Aku akan bekerja menjadi model di perusaan milik Adit. Tama Mode, ya itu nama perusahaannya, aku sering mendengar dari mulut model diluar sana bahkan sampai desainer kondang pun banyak yang ikut berkecimpung di sana.
Setelah kesepakatan aku dan Kak Sandi deal, aku pergi meninggalkannya menuju ke rumah. Sepertinya tubuh ini perlu guyuran air dingin agar otak ku kembali fresh dan mendapat ide untuk membalaskan dendam ke Adit karena sudah membuat sepatu dan rok ku basah, bahkan dengan lancangnya dia mau mencium ku. Keparat memang dia, tunggu saja pembalasanku.
***
Gemericik air dingin yang mengguyur badan ku membuat rileks dan kembali menormalkan detak jantungku. Segar sekali rasanya. Seusai mandi aku hanya bersantai di kamar, sekedar bermain handphone atau stalking di medsos. Ketika sedang asik stalking tiba-tiba ada panggilan masuk dari Kak Sandi. Dia menyampaikan kalau Adit menerima kerja sama ini dan dia ingin bertemu dengan diriku di club jam 8 malam untuk membahas kontrak kerja dan bayaran ku menjadi model. Aku hanya mengiyakan apa yang dibilang Kak Sandi, kalau bukan karena ancamanya aku tidak akan mau bekerja sama dengan Adit. Lebih baik aku tidak menjadi model daripada harus dengannya.
Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 8 malam, itu artinya aku harus segera bersiap untuk menemui Adit di club. Ku lajukan mobil ku ke daerah Jl. Magelang, ke tempat dimana aku sudah janjian dengan Adit. Tidak terlalu jauh jaraknya dari rumah ku yang terletak di daerah kota Jogjakarta.
ku langkahkan kaki ku memasuki club malam disini. Gemerlap lampu disko disini membuat suasana semakin seru. Dentuman musik dari DJ membuat ku ingin bergoyang menikmati setiap hentakan musiknya. Banyak pasangan menikmati dan bergoyang dengan bebas disini. Aku memesan segelas vodka sambil menunggu kehadiran Adit. Sampai saat ini batang hidung Adit belum terlihat. Sangat menyebalkan, dia yang menyuruh ku untuk datang jam 8 malam tapi dia sendiri sampai jam 9 malam belum datang.
Menunggu itu membosankan jadi aku memilih untuk turun menikmati alunan musik yang dimainkan DJ. Sebelum aku turun aku merasakan hanpdhone ku bergetar.
"Halo. Ini siapa?" Jawabku dengan nada yang sedikit keras agar orang yang menelpon ku mendengar suaraku.
"Ini gue calon pacar lu." Balasnya singkat.
"Dih, Ngaku-ngaku. Siapa sih, buruan ngaku kalau gak gue matiin ni."
"Selow aja Moza sayang. Ini gue Adit. Gua mau bilang 10 menit lagi gue nyampe tunggu ya.". Jawabnya dan kemudian dia menutup sambungan telponnya tanpa aku menjawab omongannya.
'Cowok sinting!, 10 menit itu lama' Gumam ku.
Sudah 10 menit berlalu aku menunggu kedatangannya tapi belum muncul juga. Sangat membosankan. Aku beranjak dari tempat duduk. Menyenderkan tubuhku melihat ke sekeliling club ini.
Ku lihat suasana tempat ini yang ramai hingga akhirnya aku melihat batang hidung Adit yang sedang mencari keberadaanku. Biarkan saja dia mencari keberadaan ku di bawah cahaya yang remang-remang seperti ini.
"Moza.! Lu udah liat gue kenapa kagak manggil?". Adit menepuk bahuku.
"Sengaja. Abis lu ngeselin mulu si. Janji jam 8 malah molor sejam. Udah buruan mana surat kontraknya." Aku menengadahkan tangan ku meminta surat kontrak padanya.
"Happy-happy aja dulu kali Za mumpung di club. Lu kan baru masuk disini. Eh malam ini lu sexy banget. Enggak salah emang lu jadi model gue." Goda Adit.
"Berisik lu. Udah buruan." Aku mencubit lengan Adit dengan keras.
"Aduh. Nyubit sekali lagi gua cipok lu.". Adit memajukan bibirnya ke arah ku. Kemudian langsung ku dorong tubuhnya menjauh dari diriku.
"Kampret lu." Ku cubit kembali Adit, kali ini di bagian perutnya.
Tanpa banyak basa-basi aku dan Adit membahas kontrak ini dengan duduk di sebuah meja menikmati segelas minuman. Aku membaca dengan seksama isi dari kontrak tersebut, setelah menurut ku deal segera ku tanda tangani kontrak ini.
"Selamat bergabung di Tama Mode, baby". Adit mengangkat gelasnya dan meminta ku untuk mengikutinya.
"Stop panggil gue dengan sebutan baby!". Gertak ku
"Gue suka manggil lu dengan sebutan seperti itu. Ohya jadwal pemotrean lu dimulai besok sepulang sekolah, jadi lu harus ikut pulang bareng gue langsung ke studio foto." Adit memajukan wajahnya mendekati diriku.
"Gue bisa dateng sendiri." Aku beranjak meninggalkan Adit yang tersenyum miring. Sepertinya itu adalah senyum andalan Adit kepada setiap wanita.
"Lu mau kemana? Gue baru sebentar ketemu lu." Adit mencegah ku pergi dengan menarik tangan.
"Gue capek mau pulang. Jangan narik tangan gue. Kalau patah lu mau gantiin HAH?." Aku menepis tangan Adit, lalu pergi meninggalkan tempat ini.
Akhirnya aku bekerja sama dengan Adit. Sungguh itu lakukan karena terpaksa. Aku tidak ingin Ayah mengetahui kenakalan ku disekolah baru ini, kalau itu terjadi nasib buruk akan lebih menimpa diriku. Persetan dengan Adit sebagai bos ku, anggap saja dia itu hanya mikro bakteri yang tidak terlihat oleh kasat mata.
***
Pagi ini aku berangkat sekolah diantar oleh Kak Sandi. Semalam aku sudah menceritakan mengenai kerja sama ku dengan Adit. Dia sangat terlihat senang mendengar kabar bahagia ini. Kabar bahagia bagi dirinya tapi kabar buruk bagi hidupku.Sesampainya di sekolah aku langsung menuju ke ruang kelas. Pelajaran sebentar lagi akan segera dimulai. Hari ini aku duduk sendiri, karena Nisa tidak masuk sekolah. Nisa sedang tidak enak badan karena sakit.
Pelajaran pertama sudah dimulai. Pak Wandi selaku guru Kimia membuka kelas dengan ulangan yang mendadak. 10 menit ulangan berlangsung. Terdengar ketukan pintu dari luar. Seperti biasa siswa yang selalu terlambat masuk kelas adalah Adit. Kalau ada predikat siswa teladan pasti Adit yang akan menerima, dia kan siswa teladan dalam hal keterlambatan masuk sekolah.
Kali ini Pak Wandi tidak menghukumnya, tetapi malah menyuruhnya untuk langsung duduk dan mengerjakan soal ulangan ini. Aku sedang serius mengerjakan soal ulangan, tiba-tiba merasa terganggu karena ulah Adit yang duduk disebelah ku menempati bangku Nisa. Sebenarnya tempat duduk dia itu di pojok paling belakang sebelah kanan dekat jendela, tapi kenapa hari ini dia duduk disampingku.
"Lu ngapain duduk disini ?. Tempat lu tuh disono di belakang. Pindah sana!!". Aku mendorong tubuh Adit.
"Gue maunya sama lu baby. Gue kangen sama lu." Jawabnya dengan melirik diriku.
"Gue enggak sudi di kangenin lu. Sana pindah!". Aku sedikit meninggikan nada suara ku sehingga Pak Wandi menoleh ke arah ku.
"Moza, Adit. Kenapa kalian berisik ? Sekarang sedang ulangan." Gertak Pak Wandi dengan muka garangnya dan kumis pak raden nya yang bergerak-gerak mengikuti gerakan bibirnya.
"Adit Pak. Rusuh dia." Belaku.
"Sudah kalian keluar dari kelas ini. Kerjakan soal ulangan ini diluar." Perintah Pak Wandi dengan menunjuk ke arah pintu kelas.
Aku dengan wajah kesal akhirnya menuruti perintah Pak Wandi. Ini semua karena ulah Adit yang selalu mengajak ribut dengan diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...