72.

8.8K 265 10
                                    

'Lah, gimana enggak negatif coba ? Emang sebenarnya gini kan kejadiannya. Kamu jalan dengan bebas sama Endra beberapa hari ini. 3 hari kamu enggak ada kabar sama sekali. Lah ini abis ujian malah asik-asikan mau ciuman sama Bayu." Ucapnya ringan.

Kali ini amarahku memuncak dengan sangat cepat. Membuat diriku hilang kendali. Adit sudah sangat keterlaluan karena terus-menerus menuduhku yang macam-macam.

"Kenapa diam. Bener kan yang aku bilang ? 3 hari kemarin sebelum ujian kamu jalan-jalan kan sama Endra sampai kamu enggak ikut try out?". Adit semakin meninggi nada bicaranya. Membuat ku hampir meneteskan air mata karena kembali mendengar bentakan darinya.

PLAK !!

"Jaga ya mulutmu ! Aku enggak serendah apa yang kamu pikirin. Aku enggak segampang itu ciuman sama cowok yang bukan pacar aku. Kamu kan yang bebas pergi jalan sama Rista tanpa aku ganggu. Puas kan kamu pergi tanpa ada gangguan. Semua yang kamu omongin barusan itu enggak bener. Asal kamu tahu ya Dit selama 3 hari ini aku bukannya pergi pacaran sama Endra atau Bayu atau siapapun itu. Aku tuh dirumah sakit. Apa kamu ada niatan buat nanyain kabar aku ? Enggak kan ? Kamu malah enak pergi sama Rista.
Oya. Ternyata selama ini kamu masih simpan foto Rista ya di dompet kamu. Mungkin juga kamu masih ada rasa sama dia kan? Kalau iya yaudah lanjutin aja aku ngalah enggak apa-apa kok." Jelas ku panjang lebar. Aku berusaha untuk tidak meneteskan air mata didepan Adit meski sebenarnya hatiku sangatlah pedih. Amarah ku sangat menggebu sehingga aku dengan mudahnya menampar Adit.

"Aku udah enggak ada rasa ya sama Rista. Aku cuman cinta nya sama kamu Moza ! Foto itu memang masih ada di dompet aku tapi bukan bearti aku masih ada rasa sama dia. Kenapa kamu enggak bilang kalau kamu dirumah sakit?". Kata Adit

"Terserah lah apa alasan mu Dit. Buat apa aku kasih tahu orang yang sibuk selingkuhan dibelakang aku. Lebih baik aku istirahat tanpa diganggu sama kamu. Aku juga males kalau di bentak-bentak sama kamu" Balasku.

"Aku enggak selingkuh sama dia Moza. Aku cuman pergi sekali." Jelas Adit.

"Iya kamu pergi clubbing kan sama Rista. Aku tahu kok. Bahkan aku lihat dengan jelas kamu minum ditemein sama Rista. Siapa si Dit yang enggak sakit liat pacarnya sendiri pergi berduaan ke clubbing sama mantan pacarnya. Mesra-mesraan sampai dia mabuk dan parahnya pacar kita sendiri enggak sadar kalau ada ceweknya disitu. Di ajak pulang malah bentak pakai omongan kasar. Selama aku pacaran sama kamu baru waktu di club itu kamu bentak-bentakin aku pakai kata-kata kasar. Udah ya Dit aku capek. Aku enggak mau denger omongan kasar lagi dari kamu. Aku udah bilang jujur ke kamu kalau aku enggak ada hubungan apa-apa sama Endra atau Bayu. Aku enggak selingkuh dari kamu, tapi kamu yang selingkuh dari aku. " Setelah aku berbicara dengannya aku pergi meninggalkannya. Rasa sakit di hati ini semakin menjadi-jadi. Air mata ku menetes mengiringi langkahku. Aku mendengar nama ku dipanggil oleh Adit. Lebih baik saat ini aku pergi dari tempat ini mencari ketenangan.

Aku pulang dalam kondisi tidak karuan. Kepalaku terasa sangat pusing dan tubuhku sangat lemas. Aku merebahkan tubuhku di sofa ruang tengah. Sebenarnya niat ku hari ini adalah menyelesaikan semua masalah ku dengan Adit tapi sekarang malah semakin menjadi. Entahlah, mungkin karena aku dan Adit sama-sama digeluti emosi yang memuncak. Aku perlahan melangkahkan kaki ku untuk naik ke lantai dua menuju kamar ku. Mataku semakin berkunang-kunang dan semua terlihat gelap.

******
"Moza, Moza. Bangun Dek !".

"Moza ayok dong bangun. Jangan bikin Kakak khawatir gini"

Aku mendengar dengan samar-samar suara dari arah sampingku. "Kak Sandi" Ucapku lirih.

"Akhirnya kamu sadar juga Moza. Kamu pingsan lagi tadi siang. Kamu kenapa si Za. Ada masalah sama Adit sampai kamu begini? Jujur dong Dek sama Kakak jangan bikin Kakak bingung." Kata Kak Sandi mengusap pelan bahuku.

"Aku lemes kak. Mataku kunang-kunang. Aku baik-baik aja kok sama Adit. "

"Mau sampai kapan kamu bohongin Kakak Za. Udah kamu harus dirawat sampai sembuh. Masalah ujian nasional kamu biar kakak yang urus ya. Kakak mau nemuin Dokter dulu." Kata Kak Sandi meninggalkan ku. Sebelumnya dia mencium keningku.

Tubuhku akhir-akhir ini terasa sangat lemah, aku mudah sekali merasa lemas dan pusing. Apalagi kalau pandangan ku sudah berkunang-kunang pasti tidak akan lama lagi aku akan jatuh pingsan. Semenjak aku ada masalah dengan Adit, ku akui kalau aku jarang makan bahkan lebih sering tidak makan. Perasaan ku merasa tidak karuan sehingga aku tidak memiliki rasa nafsu untuk makan. Sepertinya juga aku akan mengerjakan ujian didalam rumah sakit. Itu sangatlah tidak menyenangkan.

Aku mendengar ada suara ketukan pintu. Ada seseorang yang akan menjenguk ku.

"Moza?". Dia datang dan langsung menghampiri ku bahkan memberiku pelukan yang sangat erat.

"Ya ampun. Biasa aja kali ah meluknya. Bukannya sembuh malah makin parah gue. Lepasin Nisa!" Bentaku kepada Nisa yang memeluk ku sangat erat sehingga membuatku sedikit kesulitan bergerak.

"Sorry. Abis lu bikin gue sedih. Lu doyan banget si masuk rumah sakit. Eh ya. Gue kesini mau kasih kabar buat lu" Kata Nisa dengan sangat antusias dalam bercerita.

"Apaan?"

"Si Adit ngamuk-ngamuk di kelas. Gue enggak tahu kenapa. Kalian lagi berantem ya?"

"Biarin aja ngamuk. Sesuka hati dialah Nis. Gue lagi malas aja sama dia. Eh lu temenim gue ya disini sampai Kak Sandi balik". Ujar ku meminta Nisa agar tetap disini menemaniku.

Terserah lah Adit mau ngamuk atau mau bikin rusuh aku saat ini tidak peduli dengannya. Memikirkan nya saja membuatku pusing dan hatiku juga masih terasa sakit dibuatnya.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang