Aku dan Adit di tuntun menuju ke ruang BK bersama Bu Indah. Bu Indah guru yang terlihat santai hari ini memeperlihatkan taring ganasnya dan wajah yang penuh dengan amarah. Biasanya kalau aku membuat keributan di saat pelajarannya, beliau masih bisa sabat menghadapinya. Mungkin perkara yang ku buat kali ini benar-benar rusuh.
Tok..Tok..Tok...
Bu Indah mengetuk pintu ruang BK. Munculah seorang pria berparas sangar dengan kumis tebal yang bertengker gagah di wajahnya. Bu Indah berserta Aku dan Adit masuk dan duduk di sebuah kursi yang sudah disediakan disana. Dengan menahan emosi Bu Indah menceritakan semua reka kejadian di dalam laboratorium yang di timbulkan diriku dan Adit. Tampak wajah Pak Andre juga ikut memerah penuh amarah menatap ku. Aku hanya bersikap santai begitu juga Adit.
Pengalaman di panggil ke ruang BK dan mendapatkan hukuman ringan atau skorsing itu hal biasa bagi diriku di sekolah Jakarta. Entah kalau Adit, aku tidak tahu apa dia juga sudah biasa mendapat panggilan dari guru BK seperti ini. Apapun hukumannya aku akan menerima dengan senang hati, asalkan tidak melibatkan orang tua. Terlalu ribet kalau sudah membawa orang tua.
Pak Andre membuka pembicaraan dengan menatap Adit. "Adit. Saya tahu reputasi mu di sekolah ini, kamu menyandang predikat siswa yang selalu terlambat sekolah, tapi kalau untuk predikat biang kerok seperti nya itu julukan baru bagi dirimu. Ya memang sesekali kamu memang nakal tapi tidak seperti saat ini."
Penjelasan Pak Andre sontak membuat ku terkejut. Seorang Adit memang sudah terkenal menjadi siswa yang selalu terlambat, tapi ternyata kenakalan dia masih di ambang batas dan itu jauh di bawah diriku. Hanya hitungan jari saja dia membuat onar disekolah.
Kini saatnya tatapan Pak Andre mengarah ke diriku. "Untuk mu Moza. Kamu ini kan anak baru, masih hitungan bulan kamu bergabung di sekolah ini, tapi kelakuan mu sudah sering membuat kepala saya pusing, selalu saja saya mendengar laporan dari para guru tentang kerusuhan yang kamu buat. Hampir tiap hari kamu membuat keributan."
Aku malas menjawab ucapan Pak Andre, kuping ku hanya terasa panas saja mendengar ocehannya.
"Moza!!. Kamu dengar tidak yang saya bicarakan barusan. Kamu itu seorang gadis tapi kelakuan mu melebihi anak laki-laki. Terlalu badung untuk ukuran anak perempuan. Hukuman untuk mu adalah skorsing selama 1 minggu." Tegas Pak Andre.
"Terima kasih Pak. Saya permisi ke kelas." Jawab ku santai dan melenggangkan tubuhku ke luar ruangan BK ini.
Semua orang yang berada didalam ruangan hanya menggelengkan kepala dan dengan raut wajah kesal melihat aku yang hanya cuek dengan hukuman ini, sedangkan Adit tidak melepaskan pandangannya dariku. Di luar ruangan aku mendengar hukuman yang diberikan Adit yaitu, hanya disuruh membersihkan gudan belakang sekolah. Pak Andre tidak memberikan skorsing karena 1 minggu lagi akan ada pertandingan futsal antar sekolah dan Adit harus ikut ambil didalamnya.
Nisa yang melihat diriku ketika memasuki kelas langsung menyambar diriku dan meminta maaf. Dia sadar sebenarnya ini adalah kesalahannya, kalau dia tidak melepaskan katak itu pasti semua perkara di lab tidak akan terjadi. Aku tidak begitu ambil pusing dengan kejadian ini dan menenangkan Nisa kalau ini bukan sepenuhnya kesalahannya.
Ku raih tas punggung ku dan pergi meninggalkan kelas ini. Aku mulai di skors dari hari ini, jadi untuk apa di sekolahan lagi. Hukuman ini lebih baik karena Pak Andre tidak menelfon Kak Sandi atau bahkan Ayah. Kalau iya, bisa benar-benar habis aku di maki Ayah. Saat aku berada dikoridor menuju parkiran aku melihat Adit yang berjalan ke arah ku.
Adit menahan tas gendong ku. "Moza. Lu mau kemana?".
"Pulanglah. Lu enggak denger kalau gue tadi di skors?." Jawab ku galak.
"Ya tapi kan bisa pulangnya nanti siang abis bel sekolah." Adit belum melepaskan genggaman tas punggungku.
"Gigi lu peang, gue udah di skors dari sekarang ngapain gue nunggu bel pulang. Lepasin tas gue!!." Aku menapis tangan Adit yang sedarti tadi menggendoli tas ku.
Aku menuju ke parkiran dan bersiap menyalakan mesin mobil. Pulang kerumah adalah tujuan ku. Andai saja club di siang hari sudah buka pasti aku akan kesana.
Kondisi rumah seperti biasa selalu terlihat sepi. Kak Sandi belum tahu mengenai masalah ini, nanti malam baru aku akan menceritakannya. Terkena omelan maupun hukuman lagi itu sudah pasti kudapatkan dari Kak Sandi, tapi masa bodoh. Tidur siang menjadi pilihan ku untuk menenangkan otak yang sedang mendidih saat ini.
******
Terdengar suara mesin mobil memasuki halaman rumah. Terlihat Kak Sandi memasuki ruang keluarga dan menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Sana mandi. Aku udah lapar." Gertak ku melihat Kak Sandi yang memejamkan matanya sejenak.
Dia tidak membalas ucapanku tapi dia terbangun dengan hentakan kaki yang terlihat goyah karena kelelahan seharian bekerja. Tidak terlalu lama Kak Sandi sudah turun ke ruang makan. Saatnya untuk makan malam. Di sela kegiatan makan aku menceritakan kejadian tadi disekolahan dan seperti yang sudah ku duga, ocehan keluar dari mulutnya. Ancaman akan memberitahu kepada Ayah tentang perilaku pun tidak pernah terlupakan di setiap ocehan Kak Sandi.
"Sudahlah Kak. Enggak perlu ngadu ke Ayah. Kayak anak kecil aja". Aku merapikan piring dan pergi meninggalkan Kak Sandi sendiri.
Selalu saja andalannya mengadu ke Ayah. Menyebalkan sekali dia. Malam ini sepertinya aku akan keluar untuk mencari udara segar. Ku hubungi Nisa untuk menemaniku malam ini. Sayang sekali Nisa tidak bisa menemaniku, baiklah aku akan pergi sendiri kalau begini.
Sebelum ku langkahkan kaki ku menjauh dari kamar, aku merasa getaran dari hanpdhone ku.
Sani.
Nama itu yang muncul di layar handphone saat ini. Segera ku angkat telfon darinya. Sani memberitahukan jadwal pemotretan tiga hari lagi, dan pemotretan ini di lakukan di sebuah pantai di daerah gunung kidul, aku cukup senang mendengarnya, karena itu artinya aku bekerja sambil jalan-jalan. Setelah memutuskan sambungan telfon darinya aku melangkahkan kaki ku kembali menuju mobil.
"Kak, Moza keluar ya. Aku pulang larut malam. Byee !!" Teriak ku ke Kak Sandi yang berada di ruang tv.
Kak Sandi hanya menjawab dengan ocehan yang tidak ku perdulikan. Pusing jika harus mendengarkannya. Toh dia juga sudah tahu aku akan kemana kalau keadaan ku sedang kesal seperti saat ini.
Suasana Jogja malam ini masih terlihat ramai, meski jam sudah menunjukan 10 malam. Ku parkir kan mobil di sebuah club malam yang dulu pernah ku datangi. Menghabiskan malam disini sedikit membuat kekesalan ku berkurang. Ku langkah kan kaki ku menuju club malam ini dengan santai. Club malam ini selalu ramai meski bukan malam minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...