64.

9.1K 253 4
                                    

Mumpung lagi santai gak ada kerjaan jadi ya nulis aja...

Happy reading kawan
Jangan lupa VOTE & COMENT
.
Kali ini dari sudut pandang  Adit ya. Aku sengaja bikin kayak gini gak kaya story ku yg pertama karena biar lebih enak aja kalau dari sudut pandang kedua tokohnya.

ADIT POV.

Seusai try out aku pergi bermain futsal di lapangan bersama teman-teman. Sebelum pergi ke lapangan aku menemui Moza untuk meminta ijin terlebih dahulu. Syukurlah dia mengijinkanku untuk bermain futsal ya meskipun Moza sedikit cemberut kepadaku.

Ketika di lapangan aku hanya melihat teman-teman ku bermain menggiring bola kesana kemari, ingin sekali aku ikut bermain. Apa daya kondisi ku belum memungkinkan aku untuk bermain dengan bola itu. Ini semua karena ulah Bayu yang membuatku seperti ini. Aku hanya duduk dipinggir lapangan dan seseorang teman ku menghampiri. "Lain waktu kan lu bisa main lagi. Tunggu sampai kaki lu bener-bener sembuh."

"Thanks ya No. Gue masih kesel aja sama Bayu. Kampret aja gitu bikin gue gini." Balasku dengan Gino.

"Eh gue denger-denger katanya Moza juga disukai sama Bayu. Emang iya Dit?"

"Iya dia disukai Bayu. Tapi itu karena dia mau bales dendam sama gue. Lu tahu kan dia gimana. Emang ribet si punya cewek cantik kaya Moza. Gue aja kualahan nyingkirin cowok yang pada deketin dia". Ucapku tertawa ke Gino yang mendapat tepukan bahu olehnya.

"Resiko Bro. Tapi sebesar apapun godaan yang bakal nerjang hubungan lu, kalau kalian kuat godaan bakal terlewati dan yang pasti lu bakal berhasil sampai niat baik lu buat nikah sama Moza." Ucap Gino mengiangatkan ku kemudian dia pergi ke arah lapangan untuk bermain futsal. Sedangkan amu hanya berdiam diri melihat mereka dengan senang bermain futsal.

Tiba-tiba Vindi teman sekelas ku menghampiriku dengan napas yang terengah-engah. Dia menyampaikan pesan kalau Rista dan Moza berkelahi di kantin. Mendengar ucapannya akau langsung saja berlari menuju kantin. Sesampaiannya disana aku melihat Moza yang dikeroyok Rista. Rista menarik rambut panjang Moza dan berusaha merobek seragam Moza. Aku yang melihatnya langsung menghampiri Rista menariknya agar menjauh dari Moza. Karena Rista tidak mau melepaskan cengkramannya ke Moza aku terpaksa menampar pipi Rista.

Amarah ku seketika memuncak. Rista benar-benar sudah keterlaluan. Beraninya dia bermain kasar kepada gadis yang aku cintai. Aku ingin menamparnya lagi namun ditahan oleh Moza. Moza menatap ku dengan penuh makna dan seakan memberiku isyarat untuk berhenti berbuat seperti ini dan pergi meninggalkan ruangan ini. Aku kalah oleh Moza akhirnya aku mau menurutinya untuk pergi dari kantin dan menuju ke kelas.

Dikelas Moza mencoba menenangkan diriku yang kesal akibat perlakuan Rista tadi. Aku melihat seragam Moza bagian kancing atasnya terlepas tapi untungnya tidak memperlihatkan milik Moza. Dia begitu telaten menenangkan ku. Hingga akhirnya bel berbunyi menandakan istirahat selesai dan semua siswa kembali mengikuti try out ke -2.

2 jam sudah ku lalui dengan memutar otakku untuk menjawab semua pertanyaan di soal try out tadi. Bel pulang berbunyi dan semua siswa bersiap mengemasi barang bawaannya dan berhamburan keluar di sepanjang koridor menuju kelas.

"Aku balik ke rumah aja ya sayang. Capek". Kata Moza.

"Iya. Abis anterin kamu aku langsung ke kantor aja ya. Banyak kerjaan lagian juga kan aku harus ngumpulin recehan buat beli mahar kamu". Balasku menggoda Moza mengedipkan sebelah mataku dan memeluknya tanpa menghiraukan orang lain.

Sepanjang perjalanan dari sekolah menuju ke rumah Moza bernyanyi dan kadang dia bercanda gurau bersama ku. Aku sangat menyukai suasana seperti ini. Aku beruntung bisa bertemu dengan gadis seperti Moza.

Perlahan Mobilku memasuki halaman rumah Moza. Dia turun dan bergegas masuk kedalam rumah sedangkan aku kembali menginjak gas mobil untuk ke kantor.

*********

Semua pekerjaan sudah selesai tepat waktu. Tubuhku terasa lelah petang ini. Aku berniat menelpon Moza tapi ternyata ada telepon masuk terlebih dulu dari Sandi. Dia bilang kalau dirinya minta dijemput olehku sekalian saja aku istirahat di rumah Moza. Sekedar melepas rindu dengan Moza. Terbilang berlebihan memang karena baru hitungan jam aku tidak berjumpa dengan Moza tapi memang seperti itu yang aku rasakan aku selalu tidak bisa menahan rasa rindu ku kepada Moza.

Berhubung aku dan Sandi sudah berteman akrab jadi aku tidak malu untuk melenggang di rumahnya. Aku diam-diam masuk kedalam kamar Moza namun dirinya tidak ada ternyata Moza sedang mandi. Aku mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Menunggu Moza keluar itu membosankan karena dia mandinya lama jadi aku merebahkan tubuhku di ranjang dan memejamkan mataku sejenak.

Disaat diriku sedang terlelap aku merasakan kalau diriku ada yang membangunkan. Ternyata Moza, dia bertanya bagaimana bisa aku masuk kemari. Daripada dia bingung jadi ya aku jelaskan saja semuanya. Setelah semua jelas Moza menyuruhku keluar karena dia akan memakai baju.

Daripada aku bengong lebih baik aku turun menemui Sandi yang ternyata sedang ada di ruang tengah dan menyalakan play station. Rutinitas seperti biasa kalau aku berkunjung di rumah ini pasti aku dan Sandi bermain game bahkan seharian pun kami tidak akan bosan.

"Kakak ipar. Lu ikhlas kan Moza nikah sama gue dulu?". Ujar ku.

"Sebenarnya si enggak ikhlas tapi gue enggak mau aja adik gue dibuntingin sama lu sebelum ijab kabul. Lu kan otak mesum!". Sandi membalas perkataan ku, melirik ke arah ku.

"Tenang Kakak ipar. Kalau gue buntingin Moza hasilnya bakalan cakep kok. Nanti bisa jadi kembar. Cakep-cakep lagi kayak gue hahah". Jawabku memukul bahu Sandi yang mendapat senyum sinis darinya.

Aku memang sudah mengenal Sandi sudah lama  bahkan sebelum aku mengenal Moza aku sudah akrab dengan Sandi, sehingga aku sudah tidak canggung dengannya. Jadi biarpun esok dia akan menjadi kakak iparku aku akan tetap bersikap kepadanya seperti sekarang ini. Bebas namun sopan.

Disaat aku sedang bercanda gurau bersama Sandi, Moza datang dengan memakai kemeja putih selutut. Memperlihatkan paripurna kecantikannya dan lekuk indah tubuhnya. Dia duduk di sofa sedangkan aku dan Sandi duduk di lesehan bawah sofa. Moza ikut berbincang sebentar namun tiba-tiba dia tidak ada suaranya, ternyata Moza sudah terlelap tidur. Ku lihat jam dinding sudah menunjukan di arah angka 9. Pantas saja Moza sudah terlelap, mungkin hari ini dia sangat lelah. Aku menggendongnya ke dalam kamar. Menyelimutinya dengan selimut hangat dan mengecup keningnya.

"Good night Baby. I Love You." Ucapku.

Melihat Moza pulas dalam tidur malamnya aku memutuskan untuk pulang saja. Ketika aku akan melangkahkan kaki ku keluar dari kamar ini handphone Moza berdering. 1 pesan baru, ku buka pesan itu karena aku penasaran isi pesan itu.

'Selamat malam Bidadari hatiku. Semoga kamu mimpi indah. Besok kita ketemu lagi ya?. Miss you'

-Endra.

Ternyata Endra masih suka mengirim pesan kepada Moza. Aku sebenarnya ingin membalas pesan singkat ini namun aku urungkan niat ini. Apa ini alasan Moza tadi siang tidak ingin ikut ke kantor menemani ku. Mungkin diam-diam Moza pergi berduaan dengan Endra.

Kalau memang benar kenapa Moza menutupi semua ini dariku, bukannya bercerita kepadaku. Padahal dulu kalau ada apa-apa Moza pasti bercerita. Emosi ku kembali naik setelah membaca dan berpikir negatif kepada Moza. Aku keluar dari kamar Moza dan pergi meninggalkan rumah ini.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang