Marvella menatap setiap air yang jatuh menyentuh paving latar yang berada diantara lobby dan gerbang utama Maria Stella. Tiga puluh menit yang lalu lobby ini ramai karena jam pulang kelas tiga dan sekarang hanya tinggal dirinya dan tiga siswa yang ada di sudut lobby. Hari ini adalah jadwalnya les biola dan sebelum ia pergi ke tempat les ia ingin pergi ke restoran Elips yang ada di daerah Kemang. Hujan turun tidak sesuai dengan ramalan cuaca – ia tidak membawa payung dan tidak ada lagi payung yang bisa dipinjam di lobby Maria Stella.
Tidak menyenangkan menunggu sendiri seperti ini. Benedict sedang ada pertemuan dengan klub fotografinya dan teman-temannya yang lain sudah pulang. Marvella tahu ia bisa memesan taksi dan ia tidak perlu khawatir dengan air hujan yang bisa mengenai tubuhnya, sopir taksi pasti selalu membawa payung.
Tapi ia tidak ingin pulang.
Marvella memeluk tas biolanya dan ia berniat untuk duduk di kursi khusus yang ada di area itu saat matanya menangkap seorang lelaki dengan hoodie biru tua berlari mendekati lobby sambil memegang sesuatu.
Marvella berbalik dengan cepat saat ia tahu siapa lelaki itu. Ia menjatuhkan dirinya ke kursi dan menunduk memandangi lantai lobby sampai sudut matanya menangkap sepatu berwarna putih yang tepat di depannya.
Keduanya bertatapan cukup lama sampai Marvella berdeham dengan canggung dan ia kembali menundukkan kepalanya.
Saka mengulurkan payung biru yang menjadi alasannya bertemu dengan Marvella. "You have to use this."
Marvella mengangkat kepalanya dan menemukan mata Saka yang sudah menatapnya. Saka kembali berkata, "Atha yang memintaku."
"Setelah ini taksiku akan datang, I don't need it."
Saka membalasnya, "Datang atau tidak itu bukan urusanku, Marvella. Atha akan marah kalau aku tidak menepati janjiku – aku kan kakaknya."
"Aku kakaknya."
"Aku."
.....
Saka menghembuskan napas panjang. "Aku temannya."
" .... "
Marvella mengambil payung biru yang diulurkan oleh Saka. "T-Terima kasih. Besok aku kembalikan."
"Baju kamu basah," Marvella menatap hoodie yang dikenakan Saka. "Kenapa tidak kamu pakai payung ini?"
Saka tahu seharusnya ia segera pergi dari sini karena ia sudah menepati janjinya kepada Atha. Tapi entah kenapa ia justru tetap berdiri dan tidak bergeming. "Lupa."
Marvella mengangguk dan mengenggam payung yang ada di tangannya dengan erat karena ia benera-benar gugup. "Mana P-Pak Mali?"
" .... "
"Didepan?" tanya Marvella untuk kedua kalinya dan Saka mengangguk dalam diam.
"Let's share the umbrella, aku juga akan kedepan."
Marvella berdiri walaupun Saka belum menyetujui kata-katanya. Tapi ia tetap membuka payung itu walau kerepotan karena ia sedang membawa dua tas yang berbeda. "Aku sudah pakai tudung hoodie, kamu lebih butuh, L – maksudku, Marvella."
Marvella tersenyum tipis saat ia mendengar Saka tidak sengaja menyebut nama yang pria itu gunakan kepadanya. "Taksiku mungkin sudah datang – aku tidak mau karena kamu membantuku kamu jadi sakit gara-gara kehujanan. Hm, maksudku bukan karena aku peduli ke kamu. Tapi sebentar lagi kita – kelas tiga maksudnya, akan banyak s-simulasi ujian dan demam diwaktu seperti ini tidak terlalu bagus."
Saka tidak berani menatap langsung mata Marvella karena ia sama gugupnya dengan perempuan itu. "O-oke. Aku bawakan tas kamu?"
Marvella terlihat ragu untuk menyerahkan tas biolanya, jadi Saka segera mengganti tawaran. "Payung. Right – payung. Maksudku, aku yang bawakan payungnya saja."
![](https://img.wattpad.com/cover/203420781-288-k239992.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
Literatura FemininaRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.