75.

8.6K 222 2
                                    

"Udah awas ! Gue mau balik " Aku mendorong Rista agar menjauh dariku dan menyalakan mesin mobil. Bersiap untuk pergi dari Rista dan tempat ini.

Aku melajukan mesin mobil ku dengan kecepatan kencang. Pikiran ku benar-benar kacau hari ini. Kejadian semalam dan foto yang dikirimkan Rista membuat emosi ku semakin meninggi. Aku tadi sengaja mencium Rista ketika di parkiran karena aku melihat Moza yang sedang berjalan ke arah mobil. Aku tahu dari perkataannya tadi kalau Moza pasti sakit hati melihat ku yang mencium Rista. Setidaknya dia juga merasakan rasa yang sama dari apa yang kurasakan. Aku juga sakit melihat gadis yang ku cintai berciuman dengan Endra yang notebene adalah sepupuku.

Ku banting setir memasuki parkiran rumah. Ya aku hari ini pulang kerumah. Suasana rumah mungkin akan sedikit membuat ku tenang. Suasana rumah yang masih asri karena ada di pedesaan. Udara yang masih segar dan masih terdengar jelas kicauan burung akan mengembalikan mood ku menjadi baik.

"Hai Sayang. Tumben kamu pulang " Sapa Bunda menyambutku dengan pelukan hangatnya.

"Kangen Bunda makannya Adit pulang. Adit ke atas dulu ya". Pamit ku mencium pipi Bunda kemudian berjalan ke lantai 2 dimana ruang kamar ku berada. Didalam kamar aku merebahkan diriku disana dengan menghisap sebatang rokok yang ku ambil dari dalam kantong celana ku. Ku hisap dengan santau dan penuh rasa, membuat pikiran ku sedikit tenang.

Pikiran ku sudah sedikit tenang. Aku kembali turun untuk makan karena emosi ini menguras tenaga dan juga isi perutku. Aku duduk di meja makan sendiri. Bunda yang melihat ku menghampiri dan duduk disampingku. "Moza enggak ikut?"

"Dia lagi sibuk Bun jadi enggak bisa ikut." Jawab ku.

"Oh. Yaudah kalau gitu salam ya dari Bunda. Abis makan jangan lupa belajar besok kan ujian". Kata Bunda dengan senyum manis yang dimilikinya dan membuat beliau terlihat semakin cantik.

"Iya." Balasku meneruskan kegiatan makan ku. Aku sudah kenyang dan kembali masuk ke kamar untuk belajar. Aku menata konsentrasi agar dengan mudah dalam belajar. Besok adalah ujian hari pertama. Aku harus mendapatkan hasil yang memuaskan.
TOK TOK TOK ...

Suara ketukan pintu dikamar ku. Aku menyuruhnya untuk langsung masuk saja karena kamar ku tidak terkunci. Ternyata yang datang Bunda. Beginilah sikap Bunda jika aku berada di rumah, bukannya aku yang manja kepadanya ini malah sebaliknya. Bunda selalu datang ke kamar ku dan bermanja dengan ku mungkin karena efek rindu pada anaknya. Maklum lah aku hanya dua saudara dengan Nesya, sedangkan dia berada di German dan aku sendiri jarang pulang kerumah. Malam ini aku ditemani oleh Bunda. Detik demi detik berlalu, Bunda sudah tidak terdengar suaranya. Sepertinya Bunda tertidur di ranjang ku.

"Maafin Adit ya Bunda. Adit jarang pulang kerumah. Adit sayang banget sama Bunda." Ucapku lirih mencium kening Bunda sebagai tanda kasih sayang ku. Aku membiarkan Bunda untuk tidur di kamar ku. Aku akan tidur di ruang tengah saja.

******

Pagi ini aku dibangunkan oleh Bunda. Ku lihat jam dinding sudah menunjukan pukul 6 pagi. Aku harus bergegas berangkat ke sekolah karena jarak dari rumah ku ke sekolah lumayan jauh. Aku tidak ingin terlambat pada ujian ku ini meskipun hari biasanya aku selalu terlambat.

Disekolah sudah terlihat ramai dan wajah tegang menghiasi semua siswa pagi ini. Aku juga sedikit tegang dan merasa gugup tapi aku berusaha untuk tenang dan santai. Ruangan ku berbeda dari Moza sehingga aku tidak bertemu dengannya. Sejak kemarin aku jarang berkomunikasi dengannya. Kesibukan ku sangat menguras waktu selain itu juga aku masih kesal dan cemburu karenanya ditambah lagi handphone Moza yang jarang sekali aktif membuat ku semakin berpikir negatif.

Bel masuk berbunyi. Pengawas menyuruh para siswa untuk memasuki ruangan dan ujian nasional hari pertama siap dilaksanakan. Aku mengerjakan soal ini dengan baik agar mendapat hasil yang memuaskan. Meskipun aku sudah memiliki perushaan sendiri tapi aku tetap harus lulus SMA.

2 jam sudah ku lalui dengan berkonsentrasi penuh pada setiap soalnya. Kini saatnya aku untuk pulang. Ku langkahkan kaki ku ke arah parkiran. Hari ini aku malas untuk berlama-lama di sekolah karena pekerjaan di kantor menumpuk dan harus segera ku selesaikan.

Sampai saat ini aku belum bertemu dengan Moza. Ketika aku berjalan ke arah parkiran aku melihat Moza sedang menunggu jemputan. Entah siapa yang akan menjemput dirinya. Aku menghampiri dan menariknya membawa ke gudang belakang sekolah. Aku menanyakan kemana saja dia selama ini tidak ada kabar dan tidak pernah mengaktifan handphonenya. Aku mendengar alasannya tapi bukannya aku mempercayainya malah aku semakin kesal dan marah kepada Moza. Moza juga terlihat sama kepadaku dia juga terlihat marah.

Moza meninggalkan aku keluar gudang sedangkan aku sedang berbicara kepadanya. Aku memberitahukannya mengenai pesan singkat dari Endra yang ku baca malam itu ketika aku mengantarkan Moza tidur dikamarnya. Bukannya mendapat balasan dari ucapan ku, Moza terus saja berjalan kedepan. Aku mengikutinya dari belakang dan melihat kalau Sandi lah yang menjemput Moza siang ini.

Aku yang masih disulut emosi pergi meninggalkan sekolah ini ke kantor.
"BANGSAT !!" Umpat ku menghantap tangan ku ke stir mobil.

Di kantor aku dihidangkan oleh Sani beberapa berkas yang membuat kepalaku pusing. Mau tidak mau aku harus menyantap habis semua berkas ini. Aku tahu saat ini kondisiku tidak dalam grafik yang stabil tapi sebisa mungkin jika sudah sampai di kantor aku harus menjadi seorang yang profesional. Aku tidak mau bawahan ku mencontoh perilaku buruk ku di kantor.

TOK TOK..

"Masuk ! Gimana San? " Tanyaku dengan masih mengerjakan berkas di depanku.

"Pak Banu minta jadwal meeting dimajuin sekarang." Balas Sani.

"Lah, bukannya jadwal meetingnya besok kan jam 3 sore ? Kok jadi mendadak berubah gini si ?".

"Ya, beliau ada urusan ke luar kota besok makannya meetingnya minta sekarang. Gimana bisa enggak ? Semua berkas si sudah siap." Sani menunggu keputusan dariku.

"Mau gimana lagi. Yaudah kalau semua berkas sudah beres. Tunggu 10 menit gue nyusul ke ruangan meeting. Gue mau ganti baju dulu." Titah ku kepada Sani.

Aku paling sebal jika pekerjaan ku masih banyak tapi tiba-tiba ada meeting mendadak seperti ini. Aku menyiapkan diriku sebelum bertemu dengan klien ku. Aku berganti pakaian formal karena sekarang aku sedang mengenakan seragam sekolah ku. Dari tadi aku tidak sempat untuk berganti baju. Aku sudah siap dan saatnya meeting.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang