68.

8.5K 254 13
                                    

Semalam suntuk aku memikirkan perkataan Adit dan tingkahnya yang membuatku tak habis pikir. Sebegitu besar kah efek dari alkohol sehingga membuat Adit bersikap seperti itu, tapi setahuku tidak. Pasti ada faktor lain yang membuat Adit seperti itu. Aku ingin menemuinya tapi aku tak tahu apa kondisi Adit sekarang sudah kembali normal seperti biasa atau belum.

Saat ini sudah jam 7 pagi. Aku bersiap untuk berangkat sekolah. Hari ini hasil  try out akan keluar. Aku menjalankan mobilku ke sekolah. Sesampainya disekolah aku langsung di sodori rentetan pertanyaan dari Nisa. Dia menanyakan kejadian semalam. Karena ocehannya yang membuat kepalaku pusing jadi aku menceritakan kepada Nisa. Aku tidak menceritakan semua masalah ku dengan Adit. Aku hanya bercerita mengenai Adit yang mabuk berat sehingga tidak mengenaliku dan tidak sengaja mendorongku sampai aku terjatuh.

"Oh jadi gara-gara itu nih jidatlu sekarang pakai plester. Gila juga ya Adit. Bener-bener mabuk berat apa kesambet dia sampai enggak ngenalin lu malah bikin lu celaka. Kalau dia pacar gue, udah gue amuk tuh." Kata Nisa meremas-remas tangannya sebagai ungkapan kesalnya kepada Adit.

"Makannya gue enggak mau lu mabuk. Yaudah yuk gue mau liat hasil try out." Aku mengajak Nisa untuk ke papan pengumuman. Aku penasaran dengan hasilnya.

Kerumunan siswa menutupi papan pengumuman, jadi membutuhkan tenaga extra untuk melihat hasil try out. Akhirnya aku bisa juga sampai di depan, aku melihat nilai ku dan syukurlah hasilnya memuaskan dan untuk try out pertama aku dinyatakan lulus. Semoga try out selanjutnya dan ujian nasional aku bisa mendapat hasil yang memuaskan.

Aku dan Nisa sudah puas melihat hasil try out. Sekarang aku akan pergi menuju kantin untuk mengisi perut ku. Aku tadi pagi lupa tidak sarapan, sebenarnya bukan lupa hanya malas untuk sarapan. Di saat perjalanan menuju kantin aku bertemu dengan Adit bersama teman-temannya. Mungkin dia mau ke lapangan untuk bermain futsal.

"Morning Baby." Sapanya dan akan mencium keningku. Adit terlihat heran karena didahiku terdapat sebuah plester.

"Dahi mu kenapa Baby." Tanyanya mengusap dahiku."

"Kecedot doang kok. Kamu mau kemana?".

"Kejedot apa Baby? Kok sampai di plester segala ?.'' Adit menatap ku tajam mencari celah kebohongan didiriku.

"Gara-gara lu bego Dit." Nisa menyela diantara perbincangan ku dan Adit. Adit yang mendengar langsung memandang Nisa curiga. Aku menendang kaki Nisa agar dia tidak bilang kejadian sebenarnya pada Adit. Karena pastinya dia tidak akan ingat. Nisa yang peka akan kode dariku langsung mengalihkan pembicaraan.

Aku merasa lega karena Adit percaya akan ucapan Nisa yang bilang kalau sebenarnya aku kejedot pintu. Sebenarnya hatiku sedih dan sakit ketika mengingat kejadian semalam. Melihat pria yang aku cintai menghabiskan malam nya bersama sang mantan kekasih, apalagi dia sudah bersikap kasar kepadaku. Tapi aku mencoba menututupi perasaan ini dari Adit. Aku tidak ingin ribut di lingkungan sekolah dan membuat semua orang tahu akan masalah pada hubunganku. Menurutku masalah hubungan kekasih adalah sebuah privasi yang orang lain tidak berhak mengetahuinya.

"Aku futsal dulu ya Baby. Love You" Adit pergi meninggalkan ku bersama teman-temannya. Entah mengapa hatiku semakin sakit melihat Adit. Semakin aku melihat nya aku semakin ingat akan kejadian semalam.

Aku pergi ke kantin bersama Nisa. Seperti biasa aku memesan bakso tanpa kuah untuk mengisi perutku yang kosong. Pesanan ku sudah datang aku melahapnya dengan lahap.

Selesai makan aku ke taman bersama Nisa tapi ditengah perjalanan Nisa meninggalkan aku karena dia dipanggil kekasihnya. Tinggalah aku sendiri di taman. Aku hanya berkutik pada hanpdhone ku. Ada panggilan masuk dan itu dari Endra. Aku tidak berniat mengangkat telepon nya tapi dia terus-menerus menghubungiku. Endra mungkin kesal karena panggilannya tidak ku angkat sehingga dia mengirimi ku pesan.

'Angkat dong Honey. Aku kangen sama suara mu yang merdu."

Endra -,

Aku malas untuk membalasnya. Aku menghapus pesan darinya dan pergi dari tempat ini. Di koridor dekat kelas aku bertemu dengan Rista, dia tersenyum sinis kepadaku. Seakan mengejek diriku. Aku tidak peduli dengan tatapannya, aku malas mencari ribut disekolah.

Sepertinya disekolah sudah tidak ada kegiatan jadi lebih baik aku pulang. Aku tidak bertemu dengan Adit. Handphone ku habis baterai dan aku lupa tidak membawa power bank. Nanti juga di jalan aku bertemu dengan Adit. Aku melangkahkan kaki ku ke parkiran ku buka pintu mobil bersiap untuk mengendarainya kerumah. Tiba-tiba aku mendengar suara riuh dari samping mobilku. Karena penasaran aku melangkahkan kaki ku dengan pelan untuk melihat ada apa disebelah mobilku.

Aku menghentikan langkahku tepat di belakang mobilku. Dari sini aku sudah dapat melihat pemandangan didepanku dengan sangatlah jelas. Aku melihat kejadian yang sangat membuat ku sakit.

"ADIT ?". Panggilku.

Adit langsung berhenti pada kegiatannya barusan. Dia diam mematung pada posisinya. Begitu juga aku. Air mata tak terasa menetes di pipiku tapi aku dengan sigap menghapusnya. Rasa sakit karena kejadian semalam belum hilang dari hatiku tapi sekarang aku kembali merasakan sakit yang teramat dalam.

"Sorry Moza. Gue enggak tahu ada lu di situ. Oya, gue cuman mau bilang ternyata meskipun Adit sering ciuman sama lu, rasa manis di bibirnya masih ada ya. Dia juga enggak lupa caranya ciuman sama gue". Rista menghampiriku memandangku tersenyum puas karena dia sudah berciuman dengan Adit.

Aku benar-benar merasa muak dan kesal. Amarah ku memuncak dan tanpa sadar aku mengangkat tangan ku bersiap untuk menampar pipi halus milik Rista. Tapi belum juga aku mendaratkan tamparan ini tangan ku sudah lebih dulu dicekal oleh Adit. "Lepasin Moza !". Bentak Adit dengan nada tinggi.

"Apa-apan kamu Dit. Tega ya kamu ciuman didepan pacar kamu sendiri. Maksud kamu apa ?". Balasku kesal menapik tangan Adit yang mencengkram dengan kuat.

"Aku enggak ada maksud apa-apa. Emang salah kalau aku mau ciuman sama Rista. Hak aku dong!!." Kata Adit.

"Iya aku tahu itu hak kamu." Aku menatap tajam mata Adit. Dengan sekuat tenaga aku menahan air mata agar tidak keluar lagi. Aku lebih baik pergi meninggalkan mereka. Terlalu sakit untuk berlama-lama disini.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang