47.

11.1K 330 18
                                    

ADIT POV.

Setelah pertemuan keluarga antara keluarga ku dengan keluarga Moza, aku merasa tenang dalam menjalani hubungan dengannya. Akhirnya mereka semua memberi restu dan menyetujui niat ku untuk meminang Moza. Meskipun tidak langsung hari ini tapi setidaknya Om Prayogi memperbolehkan aku untuk menikahi Moza setelah kita lulus sekolah. Itu pasti akan aku lakukan, kalau perlu pagi pengumuman kelulusan malamnya aku akan mengadakan akad nikah dengan Moza.

Tadi siang sepulang sekolah Bunda mengirimkan ku sebuah pesan yang berisikan dia akan mengajak Moza untuk ke sebuah butik langganannya. Sepulang sekolah aku mengantarkan Moza bertemu dengan Bunda. Aku tidak bisa ikut kali ini karena aku ada meeting yang dimajukan. Seharusnya meeting itu dilakukan jam 8 malam, namun karena acara pertunangan ku aku jadi memajukan meeting tersebut.

Setelah selesai dari meeting aku pergi untuk membeli sebuah cincin untuk Moza. Aku hanya mempersiapkan cincin untuk Moza karena segala sesuatu seperti bingkisan lainnya sudah dipersiapkan oleh Bunda. Sebenarnya sudah lama aku memesan cincin ini pada teman ku yang merupakan pengusaha berlian ternama cuman karena baru terealisasi hari ini jadi baru aku ambil.

Bingkisan dan perhiasan sudah siap semua. Kini saatnya aku untuk mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk bertemu dengan calon istri ku. Bunda yang sedari tadi mengatur segala urusan terlihat sangat sibuk dan bawel, beliau tidak ingin acara ini ada yang kurang semua harus perfect, ya seperti itulah Bunda yang ku sayangi ini. Di acara pertunangan ku hanya ada aku dan kedua orang tua ku serta beberapa kerabat keluarga yang ikut menjadi saksi. Nesya tidak bisa ikut karena dia sudah kembali ke German.

Tepat jam 6 petang semua sudah siap begitu juga dengan diriku. Aku sudah mempersiapkan pakaian khusus untuk hari ini. Tidak terlalu formal memang tapi masih memperlihatkan paras tampan ku. Ku akui memang tampang ku rupawan sehingga banyak para gadis diluar sana berebut ingin menjadi kekasihku tapi aku hanya memilih Moza Zidna Lestari Prayogi untuk menjadi pendamping hidupku selamanya.

"Adit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adit. Kamu nanti disana bicara yang bener jangan kebanyakan bercanda loh ya!!". Tegur Papa kepadaku.

"Papa. Moza itu bukan bahan bercandaan aku pasti serius kok. Tenang ya. Percayakan semua ke Adit, doain aja biar lancar ok?". Balas ku dengan fokus menyetir menuju ke kediaman Moza di daerah kota Jogja.

Aku sedikit gugup dengan perasaan ini tapi aku harus bersikap santai didepan orang terutama Moza. Aku tidak sabar melihat paras cantiknya malam ini. Aku saat ini sudah sampai di halaman depan rumah Moza dengan 2 mobil rombongan ku. Tidak terlalu banyak keluarga yang hadir karena mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Sani dan Yanuar ikut dalam acara ini, mereka aku undang untuk menyaksikan hari bahagia ku. Pastinya Yanuar masih harus mengemban tugasnya disini sebagai fotografer untuk membidik kameranya di setiap momen indah antara aku dan Moza.

Keluarga Moza menyambut keluarga ku dengan hangat. Sandi juga tersenyum lebar menyambutku. Aku belum bertemu dengan Moza, hatiku tiba-tiba merasa berdetak kencang. Mungkin begini rasanya, bagaimana kalau aku akan ijab dengan Moza ? Mungkin rasa gugupnya akan 5x lipat gugup dan deg-degannya. Aku mencoba mengatur napas agar terlihat santai.

Papa membuka percakapan ini dan kini saatnya Moza keluar dari tempat persembunyiannya yang di temani dengan Nindira tunangan dari Sandi. Aku melihat kecantikan yang paripurna di setiap inci wajahnya. Hari ini aku semakin jatuh cinta dengannya.

'Oh, Tuhan sungguh indah ciptaan mu, semoga kelak anak ku  cantiknya melebihi dari paras Ibu nya'. Batin Ku.

Inilah moment ku untuk melamar Moza. Aku tidak menyiapkan serangkaian kata untuk membuat hati Moza luluh hari ini, tapi aku yakin dengan ucapan dan niatan yang tulus semua orang termasuk Moza akan terhipnotis dengan ucapan ku.

Om Prayogi mempersilahkan ku untuk mengutarakan maksudku. "Nak Adit, silahkan ungkapkan niat baik mu di depan semua orang yang hadir dan dihadapan Moza."

Aku mengangguk dan maju ke arah Moza. Ku genggam erat tangan Moza dan menatap wajah cantiknya yang dibalut make-up malam ini. "Moza, malam ini aku datang dengan niat baik dan niat yang tulus. Kamu sudah tahu kalau aku sangat mencintai dirimu dan sangat menginginkan mu untuk menjadi pendamping hidupku selamanya dan ibu dari anak kita kelak. Aku mencintaimu bukan karena paras cantik  yang kamu miliki yang membuat para pria diluar sana berebut ingin menjadi kekasihmu. Aku mencintaimu dengan segala kebaikan hatimu dan segala kekurangan yang ada dirimu. Moza Zidna Lestari Prayogi, bersediakah dirimu menerima pinangan ku malam ini dan bersedia kah dirimu untuk selalu bersama dengan ku sampai hari dimana kita dipersatukan oleh ikatan yang resmi sebagai suami istri?."

Aku melihat sorot mata Moza yang hampir meneteskan air mata kebahagian. Moza sedikit memajukan dirinya kedekapan diriku. "Aku tahu kamu sangat mencintaku dengan begitu besar Adit, kamu juga tahu itu. Aku mencintaimu dan menyayangimu bukan karena paras tampan dan kekayaan harta yang ada dikehidupan mu, tapi aku mencintai kekayaan hatimu. Sifat mu yang membuat ku jatuh cinta dan perlakuan mu setiap hari kepadaku membuat aku semakin jatuh cinta. Aku sangat beruntung dapat mengenal mu disini. Sebelumnya aku juga berterima kasih kepada Ayah karena mengirim ku ke sini sehingga aku bisa bertemu dengan seorang pria yang aku cintai saat ini. Terima kasih Adit karena dirimu aku sekarang berubah menjadi gadis yang lebih baik daripada sebelumnya. Aditya Tama Hermawan, aku Moza Zidna Lestari Prayogi dengan tulus hati tanpa ada paksaan dari pihak manapun aku menyatakan kalau aku sangat bersedia menerima ajakan mu untuk meminang ku dan bersedia untuk menjadi ibu dari anak-anak kita kelak. Aku sangat mencintaimu."

Aku yang mendengar ucapan Moza langsung memeluk dan mencium kening Moza tanpa memperdulikan semua orang yang ada disini. Biarlah mereka menertawakan ku toh mereka juga pernah merasakan seperti ini dulu.

Bunda memberikan ku cincin untuk aku kenakan pada jari manis Moza. Ku pasangkan cincin ini di jari manisnya dengan menebar senyuman yang manis kepadanya. Aku memeluk erat dan lama tubuh Moza seakan tidak ingin dia lepas dari jerat ku.

"Woy. Udahan pelukannya !!." Ucap Sandi menggodaku.

"Iri aja lu. Gue kan lagi happy." Aku melirik Sandi kesal.

Setelah acara pasang cincin, Om Prayogi memanggil ku karena ada yang ingin beliau bicarakan. Aku mengikuti beliau ke teras depan rumah, sengaja di sini karena hanya ruangan ini yang tidak terlalu ramai oleh kerabat keluarga yang hadir malam ini.

Om Prayogi duduk disebelahku. "Adit, Om senang karena kamu lah yang akan menjadi imam nya Moza. Om berharap kalian hidup selamanya sampai maut yang memisahkan kalian. Oya Om titip Moza tolong jagain dia dari pengaruh buruk yang ada dan jangan lukai dia. Om percaya kalau kamu bisa melakukan itu."

"Iya Om, Adit akan menjaga amanah Om dengan baik. Aku tidak akan melepaskan Moza dari hidupku karena dia begitu sangat berharga Om." Jawabku.

Om Prayogi menepuk bahuku. "Iya. Jangan panggil om, panggil aja Ayah kaya Moza dan Sandi. Kesannya kok saya ini Om-Om ya kalau di panggil Om terus."

"Iya Ayah." Balasku tersenyum mengikuti permintaannya.

Satu kata untuk malam ini. BAHAGIA. aku sangat bahagia malam ini karena aku sudah resmi mendapat restu dari kedua belah pihak keluarga dan semua orang sudah tahu hanya diriku lah yang memiliki Moza seutuhnya. Aku tidak akan melepaskan Moza apapun yang terjadi dan mulai hari ini aku akan bekerja keras untuk mengumpulakan receh demi receh rupiah untuk membuatkan pesta yang mewah di pernikahan kita.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang