasaan ku kacau hari ini. Aku terkejut mendengar ungkapan kalau Adit menyukai ku. Bodoh nya juga kenapa aku membalas ciumannya tadi, harusnya aku menolaknya. Tapi semua sudah terlanjur, aku sudah beradu saliva dengannya. Segera aku berganti seragam, melapaskan kaos olah raga yang tadi kukenakan.

Di dalam kelas aku melihat Adit yang sedang duduk berkerumun bersama teman-temannya. Sekilas ku tatap wajahnya, dia memberikan senyuman miring kepadaku. Entah apa maksud senyuman itu. Aku mencoba untuk kembali bersikap normal kepadanya.

Selama pelajaran aku tidak bisa fokus. Pikiran ku masih mengingat kejadian tadi. Aku selalu ditegur oleh Bu Indah karena tidak memperhatikan pelajaran. Aku mengejapkan mata sejenak, berharap dengan cara ini aku bisa melupakan kejadian tadi.

"Adit. Ngapain lu duduk disini. Sana balik ke habitat lu." Aku kaget melihat Adit yang tiba-tiba sudah ada disampingku.

Dia tidak membalas ucapanku. Seperti biasa hanya senyuman yang ku dapatkan sebagai jawaban.

"Adit. Kamu kenapa duduk di samping Moza?." Tanya Bu Indah yang berbalik badan dan mendapati Adit yang duduk di sampingku.

"Saya kangen buk sama Moza. Enggak bisa jauh-jauh dari dia. Moza cantik si buk jadi saya tergila-gila deh." Adit membalas ucapan Bu Indah dengan memandang ku dan mengedipkan sebelah matanya.

"Cie cie cieeee...." Seru serempak dari teman kelas.

Bukannya aku senang malahan aku merasa sewot kepada Adit. Benar-benar menyebalkan. Beraninya dia berbicara seperti di hadapan semua teman kelas dan Bu Indah. Sangat memalukan.

"Aduh sakit Baby." Adit mengaduh karena ku cubit pahanya.

"Rasain!". Balasku jutek.

Tatapan teman sekelas membuat ku bertambah kesal. Mereka menganggap ku mempunyai perasaan yang sama ke Adit. Padahal itu salah, aku tidak memiliki perasaan suka kepadanya. Ku tutup telinga berpura-pura tuli mendengar ocehan teman-teman sekelasku.

***
Akhirnya bel panjang berbunyi menandakan waktu pulang sekolah telah tiba. Ku bereskan semua buku dan kumasukan kedalam tas. Aku sengaja keluar kelas terakhir karena menghindari teman-teman reseh ku.

"Hai Moza". Sapa seseorang dari balik pintu kelas.

"Hai juga Bayu." Aku menghampiri Bayu yang sedang menyenderkan dirinya di pintu.

"Pulang bareng yuk, sekalian makan siang. Kamu pasti lapar kan ?" Tanyanya.

Belum sempat aku menjawab ada seseorang yang menarik tanganku agar menjauhi Bayu.

"Ah, apaan si. Kenapa hobi banget narik tangan gue!". Umpat ku kepadanya.

"Ini udah jam 3, setengah jam lagi lu ada pemotretan. Buruan!."

"Adit. Gue bisa berangkat kesana sendiri. Bisa enggak lepasin nih tangan. Sakit tauk!." Aku memandangnya sinis.

"Bayu, kali ini lu belum bisa happy-happy sama Moza. Dia ada urusan sama gue." Adit menyerukan suaranya ke Bayu yang hanya terdiam melihat tingkah laku Adit menarik tangan ku.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang