7 - Siete

20K 1.2K 23
                                    

Pagi itu, Saka membuka matanya dan hal pertama yang ia sadari adalah sisi kanan ranjangnya yang kosong, dimana Nadine seharusnya ada. Ranjang besar yang mereka berdua tiduri berada di tengah kamar, membuat Saka bisa melihat ke segala penjuru arah. Setelah beberapa saat, ia menyadari bahwa Nadine ada di kamar mandi karena terdengar air bergemericik dan Nadine yang sedang bernyanyi. Saka lalu mengambil ponsel yang ia letakkan di meja nakasnya untuk mengecek beberapa hal.

"Morning, Sayang," sahut Nadine ketika ia keluar dari walking closet dan melihat pria yang sudah bersamanya selama lima tahun itu masih bersandar di kepala ranjang. Saka mengalihkan pandangannya dari ponsel yang ia genggam, ia lalu merentangkan tangannya.

"Come here."

Nadine tertawa pelan tidak percaya, ia berjalan menuju sisi kiri ranjang dimana Saka duduk. Nadine terpekik pelan saat Saka menarik tangannya, membuat tubuh Nadine jatuh di atas Saka.

Saka mengecup bibir Nadine sekilas. "Ini masih terlalu pagi," gumam Saka sambil membenamkan wajahnya di ceruk leher Nadine. Semalam Nadine baru pulang dari SIngapura dan baru sekarang Saka bisa melakukan hal ini.

Nadine merasakan tubuhnya meremang karena pria itu menyentuhnya. "Mandi, Sak."

Saka memundurkan wajahnya untuk menatap mata Nadine. "Kamu sudah rapi, sementara aku baru bangun. It's not fair."

Nadine tertawa mendengar Saka. "Makanya mandi, Sak." Jemari Nadine bergerak perlahan menggambar pola abstrak di dada Saka. Saka kembali menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher Nadine untuk mencium bau wangi rambut wanita itu.

"But, I want you," sahut Saka. "In here, naked."

Saka berkata kepada Nadine. "Hari ini aku tidak mau makan siang sendirian lagi."

"Darek tidak menemani kamu makan?"

"Bukan itu maksudku, sayang. I mean, I miss you so much. Bersama kamu beribu kali lebih menyenangkan daripada makan siang dengan Darek."

Nadine tertawa mendengar jawaban dari tunangannya. "Kemarin kamu makan siang sendiri?"

"Aku tidak makan siang."

"Kenapa?"

Saka menjawab, "Kemarin aku pergi ke divisi Marvella dan dia tidak mau menemaniku makan siang. "

"Kalau begitu kamu bisa makan siang sendiri karena dia tidak ingin, kan?"

"Selera makanku hilang saat dia tidak mau menemaniku."

Nadine melepaskan dirinya dari Saka dan itu membuat Saka heran. "Kamu marah?"

"Jadi, karena Marvella tidak makan siang kamu juga kehilangan selera makan? Itu sangat aneh. Aku cemburu, Askari Tanuwidjaja."

Saka mengangkat alis saat Nadine memanggil nama lengkapnya. "Lebih aneh saat aku mendengar kamu cemburu dengan adikku sendiri, sayang."

"Because I care you, Sak. Kamu adalah pria yang sangat sibuk dan tidak seharusnya kamu tidak makan siang. Hanya karena Marvella tidak makan siang bukan berarti kamu harus mengikutinya."

"I am sorry."

Nadine mengelus rahang Saka. "Permintaan maaf diterima. Sekarang bisa lepaskan aku?"

"Kamu tahu kalau kamu semakin seksi ketika kamu marah?"

"Yes, I know how I am. Lepaskan aku, Saka."

Saka berusaha membuka tali yang ada di kimono Nadine. "I miss this one."

"Kita harus turun dan sarapan. Hari ini aku harus –"

Tidak mendengar jawaban Nadine, Saka berkata kepada wanita yang ada didekapannya. "Makanannya bisa menunggu, kan?" kata Saka sebelum ia kembali mencium Nadine dan menarik wanita itu semakin dalam ke dekapannya.

"Wait - "

"I can't wait, Nadine-nya Saka."

Pipi Nadine memerah karena hal itu. Namun ia berusaha bangun dari dekapan erat Saka, kemudian beralih menduduki paha kekasihnya. Saka kemudian memeluk pinggang Nadine semakin erat.

"Saka," panggil Nadine pelan.

"Hm?" gumam Saka menyahutinya. Ia mulai menelusupkan tangannya di kimono yang sedang dipakai oleh Nadine.

"Biarkan aku bertanya dulu, Saka."

"Kita bisa melakukannya sambil tetap berbicara. I'm still listening you, Nad."

"Kenapa Marvella melamar di perusahaan kamu?"

"I don't know, dia tidak memberitahukannya ke aku."

" ... "

"Kamu masih cemburu?"

Nadine mengerang pelan saat Saka berhasil melepaskan bra yang ia pakai. "Semua orang tahu Marvella dan aku hanya sebatas adik – kakak, sayang. Tidak lebih dan tidak kurang. Nadine – listen me, selama ini akhir yang aku inginkan hanya kamu."

"I know."

"Sayang, aku mencintai kamu," jawab Saka sambil menatapnya.

Saka kembali melanjutkannya, " Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Nadine. Kamu adalah wanita yang aku cintai dalam hidup aku. Ketika kamu mengatakan 'ya' saat aku lamar, aku sangat tahu kalau aku benar – benar jatuh cinta dan aku bersyukur karena bertemu kamu, sayang. You who accompanied me all this time. That's enough, babe. Kamu menyiksa aku dan aku tidak mau 'bermain' sendiri."

Nadine berpura – pura menyeka ujung matanya. Ia membalas kata – kata tunangannya. "Meski aku sudah mandi? Kamu jahat, Saka." Canda Nadine sebelum ia mencium Saka. Ia kemudian melepaskan kimono yang sedang ia pakai sambil terus melanjutkan kegiatannya dengan Saka. Dengan cepat, Saka membalikkan tubuh wanita itu untuk berada dibawahnya.

Saka menghentikan kegiatan mereka untuk sejenak. "Kamu bisa mandi lagi. Or can we do it together, soon – to – be Mrs. Tanuwidjaja?" jawabnya sambil tertawa.

___

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang