8.

21.1K 550 7
                                    

Adit memandang ku dengan tatapan menggoda. Membuat ku muak melihatnya. Kak Sandi yang melihat diriku bertatapan dengannya merasa keanehan pada suasana sore ini.

 Kak Sandi yang melihat diriku bertatapan dengannya merasa keanehan pada suasana sore ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian saling kenal?" Suara Kak Sandi memecah keheningan.

"Gue kenal adik lu bang, dia sekolah di tempat gue, sekelas lagi. Ternyata adik lu cantik juga ya.". Adit menjawab pertanyaan Kak Sandi dengan tersenyum miring.

"Syukur deh kalau kalian udah saling kenal, jadi gue enggak usah ngenalin kalian. Oya Moza, kamu mau ya jadi model di perusahaan Adit."

"Ha? Perusahaan dia!, enggak ah mending aku enggak jadi model di sini daripada harus kerja sama dengan orang yang songong!". Jawab ku sinis dengan memindahkan diriku untuk duduk di sofa yang ada di depan meja kantor Kak Sandi.

"Moza, jaga bicaramu!. Adit ini biar dikata tampangnya songong tapi dia bocah baik kok, ya selain dia sekolah dia juga menjalankan perusahaan mode miliknya." Jelas Kak Sandi.memdekati diriku.

"Yakin lu enggak mau kerja di perusahaan mode gue, entar nyesel lagi. Banyak loh model di luar sana yang pada mau jadi model di Tama Mode." Adit duduk mendekatiku.

"Mau Tama mode kek, Timi mode kek, bodo amat!". Aku pergi beranjak dari ruangan Kak Sandi meninggalkan mereka berdua.

Apa-apan dia memaksa ku untuk menjadi model di perusahaannya. Memang aku tahu perusahaan Tama Mode sudah terkenal seantero jagat dunia fashion, tapi berhubung aku mengenal siapa pemilik dari perusahaan itu membuat aku muak untuk menjalin kerjasama dengannya. Aku menuruni lift beranjak keluar dari gedung ini. Ku lihat langit sudah semakin gelap mungkin akan turun hujan sore ini.

Jika aku pulang sekarang, aku pasti merasa bosan karena sendirian dirumah. Kak Sandi sepertinya akan melembur kerjaannya sampai malam nanti dikantor. Daripada bengong dan kesepian aku melajukan mobil ke sebuah tempat ramai di kota Jogja ini. Pemandangan di kota jogja ini sungguh indah, tenang dan harmonis. Aku suka tempat ini, begitu damai rasanya. Jalanan pun tidak terlalu ramai seperti dijakarta.

Hari semakin gelap, namun langit tidak jadi menurunkan air hujan di kota Jogja ini. Ku lirik jam tangan ku, saat ini sudah menunjukan pukul tujuh malam. Perutku semakin keroncongan, karena sejak pulang sekolah aku lupa untuk mengisinya dengan sesuap nasi. Aku putuskan untuk singgah ke sebuah kafe di daerah kota baru.

"Halo Nisa, bisa enggak lu dateng ke kafe yang ada dikota baru. Temenin gue dong. Gue sendirian ini disini." Aku menelpon Nisa berharap dia mau menemaniku di sini.

"Ya, tunggu sepuluh menit lagi aku sampai disitu." Jawab Nisa.

Sepuluh menit sudah aku menunggu kedatangan Nisa disini. Kafe ini cukup ramai, ya karena kafe ini buka selama 24 jam. Banyak para pengunjung memenuhi tempat ini. Ada yang sekedar hanya minum segelas kopi, makan bersama teman-teman, ada juga yang tertawa lepas bersama temannya dengan asyik bermain kartu. Setidaknya aku merasa jauh lebih bebas tinggal disini daripada di Jakarta, karena Ayah tidak menjaga ku disini. Awalnya aku pikir Kak Sandi akan sangat over protektif kepada diriku, ternyaya dugaan ku salah besar. Kak Sandi malah memberiku kebebasan disini, itu karena dia disibukan oleh pekerjaannya.

Aku melihat sosok Nisa dari arah pintu depan kafe ini. Segera ku lambaikan tangan ku untuk memberitahu posisi aku sekarang.

"Lama banget, katanya 10 menit. Nyatanya setengah jam.". Omelku dengan menatap kesal Nisa.

"Maaf, tadi aku lagi ada tamu dirumah. Ada apa nyuruh kesini?".

"Temenin gue makan. Gue males sendirian dirumah. ". Manja ku dengan menarik tangannya.

Nisa hanya mengiyakan ajakan ku dan dia memesan seporsi hidangan malam untuknya. Aku beruntung mendapatkan teman sepertinya. Nisa gadis yang baik, pintar dan mudah bergaul dengan ku, yang terpenting dia menerima ku dengan senang hati. Malam ini aku malas pulang kerumah, sepertinya aku akan menghabiskan malam ini disini atau akan menginap di rumah Nisa.

"Muka mu kok ditekuk mulu dah" Nisa memandangi diriku.

"Gue lagi kesel sama cowok kampret."

"Adit?. Kenapa dia? Masih karena masalah tadi pagi yang baju lu dirobek?." Tanya Nisa dengan rentetan pertanyaannya yang membuat ku pusing mendengarnya.

"Masalah itu memang masih membuatku kesal. Tadi sore gue ke kantor Kak Sandi dan enggak sengaja ketemu dia. Ternyata Adit juga kenal baik Kakak gue Nisa. Yang bikin gue tambah kesel lagi, Adit nyuruh gue buat jadi model di perusahaan mode nya. Gue males berhubungan sama dia Nis." Jelas ku panjang lebar, sesekali aku menggerutu kesal karenanya.

"Lah kenapa enggak di ambil. Perusahaan dia kan berkembang pesat. Adit kan CEO di perusahaannya, ya meskipun usia dia masih sangat muda dan dia masih duduk di kelas satu SMA seperti kita. Kejeniusan dan kegigihannya yang bikin Ayahnya percaya buat Adit ngejalanin perusahaan keluarganya. Cewek-cewek di sekolah banyak loh yang pada antri minta dijadiin modelnya. Tapi Adit enggak mau, kamu ini loh udah dapet tawaran malah di tolak." Jelas Nisa panjang lebar yang hanya dapat anggukan malas dariku.

"Ah bodo amat, enggak peduli." Aku mengeluarkan bungkus rokok dari dalam tas ku.

Aku menyalakan rokok dan kuhisap nikmat. Membuat perasaan ku lega seketika.

"Moza. Lu ngerokok?" Nisa memandangi ku dengan mata yang melotot.

"Biasa aja kali ah Nis. Cewek jaman sekarang banyak kali yang begini. Lagian gue cuman ngerokok kalau diluar rumah aja kok. Gue enggak sebadung yang lu pikir. Santai aja gue enggak pakai drugs sama sex bebas kok. " Jelasku kepada Nisa yang menggeleng-gelengkan kepala mendengar penjelasanku.

Aku dan Nisa menikmati malam ini hingga tak terasa jam sudah menunjukan 11.00 malam. Aku masih belum beranjak dari kafe ini, karena semakin malam justru semakin ramai pengunjung yang datang. Selama Kak Sandi belum menelpon aku tidak akan pulang ke rumah. Aku ingin menikmati malamnya kota Jogja saat ini, melepaskan kepenatan yang menghampiri diriku hari ini.

"Moza..." Suara seseorang dari kejauhan sana yang menghadap kepada diriku.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang