56 - Cincuenta Y Seis

8.9K 673 17
                                    

"Kamu tahu kalau sekarang semua keluarga besar akan berkumpul?" Marvella berjalan disamping Saka ketika keduanya turun dari mobil.

"Hmm."

Saka mendorong pintu basement yang langsung terhubung dengan tangga, melewati jalan ini lebih dekat daripada keduanya masuk dari depan rumah. Ia menahan pintu itu untuk membiarkan Marvella jalan terlebih dahulu. Setelah keduanya ada di tengah anak tangga, Marvella menarik tangan Saka dan membuat keduanya berhenti. "Don't make a space for tonight, Saka. Jangan menghindar lagi, jangan marah - "

"Marvella," Saka memandangi mata Marvella dan menyadari sekilas wajah gugup Marvella. Ekspresi yang jauh berbeda daripada satu jam yang lalu saat pertengkaran mereka di kantor. "Kita sudah di rumah ini dan kamu masih membahasnya?"

"Hari ini kita akan bermain peran suami-istri yang baik, sampai Mama dan Papaku melihat ketenangan diantara kita berdua. Aku beri hadiah steak nanti kalau kamu berhasil - "

"Aku bukan anak kecil yang bisa kamu bayar dengan steak."

"Bagiku ya, suami keras kepala." Marvella kemudian kembali berjalan ke depan mendahului Saka karena ia tidak ingin mendengar sanggahan dari pria itu lagi.

Keduanya melewati tangga dan langsung berbelok ke kanan setelah bertanya kepada salah satu asisten rumah itu dimana keberadaan Iliona. "Grams," panggil Marvella kepada Iliona setelah ia menemukan neneknya di ruang tamu bersama ayahnya, Raphael. Ia memeluk hangat ayahnya setelah itu memeluk Iliona. "Maaf aku terlambat."

"Tidak apa-apa, Marvella. Lagipula yang lain masih memasak - Mama kamu juga ada disana."

"Wajah nenek terlihat lebih muda sepuluh tahun. Sumba menyenangkan, Grams?" goda Marvella sebelum ia menoleh ke belakang saat Saka baru tiba dibelakangnya, ia kemudian memberikan tas tangannya kepada Saka dan mengambil tisu yang ada di saku jas pria itu. Saka membiarkan wanita itu mengambil tisu yang memang biasa ada di saku jasnya dan mengambil alih tas tangan Marvella. "Selamat malam Grams, Om."

"Malam, Saka." Iliona berdiri untuk memeluk Saka dengan hangat. Terakhir kali ia bertemu dengan Saka adalah tiga bulan yang lalu - sebelum keberangkatannya ke Sumba. Sementara itu Raphael Tjahjadi tetap tidak bergerak dari duduknya dan ia berkata kepada Saka. "Urusan di kantor sekarang lebih penting dari makan malam, Saka?"

"Raphael." Iliona membalikkan badannya untuk menegur Raphael. "Kalian berdua jauh berbeda - kamu sudah tua dan tidak banyak bekerja sementara Saka jauh lebih muda dari kamu dan dia mungkin mempunyai tanggung jawab yang banyak. Tidak ada perdebatan sampai makan malam selesai. Paham?" kata Iliona dengan tegas tanpa memberi kesempatan kepada anaknya untuk menyanggah, karena ia tahu ada perang dingin yang terjadi antara Saka dan Raphael selama ia tidak ada di Jakarta.

"You look good," Iliona menepuk kedua bahu Saka yang tegap dan ia perlu mendongakkan kepalanya untuk menatap mata cucunya. Saka tidak bisa menyembunyikan senyumnya, "Maaf karena kami tidak datang lebih cepat."

"Saka mengulur waktu, Pa. " Marvella berdiri disamping kursi ayahnya dan tersenyum tipis kepada Saka - hanya untuk menggoda pria itu.

Iliona berkata lebih tegas, "Marvella."

Marvella hanya meringis mendengar Iliona memanggil namanya. Ia memasukkan tisu kotor yang sudah ia pakai ke dalam saku jas Saka. "Thanks," bisiknya. Ia kemudian berjalan menjauh dari ruang tamu setelah berkata ini kepada Saka. "Kamu disini - talk to your father-in-law, dan aku akan membawakan kamu masakannya nanti. Good luck."

Saka tidak mengangguk dan tidak menggeleng, ia menatap punggung Marvella yang mulai menjauhi area ruang tamu dan teringat kepada kata-kata wanita itu satu jam yang lalu.

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang