Di dalam mobil Moza terus saja memegangi balon nya. Tapi tiba-tiba dia kembali meminta ku untuk pergi ke suatu tempat. Dia menyuruhku untuk berhenti di alun-alun Jogja karena ada sesuatu yang dia inginkan. Untung saja aku sedang berada di wilayah alun-alun sehingga aku tidak terlalu jauh mengambil jarak menuju kesana. Moza keluar dengan membawa kedua balonnya.
"Mau kemana lagi Baby udah sore loh!". Ungkap ku heran dengan tingkah Moza.
Moza tidak berkata apa-apa dia hanya menarik diriku untuk mengikutinya ke tengah alun-alun. Dengan rasa heran dan penasaran aku pun mengikutinya. Moza masih saja menggengam erat balon nya di tangan.
"Ayok Ayah jalannya cepetan. " Pinta Moza menyeret ku agar lebih berjalan cepat.
Aku menghela napas dan mengeryitkan dahiku tak mengerti akan keinginan Moza sekarang. Moza melepaskan genggaman tangannya meninggalkan ku dengan berlari kecil dan tersenyum manis. Moza melepaskan kedua balon nya yang tadi dia beli sambil berkata. "Bye bye balon. "
Aku tersenyum sekaligus heran dengan tingkah Moza mengapa dia tadi merengek minta dibelikan balon namun sekarang dia malah melepaskannya begitu saja. Moza menghampiriku kemudian langsung memeluk ku bahkan dia tidak malu untuk mencium bibirku di depan umum seperti ini. Sungguh ini bukanlah kelakuan istri ku yang dengan cuek nya mencium ku di depan umum.
"Baby, kenapa di lepasin balon nya ? Katanya tadi minta dibeliin."
Moza merangkul diriku. "Enggak apa-apa pingin aja Sayang. Kayaknya seneng aja gitu lihat balon terbang ke langit gitu. Aku juga enggak tahu kenapa orang anak mu yang minta, jadi yaudah aku lepasin. Aku bahagia banget sore ini Yang."
"Bahagia kenapa?". Tanya ku penasaran.
"Pertama karena aku udah milikin kamu seutuhnya dan yang kedua kita udah mau jadi orang tua. Sebentar lagi anak kita bakal lahir, aku mau jadi Ibu. Kamu tahu kan betapa bahagianya seorang wanita jika dia sudah memiliki keturunan. Aku merasa sudah sempurna menjadi seorang wanita Sayang. Aku sangat mencintaimu Aditya Tama Hermawan, aku bahagia menjadi istri mu. " Ungkap Moza dengan rona wajah yang terlihat bersinar karena cahaya kebahagiaan.
"Aku juga sangat mencintai mu Moza. Aku merasa menjadi pria yang sangat beruntung karena memiliki mu dan menjadi suami mu. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi suami dan Ayah yang baik untuk mu dan jagoan kita nanti. Sekarang udah jam 6 kita pulang ya Baby". Aku menangkup pipi Moza mencium bibirnya dengan lembut kemudian kita menuju pulang ke apartemen. Hari ini Moza sangat aktif dan aku tidak mau dia kelelahan.
Sampai di apartement Moza langsung merebahkan dirinya di sofa ruang tengah. Sepertinya dia merasa sangat kelelahan seharian ini. Aku melepas jas ku kemudian menghampirinya. Melepaskan high heels yang dikenakannya lalu memijat kakinya lembut. "Baby, besok pakai sneakers aja ya kalau pergi-pergi kalau pakai high heels gini nanti kamu capek."
Moza bangun dari posisi tidurnya kemudian duduk dan melepaskan tangan ku yang sedang memijatnya. "Aku pingin tampil cantik Ayah, meskipun aku lagi hamil tapi aku pingin keliatan anggun. Aku happy-happy ajak kok pakai high heels gini. Ayah jangan khawatir ya. Aku baik-baik aja kok. I Love You Ayah ". Moza mencium bibirku sekilas lalu dia kembali merebahkan tubuhnya di sofa.
"Tapi kan kamu lagi hamil gede Baby. Aku takut kamu kepleset atau gimana gitu. Jangan pakai lagi ya besok." Aku menekankan intonasi pada setiap katanya. Aku sedikit memaksa Moza untuk mengikuti perintahku.
"Sayang jangan bawel ah. Sana kamu mandi bau kambing tahu. " Moza manyun dan menutupi hidungnya dengan jari lentiknya.
"Mana ada kambing ganteng kaya aku Baby. Lagian kamu juga dari tadi ngendus-ngendus aku terus bearti aku kan wangi." Bela ku.
"Dari tadi aku khilaf ngendusin kamu sekarang aku baru sadar kalau kamu bau kecut hahah". Moza tertawa renyah kepadaku. Aku bahagia sekali melihat senyum indahnya memgembang di wajah cantiknya itu. Aku pun bergegas pergi ke kamar untuk membersihkan peluh keringat yang ada ditubuhku.
Seusai mandi tak lama Moza juga gantian untuk mandi. Dia sudah berpakaian sederhana sekarang. Seperti rutinitas biasanya aku makan malam berasama dengan Moza dan pastinya 1 piring berdua. Moza selama hamil tidak mau makan sendiri dia hanya mau makan jika bersama ku bahkan harus disuapi oleh diriku tanpa sendok. Menurutnya makan menggunakan tanpa sendok itu rasanya jauh lebih nikmat apalagi jika disuapi oleh orang yang di sayangnya, jadi ya setiap aku makan bersama Moza selalu seperti ini tak peduli meski aku pergi makan diluar.
Sehabis makan aku pergi ke ruang kerja ku untuk mengerjakan pekerjaan yang tadi belum aku selesaikan di kantor. Sedangkan Moza dia sibuk membenahi dapur. Aku menyalakan laptop ku memulai semua pekerjaan ini. Jam dinding terus berdetak menunjukan pukul 10 malam. Waktu begitu berputar dengan cepat. Moza tidak menghampiriku mungkin dia tertidur di kamar karena kelelahan. Aku pun melanjutkan pekerjaan ini. Handphone ku berdering menandakan ada sebuah pesan masuk dari seseorang. Ku lihat nama tertera disana dengan jelas yaitu Sani si asisten yang rusuh.
'Sorry Bos ganggu. Gue mau nyampein kalau Bos harus menghadiri peluncuran resmi brand baru kita yang di luncurin di paris 2 hari lagi.'
Sani -'
Aku langsung membalas pesan Sani tanpa pikir panjang.
'Gue serahin ke lu San. Moza lagi hamil tua gue enggak mungkin ninggalin dia jauh kesana. Gue percaya lu bisa handel semua urusan disana. Oya, semua berkas dan email udah gue cek dan ada beberapa yang udah selesai lu bisa print besok dan serahin ke gue ya buat di tanda tangani.'
Adit -'.
Hanphone ku tak lama berdering kembali.
'Oke siap Bos. Jangan lupa gaji bulan depan naikin ya!'.
Sani-'.
Aku tidak menggubris balasan pesan singkat terakhir Sani. Aku tidak mau meninggalkan Moza untuk pergi ke paris aku khawatir Moza sendirian di sini. Ketika aku kembali serius dengan pekerjaan ku Moza datang dan duduk disampingku. Dia merebahkan kepalaku di bahu ku.
"Yang, tidur yuk udah malam". Ajaknya.
"Bentar ya Baby. Kamu tidur aja lagi. Ngapain kamu bangun?". Tanyaku.
Moza melingkarkan tangannya pada tubuhku. "Mana bisa aku tidur nyenyak kalau ditinggal kamu pergi. Anak kamu kan minta di elus-elus sama Ayahnya setiap tidur."
Aku tersenyum mendengarnya lalu aku mencium bibir Moza dengan lembut.
Ini lah yang aku khawatirkan jika aku tetap pergi ke Paris. Aku tidak bisa tenang meninggalkan Moza sendirian di sini karena setiap dia ingin tidur pasti dia harus berada didekapan ku. Kalau aku tidak ada Moza pasti sangat kesepian dan tersiksa. Aku tidak ingin istri dan anak ku kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...