95.

10.8K 256 6
                                    

Sepulang dari rumah sakit aku langsung menuju ke rumah Bunda di kaliurang. Aku ingin sekali mengabarkan berita bahagia ini. Di mobil aku juga sudah memberi kabar kepada Kak Sandi dan kedua orang tua ku di Jakarta. Ayah sangat senang mendengar kabar aku hamil itu bearti ramuan yang diberikan kepada Adit hasilnya sangat manjur.

Sampainya dirumah aku langsung disambut oleh Bunda. Papa Hermawan masih sibuk di kantornya. Bunda langsung memeluk diriku. Mengusap-usap perutku yang masih rata. Aku sangat bahagia sekali.

"Bun. Moza mau jadi ibu." Aku berkata dengan nada yang sangat bahagia bahkan sampai-sampai aku tertawa jika mengiangat kalau diriku memang benar-benar sedang mengandung.

"Selamat ya Sayang. Jaga baik-baik malaikat kecil mu ya. " Balas Bunda tak kalah bahagianya dengan diriku.

Adit yang melihat aku dan Bunda berpelukan dan tak hentinya melepaskan pelukan ini hanya menggelengkan kepala kemudian pergi ke ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Adit memang tidak bekerja tapi dia sepertinya lelah dengan tingkah laku ku. Aku membiarkan Adit berisitirahat dan aku menghabiskan waktu ku bersama Bunda sambil menunggu Papa pulang.

Sekarang jam sudah menunjukan pukul 7 malam saatnya untuk makan malam bersama di rumah Bunda. Aku membangunkan Adit yang masih terlelap dengan tidurnya. "Sayang, makan malam yuk."

"Iya Baby." Jawab singkat Adit yang langsung menyambar pipiku dengan kecupan sayangnya.

Aku dan Adit berjalan menuju ke ruang makan. Disana sudah ada Papa dan Bunda. Semua sudah ada di meja makan hanya Nesya saja yang tidak ada. Itu karena dia masih berada di German. Sekolahnya belum masuk ke masa liburan sehingga dia belum bisa pulang, padahal aku sangat merindukan adik badungku yang cantik itu. Makan malam penuh kehangatan ini membuat ku rindu akan kumpulnya keluarga ku sendiri. Aku rindu makan malam bersama Mama dan Ayah di Jakarta.

"Kamu kenapa Baby?". Tanya Adit memperhatikan diriku yang tiba-tiba berubah ekspresi menjadi melow.

"Aku kangen Mama sama Ayah. Aku pingin ke Jakarta. " Balasku meletakan sendok dan menyelesaikan kegiatan makan ku.

Adit mengusap lembut pipiku yang tak terasa sudah berderai air mata rindu dari sana. "Nanti kita kesana ya. Tunggu malaikat kecil ku tumbuh menjadi lebih kuat dari sekarang, aku janji sama kamu kalau kita bakal ke Jakarta. Sekarang kamu makan ya. Aku suapin". Adit menyendokan makanan ke dalam mulutku namun aku menolaknya. Rasa lapar ku sudah hilang dan nafsu makan pun sudah tidak ada lagi. Aku hanya ingin pulang. Adit mengiayakan permintaan ku karena aku minta segera pulang. Jadi selesai makan malam aku berpamitan pulang kepada Bunda dan Papa. Mereka mengerti bahkan sangat mengerti kondisi ku.

Bunda memeluk ku dan mengusap perutku. "Jaga baik-baik ya sayang. Sehat selalu"

"Iya Bunda. Papa doain jagoannya ya biar sehat terus ". Kataku kepada Bunda kemudian beralih memeluk Papa. Aku merasa kalau aku juga seakan sedang memeluk Ayah.

"Iya Nak. Papa doakan semua sehat. Oya, ngidamnya jangan yang aneh-aneh ya jagoan Kakek." Kata Papa sambil mengusap perutku lembut.

Adit mencletuk tiba-tiba. "Moza mah enggak aneh-aneh Pa ngidamnya. Dia mintanya ngusel sama dikelonin mulu sama Adit "

Aku memukul lengan Adit. Aku malu karena dia telah membuka aib ku pada Bunda dan Papa. Seperti biasa Adit hanya tersenyum miring kepadaku. Dia selalu tidak merasa bersalah jika membuat ku kesal. Benar-benar suami yang menyebalkan. Aku pikir semenjak menikah dengan ku sifat menyebalkan nya itu sudah menghilang ternyata sama saja. Semoga kelak anak ku tidak ada yang mengikuti jejak Ayahnya. Aku pasti akan pusing dibuatnya.

Selama di perjalanan menuju ke apartement, aku tak pernah melepaskan pelukan ku pada lengan Adit. Aku tahu dia sedang menyupir tapi aku tidak mau melepaskan genggamannya. Aku sangat merasa nyaman jika terus-terusan memeluk Adit dan berada pada dekapannya. Berhubung jarak dari rumah di kaliurang ke apartement ku yang ada di pusat kota jauh jadi aku memejamkan mata sebentar.

Tak terasa sudah sampai di apartement dan aku sudah berada di ranjang. Aku tahu pasti Adit telah menggendong ku ke kamar. Aku melihat Adit tidak ada di sebelah ku. Aku bangun dan memanggil-manggil namanya, tapi tidak ada sahutan. Aku melihat handphone Adit dan kunci mobil berada di nakas dekat ranjang itu artinya dia tidak pergi keluar dari apartement ini. Aku menuju ke ruang kerja Adit yang tak jauh dari kamat utama. Aku melihat dia sedang berkonsentrasi pada istri keduanya.

"Kamu mah nyebelin si Yang. Istrinya lagi tidur ini malah selingkuh sama istri kedua. Aku kangen sama kamu tau". Umpat ku kesal menghampiri Adit dan duduk di meja kerjanya.

"Aku kan selingkuh sama istri kedua buat anak kita besok Baby. Aku harus siapin semua itu dari sekarang. Tadi Sani kirim email yang harus aku cek dan aku terpaksa ninggalin kamu buat ngerjain kerjaan ini semua. Maaf ya Baby. Jangan cemberut gitu dong." Rayu Adit mencium keningku.

Aku berpindah posisi dan saat ini aku duduk pada pangkuan Adit membuat dirinya menegang dan menghentikan segala aktifitas pekerjaannya. Adit melingkarkan tangannya pada pinggangku. "Yang. Pingin ice cream cokelat, tapi yang di alun-alun Jogja itu loh yang waktu itu kita belinpas pertama jalan-jalan masa SMA."

Adit mengeryitkan dahinya mencoba mengiangat ice cream macam apa yang aku inginkan." yang mana Baby? Ice cream di alun-alun kan banyak yang jual. "

"Ih kamu mah masa lupa si ice cream yang pernah kita beli. Itu loh ice cream cokelat yang banyak banget kacangnya. Kalau enggak salah yang jual cowok ganteng anak kuliahan gitu, Sayang. Aku mau itu, eh bukan aku tapi anak kita. " Jawabku mengedipkan mata ku dan tersenyum menggoda.

Adit melihat jam dinding kemudian kembali mengeryitkan dahinya. Memandang penuh selidik kepadaku. "Kamu ngidam ice nya apa yang jual si Baby ?".

"Ice creamnya lah. Ngapain aku ngidam yang jual orang suami aku yang ini jauh lebih ganteng. Kamu mau kan beliin buat aku ?". Aku mencubit hidung mancungnya kesal.

Adit mengusap hidungnya yang merah karena cubitan ku dan mengaduh. Adit mengarahkan wajah ku untuk melihat ke arah jam dinding yang bertengger kokoh di dinding. "Udah jam set 1 malam Baby. Mana ada penjual di alun-alun jam segini. Mas nya yang jual juga udah pulang. Besok ya aku beliin yang lain."

Aku turun dari pangkuan Adit dan duduk di atas meja kerja Adit lagi. "Kamu tuh ya. Aku kan mau nya sekarang lagian yang pingin kan anak kamu bukan aku. Aku kan cuman nyampein aja. Kamu enggak malu kalau besok anak kita ileran gara-gara ngidamnya enggak keturutan sama Ayahnya. Terus besok kalau ada yang bilang gini 'ih, masak anaknya Adit pemilik Tama Mode ileran ya, ternyata dulu waktu istrinya ngidam enggak diturutin. Cuman pingin ice cream harga 10 ribu aja masak dia enggak mampu beli. Kasihan ya anaknya padahal kan Ayahnya orang tajir banget. Ice cream harga segitu masak iya enggak mampu beli'. Kalau ada yang gitu gimana ? Kamu enggak malu martabat dan kehormatan kamu di mata hal layak turun?". Umpat ku kesal dengan Adit yang belum juga mau menuruti keinginan ku.

"Tapi kan Baby..." Adit menggaruk kepalanya yang padahal aku tahu kalau sebenarnya dia tidak merasa gatal.

Aku berdiri dari posisi ku semula. "Kalau enggak mau beliin aku yaudah. Aku mau ngambek sama kamu terus kamu enggak boleh tidur seranjang sama aku. Sana tidur di luar dan aku enggak mau ngebolehin kamu masuk apartement. Kata sandinya mau aku ganti !".

"Bused dah Baby sangar banget. Jangan dong aku bisa mati berdiri kalau digituin sama kamu. Ya aku beliin. Aku jalan dulu." Akhirnya Adit mau menuruti keinginan ku dan dia berjalan ke kamar untuk mengambil kunci mobil.

"PAKAI MOTOR AJA BIAR CEPET JANGAN PAKAI MOBIL !!" Teriak ku dari ruang kerja Adit.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang