"Dimana?"
"Dirumah orang tua aku. Ada apa?"
Saka mengerutkan kening saat mendengar jawaban dari Marvella. Tadi malam wanita itu meninggalkannya di dapur sendirian dan benar-benar membuat Saka mandi dengan air dingin di tengah malam hari. Pagi ini Saka baru turun dari kamarnya saat jam menunjukkan angka tujuh dan menyadari ketidakhadiran Marvella yang biasanya sudah ada di meja makan untuk sarapan bersama – wanita itu sudah menjadi bagian dari rutinitas paginya dan ia merasa aneh saat tahu wanita itu pergi tanpa memberitahunya.
"Jam berapa kamu berangkat?" tanya Saka setelah berpikir cukup lama, ia tidak menduga bahwa Marvella akan berangkat sepagi ini ke rumah orangtuanya. "Well, kata Latisha tadi pagi - "
Marvella menunggu cukup lama untuk Saka menyelesaikan kalimatnya, "Ya?"
"Jam berapa berangkatnya?" ulang Saka.
"Jam enam tadi," jawab Marvella sambil menatap jari-jari tangannya. "Aku punya janji untuk sarapan bersama papaku."
Saka masih menempelkan ponsel ke telinganya saat Latisha datang dari dapur dan membawakan kopinya. "Kenapa tidak bilang kalau kamu harus pulang? Dengan siapa kamu berangkat, L?"
"Aku membawa mobilku sendiri. Memang kamu kira apa?"
....
"Ini hari Minggu, Sak. Kamu adalah pria yang sangat sibuk – today is your holiday, dan aku tidak yakin kamu akan menerima ajakanku. Well, aku perlu membicarakan beberapa hal disini."
"Kenapa kamu tidak mengajak aku?"
Marvella bersyukur setidaknya tidak ada orang di meja makan itu kecuali dirinya sendiri. "Aku tidak tahu kamu mau atau tidak."
"Ask me first, L."
"Kapan-kapan ya, Sak. Papa dan Mamaku tidak mempermasalahkan hal seperti itu kok – I tell the reason for them kalau kamu sibuk, Saka. Enjoy your holiday."
Sayup-sayup Saka mendengar suara seseorang yang sepertinya berbicara dengan Marvella disana. Marvella kemudian berkata kepada Saka, "Ada lagi yang ingin kamu bicarakan?"
"Kamu buru-buru?" tanya Saka sambil menaikkan alisnya.
Marvella tidak menjawab pertanyaannya tetapi Saka tahu wanita itu sedang berbicara dengan seseorang sehingga tidak mendengar pertanyannya.
"Dengan Saka, Pa."
Om Raphael, gumam Saka. Ia memainkan jarinya di atas meja makan.
"Ya, aku tahu."
....
"Ya, Papa. Dasar cemburu."
....
Saka memandang cangkit berisi kopi yang ada didepannya tanpa minat – ia sekarang ingin meminum teh.
Marvella kembali ke pembicaraan mereka. "Kamu tadi bilang apa?"
"Tidak. Tidak ada," kata Saka dengan singkat dan Marvella menangkap nada ketus Saka.
"Kamu marah?"
....
"Jangan marah ya, Saka." Marvella kembali berbicara dengan seseorang dan Saka bisa mendengarnya jelas kalau wanita itu tertawa.
"Saka, kamu masih disana?" tanya Marvella.
"Daritadi aku disini menunggu kamu selesai tertawa."
"Papaku sedang disampingku, Saka. Maaf ya, maybe someday kalau aku harus sarapan lagi di rumah Papaku kamu bisa ikut."
"Saka, aku akan mematikan teleponnya. See you."

KAMU SEDANG MEMBACA
Récrire
Literatura FemininaRécrire | Galaxy's Series #2 ©2019 Grenatalie. Seluruh hak cipta.