59.

10.2K 272 12
                                    

Niat hati si pingin doubel up cuman karena waktu terbatas jadi satu dulu gpp ya. Toh yg kemarin masih sedikit yang baca, mungkin kawan-kawan juga lagi pada sibuk sama kayak aku.

Next time kalau aku luang dan libur kerja aku usahain buat doubel up ya.

Makasih loh yg masih setia sama story Adit & Moza. ❤❤
.


Aku berlari mencari keberadan Bayu.

"Bayu dimana?". Tanya ku pada salah satu teman ku yang duduk di depan kelas dan memberitahu keberadaan Bayu.

Aku berlari lagi agar segera sampai di tempat Bayu berada. Aku menghampiri Bayu yang sedang bermain dengan bola kesukaannya, ya bola basket. Dia sedang bermain basket bersama teman-temannya.

GUBRAK !!!.

"BANGSAT LU, BAJINGAN, LICIK LU !!!". Aku meninju Bayu tanpa ampun. Bayu yang notebene tidak bisa bela diri hanya bisa menerima puluhan pukulan dari ku. Aku benar-benar dalam kondisi marah saat ini. Aku tidak memperdulikan suara orang-orang yang ada disini. Sedari tadi mereka terus mencoba meleraiku tapi aku tidak menggubrisnya. Diriku sudah diisi oleh setan yang sangat menginginkan kehancuran pada diri Bayu.

"Maksud lu apa HAH? Lu sengaja bikin gue celaka. Kenapa pakai suruh orang segala.Kalau lu berani kenapa enggak habisin gue sendiri. PENGECUT LU". Ucapku terus memukuli Bayu meninggalkan jejak lebam dan luka berdarah yang mengalir deras di tubuhnya. Persetan dengan semua ini.

"Oke-oke gue bakal jelasin tapi lepasin dulu Dit ". Bayu meronta-ronta meminta untuk aku melepaskan cengkramannya pada leher.

Bayu jatuh terkapar di lantai dan mencoba berdiri tertatih. "Hahaha.. Iya emang gue yang nyuruh si Bimo buat bikin lu celaka. Gue suka kalau lu celaka. Gue dendam sama lu gara-gara lu kemarin bikin gue bonyok dan masuk rumah sakit "

"Itu karena lu pantes dapetinnya Bangsat !! Kali ini gue bakal ngabisin lu sampe mati sekalian !!". Aku kembali menghujani Bayu dan kali ini benar-benar tanpa ampun.

Terdengar semua orang berteriak menyuruhku untuk melepaskan cengkraman pada Bayu. Aku belum puas memukulinya kalau Bayu belum terkapar lemas.

"STOP ADIT ! Kamu bisa bikin Bayu mati." Ucap Pak Bowo meleraiku.

"Biar dia mati."

PLAK

"Sadar kamu Dit." Pak Bowo menampar ku. Karena tamparannya aku akhirnya berhenti memukuli Bayu. Sebenarnya aku belum puas menghajar Bayu, meski dia sudah berlumur darah.

Aku di seret ke dalam kantor dan aku tahu kalau aku akan disidang oleh Pak Pachrur selaku kepala sekolah. Aku dipengangi oleh Pak Bowo dan Andi karena takut kalau aku akan kembali menghunjani Bayu dengan puluhan pukulan. Aku saat ini berada di ruang kepala sekolah dan pastinya aku diceramahi oleh nya.

"Adit kelakuan mu tadi sangat tidak memperlihatkan pelajar yang baik. Kamu sudah melukai teman mu sendiri. Kamu lihat Bayu harus kembali di larikan ke rumah sakit untuk kedua kalinya dan lagi-lagi karena kamu yang sudah memukulinya. Untuk masalah ini saya memutuskan untuk memanggil kedua orang tuamu ke sekolah." Jelasnya.

"Bayu memang pantas digituin Pak." Jawabku yang masih terlihat kesal.

Kepala sekolah sepertinya sudah malas dan bosan menasihatiku, maka dia menyuruhku untuk keluar dari ruangan ini dan beliau akan memanggil kedua orang tuaku. Aku tidak masalah jika itu memang dilakukan dan aku juga tidak takut jika aku harus menerima hukuman dari Papa. Di saat aku baru keluar dari ruang kepala sekolah aku melihat Moza dengan sangat terlihat lemas dan pucat. Dia mengetahui ku kalau aku menghabisi Bayu sehingga dia keluar dari UKS dan menghampiriku kemari.

Aku mengajaknya untuk kembali ke UKS namun dia menolak. Pilihan terakhir adalah aku mengajak dia masuk kedalam kelas.

"Yang, masalah kan bisa diselesaian secara baik-baik. Aku enggak suka ada acara berantem gitu. Emang kamu jagoan?". Ucapnya dengan suara lirih.

"Aku emang bukan jagoan Baby tapi aku enggak bisa ngediemin Bayu yang udah nyuruh orang buat celakain aku. Dia itu pengecut jadi dia pantas dapat pukulan dari aku." Jelasku mengelus pipiku. Aku menyentuhnya dan merasakan suhu panas pada tubuh Moza.

Moza hanya terdiam mendengarkan ku, mungkin dia sangat tersiksa dengan rasa sakitnya. Wajahnya semakin pucat dan Moza merebahkan kepalanya di bahuku.

"Baby. Baby bangun". Aku menepuk pelan wajahnya. Moza menutup matanya. Ternyata dia pingsan. Aku panik dan langsung saja membawa Moza keluar dari kelas untuk membawanya ke rumah sakit. Aku berlari tanpa memperhatikan pandangan sekelilingku.

"Adit, Moza kenapa" Tanya Nisa mengikuti ku.

"Pingsan. Gue bawa dia ke rumah sakit. Tolong ijinin ya." Jawabku. Kemudian aku langsung membuka mobil dan meletakkan Moza di sampingku. Aku menginjak gas mobiliku dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di rumah sakit.

Aku membawa Moza ke IGD dan Dokter memeriksa dengan teliti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku membawa Moza ke IGD dan Dokter memeriksa dengan teliti. Semua pemeriksaan sudah selesai dokter menjelaskan mengenai sakit yang diderita Moza ternyata dia terkena maag yang disertai demam dan dia mengalami anemia. Pantas saja wajah Moza sangat pucat. Aku meminta agar Moza dirawat di rumah sakit namun dia menolak dan memintanya untuk dirawat di rumah saja.

Urusan pemeriksaan dan administrasi sudah selesai. Aku membawa Moza pulang ke apartement ku agar aku bisa merawat dan menjaganya. Sebelumnya aku memberi kabar tentang Moza kepada Sandi agar dia mengetahui kondisi adik kesayangannya dan dia tahu keberadaan Moza sekarang.

Sesampainya diapartement aku menyelimuti Moza. Dia terlihat lesu, aku sedih melihatnya seperti ini.

 Dia terlihat lesu, aku sedih melihatnya seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baby. Kamu emang enggak pernah makan ?". Tanya ku.

"Makan kok." Jawabnya lemas.

"Kok bisa kena maag?. Kamu tuh dijaga pola makannya jangan suka telat makan jangan sok diet-diet. Kamu mau gendut nya kaya prety asmara aku juga tuh masih sayang, masih cinta sama kamu. Pokoknya kamu jangan telat makan. Kalau masih suka telat makan aku mau ngambek sama kamu dan aku mau mogok ngomong sama kamu." Ujar ku kepadanya.

"Bawel. Yakin kamu kuat mogok ngomong sama aku ? Kalau aku sih enggak yakin." Jawab Moza tersenyum.

"Aku juga enggak yakin." Balasku singkat.

Aku sudah sedikit merasa lega karena Moza sudah sanggup tersenyum hari ini. Tadi pagi aku melihat senyumnya yang tidak sumringah seperti biasanya. Ternyata itu karena Moza sedang tidak enak badan. Semoga saja Moza secepatnya membaik. Masalah Bayu itu sudah tidak aku pikirkan. Aku merasa puas telah membuatnya benar-benar tak berdaya dan pastinya sakit yang dideritanya lebih parah dari kejadian waktu itu.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang