"Moza.!" Suara tegas dari sambungan telpon itu membuat ku terepanjak kaget mendengarnya. Adit yang melihat ku terkejut bertanya siapa yang menelpon ku. Ku tunjukan nama orang itu di layar handphoneku.
Adit mengambil handphone dan berbicara padanya. "Hai Bro..Adik lu aman kok sama gue. Besok gue pulangin ya".
"Sialan lu bawa anak orang enggak bilang-bilang. Awas kalau Moza ada yang lecet." Jawab Kak Sandi dari balik telpon dengan suara kesal kepada Adit. Aku yang mendengarnya hanya tertawa, suara nya terdengar jelas karena panggilan ini di loudspaker oleh Adit.
"Enggak bakalan lecet Ndi, palingan jebol ahaha.." Jawab Adit tertawa puas dan memandang ke arahku dengan mengedipkan matanya.
"Wah parah lu kalau sampe jebol. Tanggung jawab lu ya. Besok balikin Moza pagi-pagi soalnya bokap gue mau kesini bro!" Jawab Kak Sandi yang di balas iya oleh Adit dan sambungan telepon pun tertutup.
Orang tua ku besok akan datang untuk menjenguk ku di sini, aku sangat senang mendengarnya. Aku bisa melepas rindu dengan Ayah dan Mama sudah cukup lama aku tidak berjumpa dengan mereka. Adit menyuruhku untuk segera tidur agar besok tidak kesiangan bangun pagi, karena kalau telat memulangkan ku dia bisa habis oleh Kak Sandi.
"Asik.. Besok ketemu sama calon mertua." Adit tersenyum dan memeluk ku hingga tertidur pulas. Aku melihat tingkah lakunya yang seperti anak kecil itu membuat ku tertawa geli. Semoga saja besok Ayah tidak galak kepada Adit.
******
"Sayang bangun udah siang ih. Mandi abis itu sarapan!". Aku membangunkan Adit yang masih erat memeluk guling.
Adit menggeliat dan langsung memeluk ku. "Good morning Baby."
Adit lekas pergi ke kamar mandi, sedangkan aku menyiapkan sarapan untuknya. Aku sengaja bangun lebih pagi untuk mempersiapkan sarapannya. Aku sudah bisa bangun pagi tidak seperti dulu. Selesai mandi Adit menyusul ku ke ruang makan.
"Aku jadi pingin buru-buru nikahin kamu deh Baby. Hari ini aku mau minta restu sama orang tua mu terus besok mau minta langsung ke KUA ah." Ucap Adit dengan melahap sepiring nasi goreng kesukaannya.
"Hidih, enggak sabar amat Pak !. Belum lulus tau!" Jawab ku tersenyum kepadanya sambil merapikan dapur. Adit hanya menggelengkan kepala tanda tak setuju dengan jawaban ku barusan. Dia begitu lahap menyantap sarapan buatan ku dan pastinya dia terlihat sangat lucu.
Sarapan dan bebenah apartement sudah ku selesaikan, saatnya untuk ke bandara karena dari tadi Kak Sandi sudah berkali-kali menelpon ku untuk menjemput Ayah dan Mama di bandara. Adit sangat antusias menjemput orang tua ku. Dari apartement aku langsung menuju ke bandara Adi Sucipto dan bertemu dengan Kak Sandi disana.
Pemandangan yang ku lihat kalau Adit sudah bertemu dengan Kak Sandi itu mereka seperti kakak adik saja yang selalu berantem kemudian mereka kembali akur, selalu saja seperti itu. Aku sampai pusing melihat tingkah laku mereka. Wajar saja mereka seperti itu karena Kak Sandi sudah mengenal Adit semenjak 3 tahun yang lalu di awal perpindahan Kak Sandi di Jogja.
Aku melihat sosok orang yang sangat aku rindukan mereka adalah kedua orang tua ku. "Mama ..." Teriak ku dan berlari menghampiri untuk memeluknya.
"Aduh duh, segitu kangenya sama Mama sampe main peluk aja." Ucap Mama dengan mengusap rambutku.
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Ayah yang melihat aku datang bersama seorang pria memperlihatkan raut wajah bingungnya.
"Ini Adit Yah, anak nya om Hermawan." Kak Sandi memperkenalkan Adit kepada Ayah.
Adit mencium tangan Ayah. "Saya Adit om, anak sulung Pak Hermawan. Calon menantu om."
Ayah terkejut dengan ucapan Adit karena menyebut dirinya sebagai calon menantunya. Namun Ayah membalasnya dengan senyuman. Ya karena Ayah sudah mengenal dekat keluarga om Hermawan tapi Ayah belum terlalu mengenal Adit. Setelah bertemu aku dan semuanya kembali ke mobil. Aku bersama Adit dan kedua orang tuaku bersama Kak Sandi. Sampai dirumah aku membantu membereskan semua perlengkapan kedua orang tua ku. Mereka akan menginap 3 hari disini, tidak terlalu lama memang tapi setidaknya aku bahagia mereka menyempatkan waktu sibuknya untuk menemui anak nya disini.
Tidak terasa jam sudah menunjukan makan siang, aku di bantu Mama untuk mempersiapkan segala macam hidangan makanan. Setelah semua beres kami semua pun berkumpul di meja makan untuk menikmati hidangan ini.
"Adit, nanti abis makan siang om mau bicara sama kamu ya." Ucap Ayah kepada Adit yang mendapat anggukan setuju olehnya. Kira-kira Ayah akan membicarakan apa ya sama Adit. Semoga bukan hal yang buruk yang mereka bicarakan.
Semua sudah kenyang, aku membereskan meja makan ini sedangkan Mama dan Ayah bersantai di teras belakang bersama Adit. Kak Sandi pastinya dia pergi untuk menemui kekasihnya selagi hari minggu, jadi dia meluangkan hari ini untuk kekasihnya yang bernama Nindira.
Ayah membuka percakapan dengan Adit dengan menyeruput teh panas. "Dit gimana kabar Papa dan Mama mu?"
"Kabar Papa dan Mama baik om. Oya om ada yang ingin Adit sampaikan ke Om dan Tante mengenai Moza." Ucap Adit.
Ayah menyuruh Mama untuk memanggil ku datang ke teras belakang mengobrol bersama dengan mereka. Aku datang dan duduk disamping Adit. Jantung ku berdetak lebih kencang dari biasanya.
Adit menatap ku dan menggenggam tangan ku. "Om Prayogi dan Tante Irene, ijinkan saya menikahi Moza. Saya sangat mencintai Moza melebihi saya mencintai diriku sendiri. Saya tahu usia kita masih muda tapi saya sudah mantap untuk membangun bahtera rumah tangga bersama Moza. Saya tidak ingin berpacaran terlalu lama karena takut terjadi hal yang tidak di inginkan. Jadi disini saya memberanikan diri meminta restu dari Om dan Tante untuk menyetujui niat baik saya untuk meminang Moza."
Aku luluh mendengar ucapan Adit yang begitu menyentuh hatiku. Adit begitu berani dan mantap meminta restu kepada Ayah dan Mama mengenai keinginan kita untuk menikah. Aku melihat Ayah yang saling beradu pandang dengan Mama, sesekali mereka memandang ku dan Adit. Aku takut mereka tidak menyetujui keinginan Adit.
"Apa yang membuat mu mencintai putri om, Adit? Moza gadis yang badung, nakal dan dia bisa dibilang liar karena sering keluar malam hanya untuk ke clubbing bersama teman-temannya. Moza juga gadis manja yang dia sendiri saja tidak bisa mengontrol dirinya. Kamu pria yang baik dan dari keluarga yang baik. Apa Hermawan mau menerima Moza menjadi menantunya?." Tanya Ayah.
Adit menatap ku dalam dengan tatapan ketulusan. "Saya mencintai Moza dengan segala kebaikan dan keburukannya. Saya mencintai Moza dengan tulus begitu juga Moza mencintai saya om. Sepasang kekasih harusnya saling melengkapi bukannya meminta pasangannya untuk menjadi apa yang diinginkannya. Aku yakin keluarga saya bisa menerima dengan baik Moza sebagai menantunya. Om tentu tahu bagaimana pribadi orang tua saya, pastinya Om dan Tante juga sudah tahu apa jawaban dari mereka." Jawab Adit tanpa ragu dan lancar langsung mendapatkan pelukan hangat dari ku. Aku tidak peduli meski aku memeluk di depan kedua orang tua ku toh mereka hanya tersenyum melihat tingkah ku.
Ayah menghela napas kemudian melanjutkan perbincangannya. "Baiklah kalau gitu ajak Papa mu dan Mama mu untuk makan malam disini besok malam ya Dit. Yasudah silahkan kalian pacaran Ayah juga mau pacaran sama Mama." Ayah menggandeng Mama dengan mesra dan meninggalkan ku bersama dengan Adit.
Aku lega Adit sudah berani meminta restu kepada Ayah dan Mama, tapi mereka belum menjawab iya atau tidak malah mereka meminta orang tua Adit untuk datang besok malam kerumah. Semoga saja kedua keluarga ini merestui hubungan ku. Restu itu sangat penting dalam suatu hubungan, karena jika tidak ada restu hubungan itu tidak akan berjalan dengan mulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do
Romance18 +++ Sebuah kisah sederhana dari seorang gadis belia yang karena sifat nakalnya dia harus berpindah ke tempat yang baru. Ditempat yang baru dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang menyebalkan dan membuat hari-harinya menjadi sial dan p...