22.

16.9K 451 1
                                    

Tet...tet...tet..

Tepat pukul 07.00 bel masuk berbunyi. Kali ini aku tidak terlambat karena aku di antar Kak Sandi ke sekolah. Pelajaran pertama adalah Fisika, dan ternyata Pak Bagas memberikan ulangan dadakan. Beliau memang hobi memberi kejutan untuk siswa nya. 2 jam sudah ku lalui dengan berkutik pada rumus fisika yang memusingkan. Pelajaran kedua sebenarnya pelajaran favorit ku, biologi tapi sayangnya Bu Lina ada keperluan mendadak sehingga jam pelajaran menjadi kosong.

Kebiasaan para siswa kalau ada jam kosong selalu ribut sendiri, entah apa yang mereka lakukan. Aku hanya duduk manis mendengar curhatan Nisa tentang pacar barunya.

"Eh Nis. Gue mau tanya deh sama lu?".

"Pasti tentang Adit kan?" Jawab Nisa dengan menggoda ku.

Aku hanya bisa tersipu malu menanggapinya. Nisa sahabat yang peka jadi dia langsung menceritakan apa yang ingin ku ketahui.

"Adit Tama Hermawan sang kapten futsal di sekolah ini. Cowok keren, ganteng tapi ya nyebelin. Banyak siswi cewek ngejar-ngejar dia. Selama yang gue tahu si Adit pernah punya pacar di sekolah ini, cuman dulu pas kelas 2 dia sama cewek namanya Rista dia kelas 2 Mipa C waktu itu." Jelas Nisa.

"Terus mereka lama pacaran?". Tanya ku penasaran.

"Mereka putus pas kenaikan kelas 3. Gue enggak tahu si sebab nya apa. Denger-denger karena si Rista khianati Adit. Padahal Adit tuh sekali suka dan sayang sama cewek dia enggak pernah main-main. Sampe sekarang Adit jomblo. Tapi gue perhatiin kayaknya dia suka deh sama lu Za. Jujur deh kalian pacaran ya!!." Telisik Nisa memandang tajam.

Aku langsung salah tingkah mendengar pertanya Nisa. "Apaan si lu. Kayak enggak ada cowok lain aja di sekolah ini."

"Kalau menurut gue mending lu sama Adit daripada sama Bayu. Secara lebih ganteng Adit. Lebih tajir juga lagi." Goda Nisa dengan mencolek-colek pipiku.

"Ah apain si lu banding-bandingin." Balas ku.

Tiba-tiba suara Pak Andra selaku wali kelas memasuki kelas ini. Beliau memberikan informasi secara detail mengenai rencana study tour ke Bali 5 hari lagi.

"Anak-anak untuk persiapan ke Bali kalian tidak perlu membawa banyak barang bawaan hanya secukupnya saja. Kalian akan menginap di hotel daerah kuta dan kita akan naik bus kesana. Mulai hari ini kalian sudah bisa mendaftar bangku yang akan kalian duduki dan akan duduk dengan siapa. Urusan Bus silahkan temui Bu Dira.".

"Baik Pak." Jawab kompak dari para siswa.

Pak Andra meninggalkan kelas. Nisa langsung saja mengajak ku untuk memesan tempat duduk di bus sedangkan para siswa yang lainnya langsung berlarian menemui Bu Dira.

GUBRAK...

"AWWW..sakit." Aku tersungkur ke lantai karena tertabrak oleh seseorang.

"Sorry Baby. Gue enggak liat lu didepan gue."

"Makannya mata tuh dipake yang bener bukan buat jelalatan." Balas ku kesal karena Adit menabrak diriku dengan keras.

"Yaudah ayok gue bantuin. Kalau enggak bisa jalan gue gendong deh." Adit mengulurkan tangannya untuk membangunkanku.

Aku tidak menggubris tangan Adit. Aku masih mampu untuk berdiri sendiri "Gue bisa sendiri."

Nisa yang melihat kejadian ini hanya menggelengkan kepalanya. Dia selalu pusing melihat kelakuan ku yang selalu saja berantem jika bertemu dengan Adit. Selalu ada-ada saja kejadian yang membuat ku sebal karena ulah Adit.

Adit sebagai pelaku yang menabrak diriku hanya tersenyum miring. Aku langsung meninggalkan Adit dan gerombolannya menuju ke ruangan Bu Dira bersama Nisa. Akhirnya urusan bangku di bus sudah selesai. Aku duduk di bangku barisan ke-5 dari depan bersama Nisa. Setelah semua selesai aku kembali ke kelas.

******

Malam ini aku sibuk membenahi barang bawaan ku yang akan di bawa ke Bali. 1 koper kecil saja sudah cukup untuk mengisi pakaian ku. Semua sudah siap besok saatnya untuk berlibur.

Rutinitas pagi ku seperti biasa membuatkan sarapan untuk Kak Sandi dan diriku. Hari ini aku bangun lebih pagi untuk menyiapkan semuanya. Kak Sandi yang akan mengantar ku ke sekolah setelah itu dia akan pulang kembali ke Jakarta.

Sesampaianya di sekolah aku mencari keberadaan Nisa. Hasilnya Nihil aku tidak melihat batang hidungnya. Perjalanan akan dimulai beberapa menit lagi, sehingga para siswa di minta untuk segera masuk. Sampai menit ini pun Nisa belum hadir. Pak Andra selaku wakil kelas memimpin do'a sebelum keberangkatan bus ini.
Perlahan bus ini berjalan meninggalkan sekolah ku dan aku melambaikan tangan pada Kak Sandi.

Ting..

Nisa'

Sorry Moza, gue sakit kena cacar semalem lupa bilang ke lu kalau gue enggak jadi ikut ke Bali. Happy ya disana jangan lupa oleh-oleh.

Sebuah pesan singkat dari Nisa menjawab semua pertanyaanku. Ternyata dia sakit cacar pantas saja dia tidak bisa ikut.

Menyebalkan kalau harus duduk sendirian selama perjalanan ke Bali. Tidak ada teman mengobrol itu membosankan. Aku hanya memandangi pemandangan lewat jendela.

"Hai Moza." Sapa seseorang di sampingku.

"Eh Dika. Hai juga." Balasku ramah.

Dika menunjuk bangku kosong di sebelahku "Gue boleh duduk disini ya? Kasian lu sendirian."

"Yaudah boleh." Jawab ku singkat.

"Etttt. Awas lu. Ngapain si lu disini. Tempat duduk lu kan di depan." Tiba-tiba ada seseorang yang menarik paksa Dika yang sudah siap mendaratkan bokongnya di bangku.

"Ah lu mah rusuh Dit." Dika dengan terpaksa bangun dan pindah dari bangku sampingku.

"ADIT..!!". Seru ku.

Adit hanya mengangkat alisnya satu dan tersenyum miring kepadaku. Ya senyuman andalannya. Rusuh kalau Adit duduk di sampingku. Di satu sisi juga aku senang karena tidak sendirian tapi itu tidak harus Adit.

"Gue bakalan ngjagain lu selama di Bali." Ucapnya dengan mengalungkan tangannya ke bahuku.

"Lepasin ih. Emang gue anak kecil apa."

"Sandi kan nitipin lu ke gue. Udah ah Baby gue ngantuk." Adit merebahkan kepalanya di bahuku ku.

"Angkat kepala lu Dit berat tau." Aku mendorong kepala Adit tapi apa daya dia susah untuk dibilangin.

Cup...

Adit mencium pipiku sebalah kiri kemudian dia terlelap pada tidurnya.

"Kampret bener lu Dit. Nyosor-nyosor mulu. Emang gue apaan di ciumin lu terus!!". Aku mencubit perutnya tapi dia hanya tersenyum dan berkata " Karena gue cinta sama lu Moza Zidna Lestari Prayogi." Mulutnya berkata  sedangkan mata dia tetap terpejam.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang