51 - Cincuenta Y Uno

9.6K 635 22
                                    

Empat belas tahun yang lalu,

"Kejuaraan anggar?"

Saka mengangguk dan melipat tangan didepan dadanya. "Aku menjadi perwakilan sekolah kita untuk dua bulan lagi. Oh iya, kamu adalah orang pertama yang tahu ini kecuali pelatihku, L. Bagaimana?"

Marvella menatapnya tidak percaya. Sekarang ia melupakan keinginannya untuk membaca ulang catatan Matematika dan memilih untuk melepas kacamatanya. "Jadi, kenapa siswa menyebalkan dan sombong seperti kamu bisa menjadi atlit sekolah?"

"Memang tidak boleh?" tanya Saka kepada Marvella yang duduk didepannya. Keduanya sedang berada di salah satu meja cafeteria sekolah karena ini adalah jam istirahat. Setelah membeli beberapa makanan yang diinginkan mereka mencari meja kosong dan duduk berhadapan sehingga Saka bisa melihat wajah Marvella yang sekarang sedang menatapnya datar.

"Sekolah melihat permainan anggarku – bukan pendapat individu dari salah satu siswinya. Selama ini yang bilang kalau aku adalah siswa yang menyebalkan, hanya kamu. Ya kamu."

Marvella berkata kepada Saka. "Aku tidak menemukan kosakata lain untuk menggambarkan kamu. Walaupun aku tahu betapa banyak fans kamu diluar sana, bagi aku kamu tetap menyebalkan dan sombong. Itu yang aku temukan."

...

"Memang tidak boleh kalau aku menjadi perwakilan sekolah?" Saka menatap Marvella dan berusaha menilik lebih dalam mata perempuan itu. Ia mengulangi pertanyaan yang tidak dijawab oleh perempuan yang ada didepannya ini.

Marvella mengangkat bahunya dengan tak acuh dan membuka bungkus plastic warp yang melapisi sandwich-nya. Tidak ada keharusan untuknya menjawab pertanyaan satu itu. "Kenapa kamu bertanya ke aku?"

"Tidak – aku tidak tahu, maksudku just want to know how you see me. Setahuku kamu juga menjadi perwakilan kontes biola kan?"

"Bukan urusan kamu."

"Bukan urusan kamu – adalah kalimat kedua yang sering kamu katakan, L. Tadi pagi aku lihat di buletin. Mungkin kamu tidak tahu karena tidak pernah melihat buletin yang ada di samping laboratarium bahasa – nama kamu ada di daftar perwakilan biola."

"Memang aku tidak tahu dan tidak perlu tahu, Saka. That's useless – it's just name. Ada bedanya kalau aku memprotes tentang namaku yang ditampilkan di pengumuman lombanya? Bagiku ini semua sama saja," jawab Marvella dan ia kembali menggigit sandwich-nya.

Saka yang sudah menghabiskan semua makanannya hanya duduk mengamati Marvella yang sudah kembali ke catatan Matematikanya dengan sebuah sandwich di tangan kanan dan buku di tangan kiri. Lima menit berlalu dan Saka melihat semua makanan di meja sudah habis. Ia mengambil semua bungkus makanan itu untuk ia buang ke tempat sampah, baik miliknya maupun milik Marvella. "Makanan kamu sudah habis, kenapa kamu masih disini?" tanya Saka.

Marvella tidak mengangkat kepalanya dan baru menjawab Saka setelah ia membersihkan tangannya dengan tisu. "Memang tidak boleh?"

"Kelasnya dimulai lima menit lagi dan seharusnya kita kembali ke kelas, Marvella."

"Kamu bisa kembali ke kelas tanpaku."

Tidak melihat pergerakan dari Saka setelah dua menit membuat Marvella tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya. "Silahkan kamu duluan, Saka."

"Tidak mau." Saka tersenyum kepada Marvella dan beberapa murid lain yang melihat interaksi mereka – hanya diam dan tersenyum kecut saat tahu kemana Saka tersenyum hari ini.

"Kamu biola dan aku anggar – let's bet on it, siapa yang akan mendapat medali emas."

Marvella menutup bukunya saat ia selesai membaca soal terakhir dari dua puluh lima nomor soal Matematika. "Membuang waktuku saja, Saka. Tidak ada gunanya kita bertaruh, sebenarnya apa yang sedang kamu bicarakan?"

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang