22 - Veintidós

15.1K 1.1K 17
                                    

"Minta untuk revisi laporan ini, Darek. Sudah saya beri catatan didalamnya."

Darek maju mendekati meja besar yang ada didepan Saka, bermaksud untuk mengambil laporan itu. "Baik, Sir."

"Bagaimana dengan Nirvana, Darek?"

Darek mengangkat wajahnya, ia paham kini Saka enggan untuk menyebut nama wanita – mantan tunangannya karena rasa trauma. Ia menghargai keputusan atasannya dengan tidak menyebut nama wanita itu, ia senang ketika berhasil menjaga mood Askari. "Masih tetap pada pendiriannya untuk melakukan press realease, Sir."

"Saya sangat ingin membeli saham agensi itu, Darek. Setidaknya untuk membuat mereka mengerti kalau saya tidak main-main dengan ucapan saya. Tapi, Diandraya sangat enggan untuk menjual saham miliknya."

"Tunggu hingga satu minggu lagi, dan biarkan mereka mengumumkannya, Darek."

"Anda yakin, Sir?"

Saka mengangguk. "Analis kita sudah memperkirakan lima persen, bukan? Setidaknya kali ini saya akan membiarkan mereka melakukan press release – bagaimanapun juga wanita itu masih menjadi bagian dari mereka."

"Dan bagaimana dengan Executive Chairman, Bapak Phillip?"

"Malam ini saya ingin makan malam di rumah orang tua saya untuk membicarakannya, Darek."

"Baik, Sir."

Saka berdiri karena ia merasa sudah terlalu lama duduk. Ia meregangkan tangannya. "Dan saya membutuhkan waktu kosong untuk besok, Darek. Kosongkan jadwal saya sebelum makan siang, sepenting apapun itu."

"Anda ingin menemui seseorang, Sir?"

"Iliona akan berlibur ke Sumba dan saya harus menemuinya sebelum dia pergi, Darek. Saya akan menemuinya sendiri," ucap Saka.

"Baik, Sir."

"Minta analis untuk mengadakan meeting untuk dua hari lagi. Angka aman. Saya membutuhkan angka aman, Darek."

"Berapa angka yang Anda inginkan, Sir?"

"Lima persen yang diperkirakan oleh analis adalah keadaan dimana bila kita mengurus semuanya dengan benar, Darek. At least, I want three percent."

___

Marvella meletakkan makanannya ke atas kitchen island. Ia kemudian duduk di kursi tinggi dan mengambil sebuah gelas untuk diisi air putih. Hari ini, ia sedang berada di apartmen Atha bersama yang lainnya – tidak ada jadwal resmi untuk setiap pertemuan mereka. Atha dan Mario tampak bermain konsol game, dua orang itu terlihat sangat seru saat memainkannya. Sementara itu Chalondra pergi ke salah satu kamar, ia mengangkat telepon dari seseorang. Askari duduk di sofa, mengamati permainan Atha dan Mario. Marvella kemudian mulai menyendokkan pasta yang ia masak ke mulutnya. Ia baru saja tiba di apartmen Atha satu jam yang lalu, setelah selesai mengirimkan laporan yang diminta Karissa. Semalam ia hanya tidur dua jam demi menyelesaikan pekerjannya.

Marvella menatap Saka yang mengamati permainan Atha. Ia dan Saka masih saling mendiamkan, bahkan ketika ia baru sampai tadi. Pria itu tidak melihatnya – ataupun menjawab ketika ia menyapanya. Marvella yang lapar karena ia belum makan siang segera mengabaikan sikap dingin Saka dan memilih untuk memasak pasta sederhana – ia sangat lapar. Marvella kembali menyendokkan pasta ke mulutnya.

"Kenapa kamu tidak makan?" tanya Saka yang tiba – tiba sudah berdiri di belakangnya.

Marvella membalikkan badannya dengan cepat karena kehadiran Saka yang sudah dibelakangnya, pria itu membuatnya terkejut dan hampir membuatnya tersedak makanannya sendiri. Ia kemudian menunjuk piringnya yang masih penuh dengan makanan, dan menatap Saka dengan kesal karena membuatnya terkejut. "Kamu tidak lihat apa yang sedang aku lakukan sekarang?"

"Maksudku, dua hari yang lalu. Aku menunggu kamu di depan ruangan, El."

"Oh, yang sedang kita bicarakan sekarang adalah saat Darek datang ke divisiku dan menawarkan untuk makan siang bersama? Aku kira kemarin kita masih bertengkar."

"Kenapa sangat susah untuk mengajak kamu makan siang sih, El? Biskuit tidak cukup – I've tried and it makes me really hungry."

Marvella memutar pastanya dengan garpu. "Sudah selesai marahnya, Sak?"

" ... "

"Kamu sendiri?"

"Belum. Kamu yang marah – marah di depanku itu sangat membuatku kesal."

Saka kemudian mengambil duduk di kursi tinggi yang ada di sebelah Marvella. "Maaf, El. Aku sangat frustasi saat itu – intinya aku ingin minta maaf."

"Dimaafkan. Jangan ulangi lagi, Saka."

Saka mengangguk kecil seperti anak yang patuh dan itu membuat Marvella yang melihatnya menjadi tertawa. "Life always makes us mature, Sak. Nad - "

"Don't say that name, El. Aku membencinya."

"..."

Marvella kemudian mengalihkan pembicaraan mereka. Ia memahami kemauan Saka, tidak menyebutkan nama Nadine. Disodorkannya sepiring spaghetti yang sedang ia makan dan menggesernya ke tengah – tengah antara dirinya dan Saka. "Kamu sendiri sudah makan? Aku memasak dua porsi, ambil sendok kalau mau, Sak."

Saka berdiri dari kursinya untuk mencari garpu, ia tidak menolak ketika Marvella menawari masakannya sendiri. Marvella menambahkan, "Sekalian keju di dekat kompor, Saka."

Saka meletakkan keju yang masih berbentuk kotak dan parutannya di samping Marvella. "Terima kasih, L."

"Kali ini damai?"

"Damai. Susah juga kalau bertengkar dengan kamu, L. Tidak ada yang bisa kuajak makan siang."

"Kehadiranku dalam dunia ini memang menjadi hal yang penting bagi beberapa orang. Tapi kamu tidak bisa mengajak sembarangan aku untuk makan siang, Saka."

"Kenapa?"

Marvella menutup mulutnya untuk beberapa saat. "Orang di kantor akan melihatnya dan sepertinya tidak etis. Aku adalah asisten manager dan kamu Chief Executive, berbeda sekali kan?"

"Aku tidak peduli."

"Tetapi aku peduli dan aku professional."

"Wajar jika kakak makan siang dengan adiknya."

Marvella kembali memutar pastanya dengan garpu. "Jika kamu sangat menginginkannya, kita hanya bisa makan di kantin yang ada di bawah, Saka. Kamu mau?"

Saka menatap Marvella. "Kenapa tidak? Jadi kalau aku makan siang di kantin perusahaan , kita bisa makan siang bersama?"

"Intinya tidak bisa, Saka!" sahut Marvella dengan cepat.

Dahi Saka berkerut karena ia tidak mengerti jawaban Marvella yang berubah – ubah. "Kenapa?"

"Hampir sebagian dari divisiku adalah wanita lajang dan semuanya – aku yakin tidak hanya yang ada di divisiku – mengidolakan kamu. Aku tidak ingin mendapatkan perhatian orang – orang kantor hanya karena aku makan siang dengan kamu. Paham?"

Marvella melanjutkan, "Jangan menempatkan aku kedalam rumor yang buruk, Sak. Orang – orang selalu membicarakan apa yang ingin mereka lihat, entah itu baik atau buruk. Dan rumor yang menyebar di karyawan kamu mungkin saja sangat merugikanku."

"Tapi kamu adikku dan - "

"Kecuali aku menjadi sekretaris kamu seperti Darek, kita bisa makan siang di kantor, Saka." Marvella membuat Saka terdiam karena kata – katanya. "Aku berusaha professional disini dan aku meminta kamu untuk bersikap professional juga, tidak etis ketika kita makan siang bersama karena jabatan kita sangat berbeda dan itu akan menimbulkan tanda tanya yang besar di setiap orang - orang."

....

Saka menatap Marvella yang sekarang terlihat sangat santai, bahkan dalam pembicaraan mereka. "Satu pertanyaan, L. Kenapa kamu melamar di Chata?"

____

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang