62.

10.1K 281 10
                                    

Malam ini suasana sangat indah karena langit cerah dan bertabur bintang. Berkelap-kelip nan jauh disana memberi keindahan dengan sinarnya yang tak lekang oleh waktu. Bulan sabit yang melengkapi keindahan malam ini. Seakan tak pernah bosan menebar senyumnya dari atas langit sana kepada makhluk hidup dibawah kolong langit.

Aku menikmati keindahan malam ini dengan ditemani secangkir cokelat panas di balkon depan kamar rumah ku. Malam ini aku tidak menginap di apartement Adit karena waktu ujian nasional sudah semakin dekat jadi aku harus mempersiapkan semuanya lebih serius. Kak Sandi juga kasihan jika harus ditinggal terus oleh ku. Dia sekarang menjadi pria manja mungkin karena efek LDR dengan kekasihnya.

"Za. Kamu lagi apa?". Kak Sandi menghampiriku kemudian duduk di sampingku.

"Moza lagi santai aja Kak. Ada apaan tumben ? Kangen ya sama adik cantiknya?". Jawabku.

"Kangen lah. Abis kamu pacaran mulu sama Adit. Tau deh yang pacarnya selalu ada. Oya kamu jadi nikah abis ujian?".

Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan Kak Sandi. Aku memang sudah serius dengan keinginan ku yang akan menikah abis ujian nasional tepatnya setelah pengumuman. Aku tidak ingin berlama-lama menjalin hubungan pacaran. Semua sudah saling mengenal bahkan kedua belah pihak keluarga juga mengenal bahkan sudah memberikan restu kepada kami. Memang terkesannya seperti terburu-buru tapi aku senang menjalaninya. Mengenai pendidikan selanjutnya aku masih bisa kuliah setelah menikah. Adit juga tidak melarangku dalam masalah pendidikan. Ya itu karena dia menjunjung tinggi pendidikan.

Aku berbincang santai dengan Kak Sandi membahas kenangan kita semasa kecil disaat kita masih satu rumah. Semenjak Kak Sandi dipercayai oleh Ayah untuk memegang salah satu perusahaan Kak Sandi pindah ke Jogja dan semenjak itu aku jarang menghabiskan waktu bersamanya. Bertukar pikir mengenai masalah percintaan.

Kak Sandi lebih pengalaman dari pada aku. Apalagi dia mantan seorang playboy jadi pasti dia sudah khatam dalam masalah ini. Kak Sandi sudah tidak menjadi playboy karena dia telah ditaklukan oleh Kak Nindira yang berhasil membuat Kak Sandi resaign dari julukan playboy. Mereka sudah pacaran selama lebih dari 1 tahun dan sudah tunangan tapi disini aku yang akan menikah duluan. Mereka tidak keberatan sama sekali karena mereka belum siap apalagi Kak Nindira masih ada kontrak kerja yang belum memperbolehkan untuk menikah pada tahun ini.

Tak terasa obrolanku sudah sampai pada jam 11 malam. Rasa kantuk sudah menyerang. Aku dan Kak Sandi pun berpisah untuk kembali pada kamar masing-masing untuk tidur. Mengisi ulang tenaga untuk hari esok.

******

Pagi ini burung berkicau dengan riang. Angin berhembus dengan sejuk. Tetesan embun jatuh dari pucuk dedaunan yang masih berwarna hijau muda. Sungguh segar suasana pagi di Jogja. Aku semakin betah untuk tinggal di kota dengan sejuta keindahannya ini.

Suara detak jarum jam mengiringi langkahku dalam mempersiapkan segala sesuatunya pagi ini. Peralatan sekolah dan sarapan pagi ini sudah siap. Aku melihat Kak Sandi yang turun dengan wajah sumringah. Mungkin semalam dia habis melepas kerinduan dengan kekasihnya yang jauh disana. Melihatnya bahagia seperti itu aku jadi ikut bahagia. Hari ini aku berangkat di antar Kak Sandi, aku malas membawa mobil sendiri karena pasti pulangnya aku bersama dengan Adit. Dia tidak memperbolehkan aku untuk menyetir sendiri.

Tepat jam 7 pagi aku sudah sampai di sekolah. Hari ini tidak ada pelajaran karena hanya akan ada agenda try out. Para siswa sudah duduk pada tempatnya masing-masing tapi aku belum melihat kehadiran Adit. Pastilah dia terlambat. Adit kan bukan manusia tapi dia itu kerbau yang kalau sudah tidur susah bangun. Pantas saja dia selalu terlambat masuk sekolah. Aku tidak tahu kalau ujian nasional besok apa dia akan terlambat masuk atau tidak. Ketika try out sudah berjala 10 menit barulah muncul batang hidung Adit, dengan santainya dia berlenggang memasuki kelas yang kemudian duduk pada bangkunya. Bu Dira yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala.

2 jam sudah kulalui dengan berkutik pada soal yang membuatku pusing melihatnya. Untunglah apa yang aku pelajari semalam setidaknya ada beberapa yang keluar. Perutku merasa lapar karena berpikir keras tadi. Aku mengajak Nisa ke kantin. Adit dia pergi bersama temannya ke lapangan futsal untuk bermain. Aku sudah melarangnya agar tidak bermain karena menurut Dokter Piyo Adit belum boleh bermain futsal sampai 9 bulan dulu sebelum lutunya benar-benar sembuh.

"Kamu jangan main futsal dulu Dit. " Kata ku

"Aku enggak main kok Baby, aku cuman jadi petugas ambil bola aja kok. Boleh ya." Rengeknya menarik- narik tanganku agar aku mengijinkannya.

Aku malas melihat tingkahnya yang terus merengek seperti anak kecil minta dibelikan permen kapas jadi ya aku mengiyakan keinginannya daripada aku pusing dibuatnya. Setelah mendapat ijin dariku Adit langsung berlari ke arah teman-temannya. Aku memilih melanjutkan ke kantin bersama Nisa.

Suasana kantin terlihat ramai, sepertinya para siswa yang lain juga lapar karena tenaganya terkuras oleh soal try out tadi. Aku menjatuhkan pilihan ku kepada Bakso untuk mengisi perut ku siang ini srdangkan Nisa memilih siomay. Aku menikmati makan siang ku ini dengan santai sampai tiba-tiba seseorang mendatangiku.

"Moza, enak ya ?". Sapanya

"Ada apa ya ?. Jawabku memandang sinis kearahnya.

Dia juga membalas dengan senyuman yang tak kalah sinis dan tatapan licik.
Dia mendekat dan melakukan hal yang sangat memalukan.

BRETTTT !!!!

"Ah, apa-apan lu ngerobek baju gue gini?". Aku menutupi baju ku dengan tangan ku karena beberapa kancing bajuku bagian atas terlepas akibat di robek paksa olehnya.

"Karena lu pantes gue giniin. Lu udah ngerebut Adit dari gue. Kalau lu enggak pindah sekolah kesini Adit pasti masih mau balikan sama gue. DASAR JALANG ! " Dia tertawa puas dengan ulahnya barusan dan pergi meninggalkan ku. Aku  mendapat tatapan sinis serta tawa dari para siswa yang ada dikantin ini.

"SIALAN LU RISTA !!". Aku mendorong Rista dari belakang sehingga dia jatuh tersungkur ke lantai.

Rista yang tahu kalau aku mendorongnya langsung kembali menarik ku agar juga jatuh ke lantai. Kini aku dan Rista sama-sama di lantai dan dia terus saja mencoba untuk merobek bajuku dan menarik rambut panjang ku namun aku selalu bisa menghalangi niat liciknya.

PLAK !!

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang