1 - Uno

104K 2.8K 31
                                    

Marvella Tjahjadi mengangkat telepon dari handphone yang ada disakunya. Sambil merapikan anak rambut, ia menempelkan benda itu ke telinga kanannya.

"Morning, Ca." Senyum Marvella melebar saat ia mendengar suara orang yang menelponnya melalui ponsel.

"Baru sampai?" tanya Chalondra Faillieres yang sedang berada di salah satu kamar di Hotel Sofitel Paris Le Faubourg, Paris.

Marvella mengangguk pelan, "Iya. Atha menginap ditempatku tadi malam karena Grams ada disana. Kamu sendiri kapan pulang?"

Chalondra tersenyum mendengarnya. "Besok, sepertinya."

"Sudah bertemu Saka?" tanya Chalondra kepada Marvella.

Marvella memindahkan tas yang ia bawa ke lengan kanannya. "Nanti aku lunch dengan Saka dan tunangannya."

"Nadine?" Chalondra tidak sadar ia mengerutkan keningnya. Ia kemudian berdiri dari ranjangnya, "Are you okay? Perlu aku suruh Mario untuk menemani kamu?"

"I'm okay, Ca. Kamu tidak perlu khawatir," jawab Marvella dengan santai. Ia kemudian mengantri di depan lift di bangunan itu bersama dua orang yang sudah ada disana terlebih dahulu.

"Marvella, I'm serious. Perlu aku suruh Saka untuk membatalkan acara makan siang kalian?" tanya Chalondra sekali lagi untuk memastikan.

"Don't be ridiculuous, duh." Marvella menatap kuku jari-jarinya. "I'm okay, sudah lama juga aku tidak bertemu dengan Nadine sejak mereka sendiri yang datang ke San Fransisco."

Marvella mengalihkan pembicaraan mereka untuk membuat Chalondra tidak mengkhawatirkan dirinya lagi. "Sekarang jam tujuh pagi di Jakarta, Ca. Apa yang kamu lakukan sepagi ini disana? Kamu tidak tidur?"

Chalondra yang sedang duduk di pinggir ranjangnya kemudian bergerak untuk mengambil selimut. "Setelah aku menelpon kamu."

"Fashion Week selalu melelahkan ya, Ca?"

"Always. But I like it."

"You need to sleep, Ca." MarvelIa menepuk pelan rok hitam yang sedang ia pakai.

"Jam enam nanti aku harus berangkat."

"You need to sleep, empat jam lebih baik daripada tidak sama sekali."

Chalondra mengangguk pelan walau ia tahu Marvella tidak bisa melihatnya. Ia kemudian melanjutkan, " Congrats buat hari pertama kamu. Bye, El."

"Bye, Ca."

___

"Atas nama Askari Tanuwidjaja," kata Marvella kepada pegawai berseragam putih yang ada didepan restoran. Marvella menghembuskan napas panjang untuk menetralkan napasnya sebelum pegawai itu membawanya ke meja VVIP.

"Maaf menunggu lama," itu yang dikatakan Marvella saat ia baru saja sampai di meja yang dipesan oleh Saka.

Saka yang sudah duduk dikursinya tertawa pelan melihat Marvella yang terlihat panik. "It's okay, Ella. Calm down."

"Mana Nadine?" tanya Marvella saat ia menyadari kursi disebelah Saka kosong.

"Di toilet," jawab Saka dengan singkat setelah memasukkan jam tangannya ke dalam saku celana. Jas abu – abunya sudah dilepas, menyisakan kemeja putih dan dasi biru yang masih melingkar. Beberapa menit kemudian Nadine datang, bertepatan dengan makanan mereka yang sampai.

"Kamu terlihat kurusan, Marvella." Kata Nadine Faye setelah mereka mulai makan.

"Kamu bisa memberitahu Saka kalau atasan kamu terlalu keras." Rambut Nadine hari itu digerai. Menunjukkan rambut panjang kecokelatan, dan bola matanya yang hitam. Marvela yakin bahwa riasan Nadine sangat pas sehingga membuat siapapun akan berkata kalau Nadine adalah tunangan Saka yang cantik.

"It's my first day, Nad." Marvella meminum minuman yang ia pesan. " Aku merasa sehat-sehat saja. Thanks for your concern," jawab Marvella dengan senyum tipis.

Sepanjang acara makan siang ini, Marvella berusaha terlihat tidak peduli saat Nadine berkata sesuatu ke Saka. Sementara itu, pria yang duduk didepannya membalas Nadine dengan senyuman. Tangan Nadine kemudian mengelus rahang Saka dan mendekatkan wajah pria itu dengannya. Mereka berdua terlihat sangat serasi dan membuat Marvella berpikir sesaat untuk apa kehadirannya disini.

___

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang