36.

13K 323 4
                                    

Aku mendengar Adit berkata dengan nada kesal kepada Bayu di sambungan telepon. Aku mencoba menenangkan Adit. Setelah sambungan telepon terputus Adit mengantatkan ku pulang ke rumah.

Selama diperjalanan Adit hanya fokus menyetir, dia tidak berkata apa-apa kepadaku. Aku paham dengan apa yang dirasakannya saat ini, Adit digeluti  amarah kepada Bayu. Lebih baik aku diam daripada memperburuk keadaan.

"Aku jemput jam 7." Ucap Adit sebelum aku turun dari mobil karena sudah sampai dirumah. Aku mengangguk, kemudian Adit kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Saat ini sudah jam 7 malam. Aku sudah menunggu kedatangan Adit untuk menjemputku. Malam ini aku akan menandatangani kontrak kerja baru pada sebuah majalah. Kak Sandi yang melihat diriku gelisah menunggu kedatangan Adit menghampiriku. Dia bertanya kepadaku mengenai apa yang membuat diriku gelisah.

Sambil menunggu kedatangan Adit, aku bercerita kepada Kak Sandi tentang apa yang melanda hatiku. Sebenarnya bukan karena Adit yang tak kunjung datang menjemputku, tapi aku gelisah karena melihat Adit marah karena ulah Bayu. Aku takut Adit berpikir negatif kepadaku. Selain itu aku juga gelisah karena Rista semakin intens mendekati Adit. Aku takut jika suatu hari nanti Adit akan kembali ke pelukannya.

"Moza. Kakak kenal baik siapa Adit. Dia enggak akan pernah ingkar janji. Kamu harus percaya sama dia." Kak Sandi memeluk menenangkan diriku.
"Iya Kak. Moza selalu percaya ke Adit." Jawabku.

Adit akhirnya datang untuk menjemputku. Raut wajah Adit sudah kembali normal seperti biasanya. Mungkin dia sudah bisa mengontrol emosinya sebelum bertemu dengan ku. Kebiasaan Adit yang tak pernah dilupakan yaitu mencium kening dan pipi setiap bertemu dengan ku. Aku pun segera meluncur ke sebuah kafe tempat dimana aku membuat janji dengan pihak majalah gadis itu.

Sesampainya di kafe, aku melihat seseorang melambaikan tangannya memberi tanda dimana posisi duduknya, aku pun menghampiri nya. Aku bertemu dengan Ibu Indras selaku penanggung jawab kontrak antara aku dengan majalahnya. Tanpa banyak basa-basi beliau menjelaskan semua isi kontrak tersebut. Setelah di baca ulang oleh ku dan Adit, aku bersedia menyetujuinya dengan memberikan tanda tangan ku diatas materai. Dalam waktu 1 jam pertemuan ku sudah selesai dan Bu Indras pamit mengakhiri pertemuannya kali ini.

Kini hanya tinggal aku dan Adit.

"Baby. Maafkan sikap ku tadi ya". Adit menggenggam tangan ku.

"Ya. Yaudah pulang yuk aku capek." Balasku.

Aku pun pulang dengannya. Mata ku sudah sangat mengantuk, ingin rasanya segera merebahkan tubuhku di atas ranjang dan memeluk guling, berharap mimpi indah agar segala kepenatan hari ini sirna.

******
Mentari pagi ini menyambut diriku dengan hangat. Sinarnya menembus ke ruang kamar ku melalaui celah jendela yang terbuka. Ku lirik jam dinding yang menunjukan pukul 06.30 pagi. Saat nya aku untuk berangkat sekolah.

Rutinitas pagi ku yaitu mempersiapkan sarapan untuk ku dan Kak Sandi , serta membuatkan bekal untuk Adit. Seusai sarapan aku bersiap ke sekolah. Aku mendengar suara klakson mobil di luar, segera ku hampiri. Sepertinya Adit sudah sampai untuk menjemputku.

"Moza, berangkat Kak". Aku memeluk Kak Sandi sebelum berangkat sekolah.

Ku buka pintu rumah ku. Senyuman manis yang mengembang di wajahnya menyambut ku, menambah kebahagian ku pagi ini.

"Morning Baby." Adit mencium keningku.

"Morning sayang. Ayo berangkat. Jam pelajaran Bu Dira jangan telat. Aku males kalau kena hukuman." Aku memasuki mobil dan Adit menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Mobil Adit terparkir dengan rapi. Suasana sekolah pagi ini ramai dengan Siswa yang lalu lalang di koridor. Aku senang hari ini Adit kembali berangkat sekolah. Itu artinya aku tidak kesepian, meskipun ada Nisa tapi rasanya beda. Aku lebih bahagia kalau ada Adit disisiku.

Pelajaran pertama adalah pelajaran fisika yang di ajarkan oleh Bu Dira. Syukurlah aku tidak telat, jadi aku bisa bebas dari hukumannya. Di pertengahan pelajaran Adit meninggalkan kelas karena dia harus berlatih futsal, 1 minggu lagi dia akan ada pertandingan antar sekolah.

2 jam sudah otak ku berpikir keras dengan rumus yang memusingkan dan menguras tenaga. Kini saatnya untuk beristirahat, tapi aku tidak akan pergi ke kantin melainkan akan menemui Adit yang sedang berlatih di lapangan in door dengan membawakan kotak makannya.

Nisa juga menemani diriku, karena dia sama dengan ku, Nisa akan menemui pacarnya. Aku melihat Adit yang bersemangat dalam latihannya. Dia begitu sexy dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Di pinggir lapangan banyak para siswi perempuan melihat dan berteriak histeris ketika Adit mencetak goal. Mereka sangat terpesona melihat keahlian Adit dalam menggiring bola ke dalam gawang. Aku hanya tersenyum memandangnya dari kejauhan.

Setelah Adit mencetak goal, terdengar suara peluit sebagai tanda berakhirnya latihan futsal hari ini. Aku akan menuju ke pinggir lapangan untuk memberikan minum kepadanya. Langkah ku terhenti sebelum sampai di sana. Aku melihat Rista sudah dulu mendekati Adit, dia tersenyum kepada Adit. Rista memberikan sebotol air mineral dan dia mengusap keringat yang mengucur di tubuh Adit dengan lembut. Aku masih tetap berdiam diri pada tempatku yang cukup jauh dari pandangan Adit, sehingga dia tidak bisa melihat keberadaan ku.

Aku masih bisa  melihat dengan jelas Rista mengusap tubuh Adit dan yang membuat ku kesal sikap Adit yang menerima semua perlakuan Rista kepadanya tanpa ada penolakan. Aku tidak tahu mengapa Adit bersikap seperti itu sekarang kepada Rista. Padahal sebelumnya dia selalu merasa kesal jika bertemu dengannya. Aku mencoba berpikir positif, mungkin saja Adit mengira yang mengusapnya adalah diriku. Karena saat ini posisi Rista ada dibelakang Adit, sedangkan posisi Adit menghadap ke depan lapangan. Meski aku mencoba bersikap tenang namun didalam hatiku aku merasa cemburu melihat ini semua.

Adit beradu pandang dengan Rista. Aku tidak melihat ada kebencian di sorot matanya dan sikap Adit kepada Rista terlihat biasa. Adit tersenyum menatap Rista dan menengguk air mineral yang diberikannya. Hatiku semakin risau melihatnya. Aku tetap berpikir positif dengan semua ini. Hingga perasaan ku semakin kacau ketika melihat Rista semakin mendekatkan dirinya ke Adit, dia memeluk dan mencium Adit didepan semua teman-teman yang sedang beristirahat.

 Hingga perasaan ku semakin kacau ketika melihat Rista semakin mendekatkan dirinya ke Adit, dia memeluk dan mencium Adit didepan semua teman-teman yang sedang beristirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku merasa lemas melihat kejadian ini, pikiran ku kacau dan aku memilih untuk pergi dari tempat ini.

Ketika aku akan berlari meninggalkan tempat ini, kotak makan ku terjatuh dan menimbulkan bunyi yang membuat semua orang menatap ke arah ku. Begitu juga dengan Adit. Karena bunyi yang ditimbulkan dari kotak makan ku, Rista yang dari tadi asik mencium Adit berhenti melepaskan pautan bibirnya dan ikut memandang ke arahku.

Aku yang merasa di tatap banyak orang langsung meninggalkan tempat ini tanpa mengambil kotak makan ku yang terjatuh. Telingaku mendengar Adit yang memanggil-manggil nama ku. Aku masih terus berlari mengacuhkan panggilanya. Terlalu sakit jika harus kembali.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang