"Ya, karena Ibu Moza adalah wanita yang kuat sehingga beliau bisa tahan merasakan kontraksi yang cukup kuat ini. Kita lihat saja nanti ya Pak Adit kalau pembukaanya cepat dan kondisi memungkingkan untuk persalinan normal kemungkinan kita bisa melakukan itu. Kita akan memberikan yang terbaik untuk Ibu Moza Pak." Mendengar penjelasan Dokter Bram barusan sedikit membuat lega namun aku masih saja takut terjadi apa-apa kepada Moza. Apapun persalinannya aku berharap Moza dan Anak ku lahir selamat.
Selesai mendengar penjelasan Dokter aku kembali ke ruangan untuk menemani Moza tapi ketika aku hendak melangkah ada seseorang yang memanggilku. Aku pun beralih ke sumber suara.
"Bunda, Papa" Sapaku melihat kedua orang tua ku datang kerumah sakit.
"Gimana kondisi Moza Nak ?" Tanya Bunda kepadaku.
"Sekarang pembukaannya udah 4 Bu, ketuban udah pecah jadi Moza di induksi. Kata Dokter kalau pembukaannya cepat dan sesuai perkiraan bisa lahir normal. "Jelas ku dan mendapat belaian lembut dari Bunda yang membuatku sedikit tenang.
"Yaudah Bunda mau ketemu sama Moza ya." Bunda dan Papa memasuki ruangan rawat Moza bersama ku.
Didalam Bunda langsung memeluk Moza memberi suntikan semangat kepadanya. Papa juga tak kalah menyemangati Moza. Moza semakin merasa sakit mungkin itu efek dari induksi. Aku sungguh tidak tega melihatnya. Rasanya aku sangat bersalah membuat Moza seperti ini.
"Semangat ya Moza sayang. Semua akan baik-baik saja." Ucap Bunda mengusap punggung Moza yang sedari tadi terasa pegal dan panas.
"Bunda Moza minta maaf ya kalau Moza ada salah. Doain Moza persalinannya lancar dan anak Moza lahir selamat ya Bun. Moza sakit banget capek. " Keluh Moza menangis di pelukan Bunda.
"Iya sayang sudah jangan nangis. Nanti malah kamu lemas kalau nangis. "Bunda masih saja mengusap lembut punggung Moza dan sesekali menciuminya.
Aku masih setia menunggu Moza disini. Handphone ku berdering sepertinya ada panggilan masuk. Ya itu dari Mama di Jakarta. Mungkin beliau juga khawatir karena kondisi Moza sekarang, sedangkan beliau belum berada disini sekarang. Aku memberikan handphone ku kepada Moza.
"Halo Mama, Ayah. Moza minta maaf ya selama ini Moza selalu nakal dan bikin kalian susah. Moza mau lahiran Mam Yah, doain ya semoga lancar. Moza udah buka 4 tapi ketubannya pecah duluan jadi di induksi. Moza kangen sama Mama dan Ayah." Moza berbicara dengan sesegukan tak mampu menahan tangisnya.
"Ya sayang, Mama dan Ayah akan segera terbang kesana. Kamu jangan bilang gitu Moza, Mama dan Ayah enggak pernah marah sama kamu. Kamu baik-baik disana Ya. Kami juga kangen sama kamu." Balas dari sambungan telepon Mama.
Sepertinya Moza sudah tidak sanggup untuk berbicara lagi karena handphonenya diberikan kepadaku. Kini aku lah yang berbicara di balik sambungan telepon dengan kedua mertua ku. Aku menjelaskan bagaimana kondisi Moza seperti ini. Setelah mereka sudah mengetahui sambungan telepon pun terputus karena mereka akan segera berangkat ke Jogja untuk menemui Moza.
Sekarang sudah jam 4 sore. Moza semakin sering mengalami kontraksi yang hebat. Dia bahkan sampai menetaskan air mata karena terlalu sakit merasakan kontraksi ini. Menurut Bidan disini jika di induksi rasa sakitnya melebihi 3 kali lipat daripada jika tidak di induksi tapi Moza harus di induksi mengingat ketuban nya sudah pecah karena kalau terlalu lama takut terjadi hal buruk pada para jagoan ku didalam sana. Moza tidak nafsu makan bahkan aku mencoba untuk menyuapinya pun dia tetap tidak mau, dia hanya minum itu pun segelas saja tidak habis.
Moza terlihat sangat uring-uringan saat ini. Dia selalu meminta untuk perut dan punggungnya diusap-usap tanpa henti. Aku merasa pegal dan lelah namun rasa lelah ku ini tidak sebanding dengan perjuangan Moza yang akan melahirkan sebentar lagi. Bidan datang untuk melakukan pemeriksaan dalam kepada Moza dan memeriksa bagaiamana detak jantung jaagoan ku.
"Maaf ya Bu, saya periksa dulu. Semoga sudah ada kemajuan pembukaan ya." Kata Bidan dengan suara dan perlakuan yang lembut. Moza hanya mengangguk menyetujui pemeriksaan ini.
"Gimana Bu Bidan ?". Tanya ku penasaran.
"Pembukaan nya sudah menambah menjadi 8 Pak. Tinggal 2 lagi pembukaan lengkap. Ibu Moza yang semangat ya kan sebentar lagi bertemu sama jagoan-jagoannya. Kalau mulas jangan mengejan dulu ya. Kalau ada apa-apa panggil saja ya . " Kata Bu Bidan sambil merapikan kembali Moza.
"Ya Bu Bidan terima kasih" ucapku. Aku sedikit merasa lega mendengar pembukaan Moza sudah bertambah menjadi 8cm itu artinya sebentar lagi Moza akan memasuki fase persalinana. Aku terus memberikan suntikan semangat kepadanya. Saat ini aku selalu duduk di samping Moza tapi tiba-tiba Moza meminta ku untuk berbaring di sebelahnya.
"Ya Baby. Sabar ya sebentar lagi pembukaan lengkap, kamu harus semangat Baby." Ucapku mengecup kening Moza.
"Aku capek Yang enggak kuat. Sakit banget. Perut sama punggung aku panas pegal terus. Ya ampun begini banget ya mau ketemu sama jagoan kita. Aku enggak kuat Yang sakit." Kata Moza terus menangis dan dia selalu mencengkram erat tangan ku jika sedang mengalami kontraksi.
Aku mengecup kedua mata Moza mencoba menghapus linangan air matanya. Aku membelai lembut pipi Moza. " Aku tahu pasti itu sangat sakit Baby tapi kamu harus tetap semangat demi jagoan kita. Aku tahu kamu Bunda yang kuat, kamu pasti bisa melewati fase ini."
Moza masih saja menangis. Jujur baru kali ini aku melihat Moza menangis dan merasa kesakitan seperti ini. Dia sudah tidak sanggup berbicara dan hanya kata sakit yang terucap dari mulut manisnya. Sesekali Moza memejamkan mata dan menahan rasa sakit ini yang semakin menjadi. Mencengkram kuat lengan ku bahkan kadang juga dia mencakar-cakar tubuhku sebagai pelampiasan rasa sakitnya.
"Aku pingin pup mulas banget. Ganjel banget Yang dibawah." Kata Moza dengan kembali meneteskan air mata dan menggigit bibirnya.
Aku panik dan langsung memencet bel yang ada disampingku. Berharap Bidan dan Dokter segera datang karena mungkin Moza sudah akan melahirkan jagoan ku. Tak begitu lama tim medis datang dan memeriksa Moza.
"Pembukaan lengkap tolong disiapin peralatannya ya". Perintah Dokter Bram kepada suser dan Bidan yang membantu menanganinya.
"Pak Adit disini saja ya temain dan berikan semangat untuk Ibu Moza". Perintah Dokter Bram lagi dan aku pun menurutinya. Aku berada di samping kanan Moza mengusap lembut kepalanya bahkan terus menerus memberikan dia semangat, sedangkan Bunda dan Papa menunggu di luar.
"Ibu Moza, pembukaan sudah lengkap ya dan ini kepala bayi nya sudah di depan mulut vagina. Saya akan membantu proses persalinan, Bu Moza semangat dan ikuti aba-aba dari saya. Kalau Ibu sudah merasa mulas dan ada keinginan untuk mengejan silahkan mengejan." Kata Dokter Bram memberi penjelasan kepada Moza yang di balas anggukan darinya.
Aku menjadi saksi dengan jelas bagaimana perjuangan seorang Ibu yang akan melahirkan seorang anak yang dikandungnya selama 9 bulan dan bagaimana rasa sakit ketika merasakan kontrakasi dan mengejan untuk mengeluarkan sang anak dari dalam rahim sang Ibu. Sungguh benar-benar sebuah perjuangan yang mempertaruhkan antara hidup dan mati. Kini aku melihat dengan jelas dan bahkan mengikuti setiap prosesnya. Aku menangis melihat perjuangan Moza yang begitu besar untuk anak kita agar bisa terlahir dengan selamat di dunia ini.
Aku mengusap lembut dan mencium kening Moza. Melihat dirinya berjuang melahirkan jagoan kita. Moza menggenggam erat tangan ku hingga lagi-lagi menyisakan luka disana.
"Ayo Bu dikit lagi keluar kepalanya." Kata Dokter Bram memimpin persalinan ini. Moza terlihat mengejan dengan sekuat tenaga sampai kepala bayi keluar dan tiba-tiba
OWEKKK OWEKKK ..
Suara tangisan bayi menggema di ruangan ini. Moza menangis mendengarnya sedangkan aku menghujani Moza dengan ciuman sayang di kening dan puncak kepalanya. "Baby, jagoan kita sudah lahir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...