69.

7.8K 253 14
                                    

Aku benar-benar kecewa terhadap sikap Adit barusan. Tega nya dia melakukan itu didepan mata ku. Aku tidak tahu apa alasan Adit berciuman dengan Rista. Aku melajukan mobil ku dengan kecepatan tinggi amarah mengusai diriku saat ini.

Aku sudah sampai di rumah. Aku merebahkan diriku di dalam bath tub. Mengguyur tubuhku dengan air dingin. Air mata yang bercampur dengan kucuran air shower bersatu menjadi satu. Aku sangat kecewa dengan Adit. Aku tidak tahu masalah apa yang membuat dia menjadi seperti itu. Secara terang-terangan dia bermesraan dengan Rista. Itu sangatlah membuatku sakit. Hari ini aku merasa sangat lelah, pikiran dan tenaga ku terkuras habis oleh amarahku. Hingga tak sadar aku tertidur di bathtub.

Aku membuka mata ku perlahan. Kepalaku terasa sangat pusing dan aku merasa kedinginan. Harum ruangan ini sangat menyengat di indra penciuman ku. Mata ku memandang luas ke seluruh ruangan ini semua terlihat putih bersih. Aku melihat tubuhku yang terselimuti selimut hangat berwarna putih dan tiang infus yang berdiri disamping kiriku. Sepertinya ini di rumah sakit.

Aku melihat kearah samping ku. Ada seseorang yang tertidur pulas di sofa merah. Aku sangat mengenal dirinya. Ku panggil dia dengan suara lirih, ya karena aku masih terasa lemas.

"Kak Sandi". Kata ku

Kak Sandi yang mendengar aku memanggilnya bangun dan menghampiriku. Dia sangat terlihat khawatir akan keadaanku.

"Moza kok ada disini kak?" Tanyaku.

"Kamu tuh hipotermi. Kamu berendam berjam-jam di bath tub. Kakak pulang kerja nyariin kamu. Aku kira kamu pergi sama Adit. Pas masuk kamar kamu kok ada suara shower nyala, pintu enggak dikunci. Eh enggak tahu nya kamu pingsan. Badan kamu dingin banget, muka kamu juga pucat. Yaudah kakak bawa kamu kesini. Udah lama banget lagi sadarnya." Jelas panjang lebar Kak Sandi.

Aku bahkan tidak tahu kalau aku pingsan di kamar mandi. Seingatku terakhir kali aku sedang melamun dan berendam. Ternyata lama kelamaan aku kedinginan dan jatuh pingsan. Pikiran ku kalut memikirkan Adit. Sampai aku tidak sadar akan kondisiku sendiri. Saat ini sudah jam 8 malam. Aku melihat handphone ku siapa tahu ada pesan dari Adit tapi ternyata tidak. Semenjak kejadian di parkiran sekolah tadi siang Adit sama sekali belum menghubungiku. Aku mencoba untuk menghubunginya tapi nomornya tidak aktif.

"Udah Za. Istirahat aja, jangan mikir yang enggak-enggak nanti kondisimu makin parah." Ujar Kak Sandi tersenyum ramah kepadaku. Aku tidak bercerita mengenai masalah ku dengan Adit, tapi sepertinya Kak Sandi mengetahui aku mempunyai masalah dengan Adit. Gelagat tubuh Kak Sandi terlihat sangat jelas kalau dia merasa kesal ketika wajah ku murung.

Daripada aku memikirkan dan menunggu pesan dari Adit lebih baik aku beristirahat agar besok aku sudah diperbolehkan pulang. Karena besok aku ada pekerjaan menghadiri peluncuran brand ambassador sebuah busana tapi bukan dari perusahaan Adit.

*******

Pagi ini aku tidak bisa mencium harum embun diluar sana. Hanya ada bau obat diruangan ini. Aku masih terbaring di bed rumah sakit dan tangan kiriku masih tersambung selang infus. Aku masih merasa lemas pagi ini tapi semoga saja hari ini aku bisa pulang. Kak Sandi hari ini tidak berangkat kerja dia sengaja libur karena akan menjaga ku disini. Sungguh kakak yang baik hati, tidak salah aku dilahirkan pada rahim yang sama dengannya sehingga aku beruntung menjadi adiknya.

Setelah usai sarapan aku meminta  Kak Sandi untuk mengajak ku keluar sekedar berjalan-jalan menghirup aroma pagi di luar sana.

"Kak. Jangan kasih tahu siapa-siapa ya. Jangan bilang ke Ayah sama Mama dan semua orang kalau aku sakit." Pintaku memasang raut wajah memelas agar Kak Sandi menurutiku.

"Kenapa ? Mereka harus tahu dong!".

"Moza males. Moza enggak mau ngerepotin semua orang Kak. Terutama Adit jangan sampai dia tahu." Aku menggenggam tangan Kak Sandi, aku sangat berharap agar Kak Sandi benar -benar mengiyakannya. Akhirnya Kak Sandi setuju dengan permintaanku.

Setelah puas berjalan-jalan di luar ruangan. Aku kembali ke kamar karena aku harus minum obat. Jam 8 pagi Dokter yang bertanggung jawab akan kesehatan ku visit untuk melihat kondisiku. Menurutnya aku masih harus menginap sampai 2-3 hari lagi. Kadar hemoglobin ku masih rendah, dengan kata lain aku mengalami anemia berat. Jadi aku belum diperbolehkan pulang. Mendengar keputusan Dokter, Kak Sandi pergi untuk mengurus keijinan ku pada pihak sekolah. Sebenarnya besok masih ada Try Out ke -2 tapi karena kondisi ku terpaksa aku tidak bisa ikut. Mengenai pekerjaan ku pastinya aku cancel semua itu.

Aku hanya sendiri di sini. Kak Sandi pergi. Aku merasa bosan berdiam saja diruangan sempit ini. Aku bermain dengan handphoneku, ternyata ada beberapa pesan masuk dari Nisa.

'Lu dimana Za, kok lu enggak masuk si?'

Nisa-

'Gue lagi semedi nyari wangsit biar lulus. Jangan ganggu gue dulu ok.'.

Moza-

Dalam hitungan menit Nisa kembali membalas pesan ku. Namun aku malas untuk membalasnya lagi karena kepalaku terasa pusing. Mata ku berkunang-kunang dan sangat lemas kurasa. Anemia sangatlah menggangguku. Aku memejamkan mataku berharap rasa pusing ini segera hilang.

Selang 1 jam kemudian aku membuka mata. Rasa pusingku sudah sedikit menghilang dari kepalaku. Aku melihat Kak Sandi sudah kembali disini. Dia duduk disofa dengan memangku laptop dan mengerjakan pekerjaannya.

"Kak. Maafin Moza ya karena Moza Kak Sandi jadi enggak kerja." Kataku

"Makannya kamu cepet sehat biar cepet pulang ya. Nanti kalau udah pulang kita jalan-jalan. Kan kita udah lama banget enggak pergi bareng. Oya, Kamu beneran enggak mau kasih tahu Adit? " Jawab Kak Sandi.

"Dia sibuk jadi itu enggak perlu. Lebih baik ada Kakak disini daripada ada dia." Aku menatap ke luar jendela. Rasa sakit ini kembali menyerang. Ingatan ku masih sangat tajam akan kejadian kemarin. Mungkin saat ini mereka sedang bersenang-senang. Biarlah aku lebih baik berada disini untuk menenangkan pikiran dan menata hatiku kembali.

Kak Sandi menatap ku dengan penuh tanda tanya. Aku tahu dia sangatlah curiga akan apa yang aku rasakan saat ini. Aku tidak ingin berbagi rasa sakit ini kepadanya. Cukup hanya diriku saja yang merasa.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang