34.

12.2K 366 2
                                    

Aku sudah sampai di depan gerbang sekolah. Sebelum aku turun, Adit menahan ku sebentar didalam mobil.

"Pake handphone ku. Kita tukeran. Enggak apa-apa kan?". Adit mengeluarkan handphone dan memberikannya kepadaku.

Aku tersenyum dan memberikan handphone ku kepadanya. "Iya enggak apa-apa."

"Pulang sekolah aku jemput. Love You  calon istriku." Adit mengecup keningku.

"Love You To. Kerja yang bener ya calon suami ku. Kumpulin duit yang banyak. Biaya bikin kebaya sekarang mahal." Aku turun dari mobil dan melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan sementara dengan Adit.

Pagi ini aku merasa sangat bahagia. Melihat Adit yang kembali tersenyum tapi aku juga merasa sedih karena harus kesepian sebab Adit tidak menemaniku disekolah. Resiko punya pacar yang merangkap jadi penguasaha ya seperti ini.

Di koridor menuju kelas aku bertemu dengan Nisa. Kami berdua menuju kelas bersama. Pelajaran pertama pun dimulai. Aku merasa tidak terlalu bersemangat hari ini.

"Ngapa lu lemes?". Tanya Nisa.

"Tuh." Aku menunjuk kursi yang biasa ditempati Adit. Saat ini kursi itu kosong karena Adit tidak berangkat.

"Perasaan baru sejam lu enggak ketemu masak iya lu udah kangen. Lebay deh!". Nisa mencubit lengan ku.

"Aduh.. Sakit Nisa. Maklum lah masih kasmaran haha.." Jawabku.

Tak terasa bel istirahat berbunyi. Perut ku sudah keroncongan tandanya cacing ku sedang berdemo minta jatah makan segera diturunkan. Aku dan Nisa pergi menuju ke kantin. Suasana kantin sangat ramai hari ini. Aku melihat Bayu yang sedang bertengker di stand pedagang bakso bersama temannya. Dia terus saja memandang ke arahku, tapi aku cuek kepadanya.

Pesanan ku sudah datang, semangkuk bakso tanpa kuah di bumbui dengan sambal dan kecap yang banyak. Ini salah satu makanan favorit ku, bakso tanpa kuah.

Ting..

Handphone di saku baju ku bergetar. Aku membuka password handphone Adit dengan angka tanggal kelahiranku. Terpampang dengan jelas foto ku yang dijadikan wallpaper pada handphonenya.

1 pesan baru.

Rista.

'Hai Adit. Kamu dimana ? Aku bawain makanan buat kamu. Aku tadi pagi sengaja masakin nasi goreng spesial buat kamu."

Rista mengirim pesan Adit. Dia membuatkan masakan spesial untuknya. Maksudnya apa ini. Aku tidak menghapus sms ini karena nanti setelah bertemu dengan Adit aku akan menunjukan kepadanya.

Rista yang merasa Adit tidak membalas pesan nya kembali mengirimkan pesan untuk kedua kalinya.

Rista.

'Kok enggak dibales si Dit. Kamu lagi sama Moza ya?. Aku mau ngasih ini ke kamu. Aku masih sayang sama kamu Dit'.

Pesan ke 2 ini membuat ku tersedak. Rista bilang kalau dia masih menyayangi Adit. Apa mungkin dia akan merebut Adit dari diriku. Aku harap itu tidak akan terjadi.

Bel masuk berbunyi, aku dan Nisa kembali ke kelas. Tidak sengaja aku bertemu dengan Rista.

Rista menyapaku dan berdiri dihadapanku "Hai, Moza. Adit enggak keliatan kemana si dia?".

Aku tersenyum biasa kepadanya. "Dia enggak masuk Ta. Ada urusan. Ada pesen buat dia?".

"Salam ya buat Adit. Oya ini gue nitip makan buat dia. Nasi goreng spesial kesukaannya. Tadi gue sms tapi enggak dibales. Mungkin dia sibuk ya. Kalau sibuk biasanya dia suka telat makan."  Jelas Rista dan memberikan kotak makan kepadaku.

Aku menerima titipannya. "Iya aku sampein. Makasi ya Rista."

Rista tersenyum bahagia. Melihat dirinya tersenyum membuat aku muak. Sebenarnya dia sudah tahu kalau aku dekat dengan Adit dan pastinya dia paham kalau aku memiliki hubungan khusus denganya, tapi sepertinya Rista sengaja melakukan ini kepadaku.

ADIT POV.

Pagi ini aku terpaksa ijin tidak berangkat sekolah, karena ada meeting mendadak mengenai produk baru yang minggu ini akan segera dirilis kepasaran. Kali ini Sani tidak bisa menggantikan aku sehingga aku harus turun tangan sendiri.

Mood ku pagi ini sudah dibuat rusak oleh kelakuan Bayu yang pagi-pagi dia sudah membuat ku jengkel. Moza memberi tahu kepadaku pesan singkat dari Bayu. Aku menyukai sifat Moza yang selalu jujur dan terbuka kepadaku. Apa yang dia lakukan dan temui hari ini pastinya dia bercerita kepadaku, meskipun itu bukanlah hal yang penting.

Aku mengantarkan Moza ke sekolah, seperti biasa sebelum aku berpisah dengan aku selalu memberi kexupan hangat ke kening Moza sebagai tanda sayang ku. Aku juga meminta kepada Moza agar dia mau bertukar handphone dengan ku syukurlah dia mengabulkam keinginanku. Sedikit konyol dan terlalu kekanakan sekali cara ini, tapi ini aku lakukan karena aku ingin mengetahui seberapa intens Bayu menghubungi Moza. Kepercayaan dan kejujuran selalu aku junjung tinggi dalam menjalin kasih dengan Moza. Aku tidak ingin kehilangan dia.

Di sela waktu meeting, handphone di saku ku berbunyi. Ini adalah handphone Moza cuman aku mengetahui passwordnya.

"Permisi saya terima telfon dulu Pak." Aku ijin terlebih dahulu untuk melihat pesan di handphone.

Bayu.

'Moza, kamu cantik banget hari ini. Aku suka sama kamu.'

"Kurang ajar Bayu!". Aku mengumpat kesal membaca isi pesan Bayu. Aku melihat jam di tangan kiri ku. Saat ini jam 10 waktunya istirahat, mungkin Moza sedang makan di kantin bersama Nisa. Aku yakin Moza tidak akan bermain dibelakang ku.  Ingin rasanya aku membalas pesan itu namun Sani sudah memanggilku untuk kembali melanjutkan meeting ini.

Sudah jam 3 siang. Saatnya aku untuk menjemput Moza di sekolah. Aku menginjakan gas mobil dengan kencang. Emosi ku sedikit tidak stabil. Sesampaianya di depan gerbang sekolah, aku menunggu di kap mobil. Tidak lama aku sudah melihat Moza calon istri ku keluar bersama dengan Nisa. Dia yang sudah melihat ku pun menghampiri ku.

"Hai Sayang. Maaf ya lama tadi Bu Dira kelamaan keluar kelas." Ucap Moza.

"Aku baru sampai kok Baby. Ke kantor dulu ya." Aku membukakan pintu mobil untuknya.

"Sayang, sepi tahu disekolah enggak ada kamu. Besok kamu berangkat kan?" Ucap Moza dengan memajukan bibirnya.

"Cieee kangen ya sama aku hahaha. Maaf ya Baby, aku kan harus kerja keras buat beliin kamu gaun yang cantik." Aku mengusap pipi Moza.

"Gombal. Yang aku tidur dulu ya ngantuk. Nanti kalau udah sampai bangunin ya. Miss You". Moza mencium pipi ku.

"Miss You To, Baby." Aku membalas dengan mencium pipi dan keningnya. Kemudian ku jalankan mobilku menuju ke kantor.

Moza, gadis yang sangat aku cintai melebihi rasa cintaku kepada Rista waktu itu. Aku tidak tahu alasan pastinya mengapa aku bisa jatuh cinta dan begitu mencintai Moza. Aku harus menemui Ayah Moza secepatnya untuk meminta restu, meskipun pernikahan kita belum tahu kapan akan dilaksanakan. Aku akan mempertahankan Moza dengan sekuat tenaga. Aku sangat mencintainya.

Love Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang