49.

10.4K 281 6
                                    

Maaf ya baru sempet update soalnya ada keperluan kerjaan yang mendadak dan harus dikerjain sekarang juga, jadi baru sempet up part terbaru.

Happy reading ya...




Selama di perjalanan menuju rumah sakit aku tidak berhentinya menangisi keadaan Adit yang seperti ini. Adit selalu menghapus air mataku yang turun membasahi pipi dengan wajah yang dibuat seakan-akan kondisi dia baik-baik saja dan tidak terjadi hal buruk yang menimpa dirinya.

"Sudah Baby jangan nangis terus. Air mata mu itu bukan berlian jadi kalau keluar banyak enggak bakal laku di jual. Aku baik-baik aja." Ucapnya menggodaku dengan mengusap pipiku.

Aku mencubit tangan Adit karena kesal di situasi seperti ini dia masih saja bisa bercanda. "Emang aku putri duyung apa air matanya jadi berlian. Kampret kamu yang."

Aku tahu sebenarnya Adit sangat kesakitan dengan cedera yang barusan dia alami. Aku melihat lututnya semakin terlihat bengkak dari sebelumnya dan Adit terkadang mengaduh nyeri pada lututnya itu. Tapi bukan Adit namanya kalau sifat jahilnya hilang, dia masih saja menggodaku dengan tingkah jailnya dan wajah nakalnya. Akhirnya aku sudah sampai ditumah sakit. Tim medis langsung membawanya ke ruang IGD untuk mendapatkan pertolongan.

Aku hanya bisa menunggu pemeriksaan selesai. Hingga akhirnya dokter keluar dari balik tirai. "Keluarga dari pasien Aditya?".

Aku melangkah maju menghampiri dokter. "Ya saya pacarnya Dok. Gimana kondisi Adit?"

"Pasien Adit terkena cedera ACL (Cricuiatum anterior ligament). Itu terjadi karena adanya robekan ligamen dalam sendi lutut. Sepertinya tadi nak Adit mengalami penghentian dan perputaran secara mendadak ketika bermain futsal. Cedera ini biasa terjadi pada olah raga sepak bola, basket, futsal, voli atau tenis." Jelas Dokter kepadaku.

"Apa sebegitu parahnya Dok sampai dari tadi Adit selalu merasa nyeri. Saya berharap Dokter bisa memberikan perwatan yang sangat baik buat pacar saya." Pintaku dengan sedikit penekanan di akhir kalimat.

"Cedera ACL memang terasa nyeri karena ada perobekan pada ligamen, tadi saya sudah memeriksa bagian lutut sebelah kanan yang sakit tapi untuk lebih jelasnya saya akan melakukan pemeriksaan tunjangan untuk mengetahui tingkat keparahan dari robekan ligamen pada lutunya." Jelas Dokter kepadaku.

Pak Bowo yang juga menemaniku mencoba menenangkan ku karena melihat diriku schok akibat cedera yang di alami Adit. Dokter memintaku ke bagian keperawatan untuk menyetujui tindakan pemeriksaan selanjutnya. Aku pun pergi ke arah yang di pinta Dokter.

Perawat memberikan ku secarik kertas sebagai tanda inform consent atas tindakan selanjutnya. "Pasien atas nama Aditya Tama Hermawan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Ini bertujuan untuk melihat sejauh mana cedera ACL ini apakah hanya terjadi pada ligamen lutut atau tulang rawan sendi juga terluka." Jelasnya.

Aku menatap Pak Bowo dengan tatapan bingung dan sedikit ragu. Pak Bowo memberi ku pengertian mengenai masalah ini dan membuatku yakin untuk mengambil keputusan ini. Aku tidak ingin Adit mengalami kesakitan yang parah dan lebih lama karena cedera ini. Aku pun menyetujui dan menandatangani inform consent ini.

Aku dan Pak Bowo yang selalu menemaniku di sini kembali ke ruangan Adit melihat kondisi dia sekarang. Aku masih saja menangis setiap melihat raut wajah Adit yang kesakitan. Tidak lama kemudian suster datang membawa Adit keruangan radiografi untuk pemeriksaan. Cukup lama Adit diperksa didalam. Sambil menunggu aku menelpon Kak Sandi memberitahukan kabar Adit yang terkena cedera pada saat tanding futsal. Kak Sandi yang menerima kabar dariku akan langsung menemui diriku di rumah sakit. Setelah memberi kabar Kak Sandi, aku juga menelpon Bunda Riri untuk memberi kabar Adit.

"Sabar Sayang, Adit kan sudah ditangani Dokter. Bunda kesana ya tunggu sebentar" Jawab Bunda Riri dari balik sambungan telepon.

1 jam sudah aku menunggu Adit keluar dari pemeriksaan. Pak Bowo pergi kembali ke sekolah karena dia akan mengurusi pertandingan yang tertunda dan memberi kabar pada pihak sekolah mengenai Adit. Tidak lama setelah itu Adit keluar dengan suster dan Dokter. Aku berdiri dan menghampiri Dokter. "Bagaimana Dok hasilnya? Apa parah cederanya?".

Dokter memintaku untuk masuk kedalam ruangannya agar lebih jelas dalam menjelaskannya. Aku pun mengikutinya.

Dokter meletakkan stetoskop nya di atas meja, menghela napas kemudian berkata. "Cedera yang di alami Adit cukup parah, terjadi perobekan di ligamen dalam lutut. Untuk penanganannya harus segera dilakukan operasi arthoscopy."

Aku tidak terlalu paham dan mengerti mengenai bahasa medis sehingga aku meminta penjelasan kepada Dokter untuk menjelaskan nya lebih detail." Jadi operasi arthoscopy adalah suatu tindakan untuk penjahitan ligamen yang rusak, namun robekan ACL tidak dapat berhasil dijahit bersama-sama sehingga biasanya ligamen di ganti dengan tendon atau bagian dari lutut atau kaki." Jelas dokter mendetail kepadaku yang hanya mendapat anggukan dari diriku.

Aku meminta untuk menunggu sebentar kedatangan Bunda Riri atau Papa Hermawan karena untuk masalah ini biar mereka yang mengambil keputusan. Selang 10 menit kedua orang tua Adit datang dan langsung masuk ke ruangan Dokter untuk mendapatkan kejelasan. Setelah mendapat penjelasan akhirnya mereka setuju untuk dilakukannya operasi.Ruang operasi sudah di sediakan dan siap untuk digunakan. Dokter memberi waktu untuk kami menemui Adit sebentar sebelum dia masuk keruang operasi.

"Semua akan baik-baik saja Baby. Ini hanya operasi kecil. Aku tidak akan mati karena sayatan sedalam 10 cm yang dilakukan Dokter." Ucap Adit dengan membelai pipiku yang basah karena cucuran air mata.

"Kalau kamu mati akan ku bakar makam mu !. Aku takut". Jawabku.

Adit hanya terkekeh mendengar ucapan ku. "I Love You Baby."

"I Love You To". Balasku dan melihat Adit yang semakin menjauh memasuki ruangan operasi.

Aku dan kedua orang tua Adit menunggunya di ruang tunggu dengan perasaan cemas dan khawatir. Aku berharap semoga operasi berjalan lancar. Bunda yang melihat ku tidak berhenti menangis merangkul ku dan mengelus lembit rambutku dengan penuh kasih sayang. "Adit anak yang kuat. Dia akan baik-baik saja Moza. Jangan khawatir ya, sayang". Ucapnya

"Moza takut Bun Adit kenapa-kenapa" Jawabku.

"Dia hanya akan lemah dan hancur jika kamu pergi darinya Moza. Sudah semua akan baik-baik saja." Bunda Riri masih memeluku sedangkan Paoa Hermawan terlihat tenang di samping Bunda.

Aku berharap juga Adit akan baik-baik saja dan tidak ada hal buruk yang menimpanya. Sudah 30 menit operasi berjalan tapi belum juga ada tanda-tanda Adit keluar dari ruangan ini. Aku mendengar seseorang berjalan menghampiri keberadaan ku. Dia menyalami Bunda dan Papa Hermawan kemudian dia menyapaku. "Hai Moza. Aku Endra sepupu Adit."

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang