26 - Veintiséis

14K 1K 34
                                    

"Pagi ini harga saham naik satu koma lima persen," lapor Darek saat pagi itu Saka memintanya berbicara. "Masih sama dengan kemarin sore saat penutupan, harga saham diperkirakan mulai naik lagi hari ini, Sir."

"Board member meminta untuk diadakan rapat evaluasi, Sir."

Alis Saka tertarik ke atas, "Apa lagi yang akan mereka evaluasi?"

"Terkait rumor Anda yang semakin tidak terkendali, Sir. Nyonya Iliona Tjahjadi berhasil membuat media terfokus pada keberhasilan hutan energi dan yang lainnya, tetapi kita tidak dapat mengontrol pengemar mantan tunangan Anda. Kata kunci di media sosial terkait nama mantan tunangan Anda masih ada di trending topik selama empat hari terakhir sejak press conference."

"Jadi delapan dewan komisaris – tidak termasuk Phillip dan Cassandra Tanuwidjaja – menuntut saya bertanggung jawab tentang penurunan harga saham ini?"

" ... "

"They're doing like they can get me out of this position. Pemegang saham terbesar Chata adalah LHI Ltd, yang mana seratus persennya dikuasai oleh kakek dan ayah saya, Darek. Saya yakin seharusnya mereka tidak melupakan hal itu."

"Saya tahu, Sir. Tetapi mereka tetap meminta rapat ini diadakan selambat – lambatnya tujuh hari lagi, terhitung sejak hari ini. Saya minta maaf berkata seperti ini, Anda tetap beresiko dipecat, Sir."

"Tujuh hari yang mereka berikan adalah langkah awal saya, mereka memberikan saya waktu untuk membenahi semua ini. Afterall, mereka hanya menggertak saya, Darek."

Saka mengangguk paham, ia tetap tenang bahkan saat Darek sudah gugup karena memberitahunya hal itu. "Jadi, ingatkan saya untuk membahas tenggat waktu ini dengan rapat bersama analis nanti, Darek."

"Baik, Sir."

"Gita ada di kantor hari ini? Bisa kamu beritahu dia untuk ikut rapat dengan analis nanti kalau dia memiliki waktu, Darek?" tanya Saka. Wanita yang baru ia sebutkan adalah Gita Putri, COO dari Chata Capital Corporation. Wanita itu kritis dan pandai, ia membutuhkan pendapatnya dalam rapat ini.

Darek mengetikkan sesuatu di Ipadnya, lima menit kemudian ia mendapat balasan dari sekretaris Gita. "Beliau memiliki waktu satu jam untuk hari ini, Sir."

Saka mengangguk puas saat mendengar jawaban Darek. "Terima kasih, Darek. Kamu bisa kembali ke depan sekarang."

"Wait, Darek."

"Ya, Sir?"

Saka tidak melihat mug yang biasanya ia pakai ada di atas mejanya. "Kopi saya?"

"Sepuluh menit lagi, Sir. Michel sedang membuatnya."

"Terima kasih, Darek."

Darek mengangguk. "Sama – sama, Sir."

___

"Kenapa kamu disini?" tanya Saka ketika ia masuk ke rumah orang tuanya dan mendapati Marvella yang asyik berbicara dengan Katrina, adiknya yang baru pulang dari London. Wanita itu masih mengenakan setelan kerjanya, sama sekali tidak terlihat lelah walaupun Saka tahu Marvella pasti langsung kesini seusai pulang kerja.

"Aku mau makan," jawab Marvella dengan santai. Saka berniat mendekat ke arah Marvella yang kembali asyik berbincang dengan Katrina, ia mengerutkan keningnya saat menyadari betapa cepatnya Marvella tidak melihatnya lagi. Namun, sebuah suara memanggilnya dan itu membuat Saka menoleh. "Maaf aku terlambat, Ma."

Cassandra menggeleng dan memeluk anak lelakinya itu. "Makan malamnya masih sepuluh menit lagi dan kamu tidak terlambat, Saka."

"Sudah bertemu Marvella?" tanyanya.

"Kenapa dia disini, Ma?"

"Hari ini Katrina pulang dan Mama ingin mengundangnya makan malam, Saka. Omong – omong, dari mana kamu?"

Saka menjawab pertanyaan ibunya, "Aku dari kantor."

"Kamu dan Marvella dalam satu tempat kerja yang sama, Saka. Seharusnya dia datang dengan kamu."

"Aku bahkan tidak tahu dia datang kesini, Mama. Datang atau tidak dengan aku tidak ada bedanya, dan kenapa Katrina menjadi sangat berisik?" keluh Saka saat adiknya, Katrina tertawa bersama Marvella.

"Ada yang salah? Mereka berdua sudah lama tidak bertemu, Saka. Biarkan saja."

Sementara itu, Marvella mengamati rambut pendek Katrina yang seperti potongan laki – laki. "Rambut kamu terlihat bagus, Kat."

"Betul, kan? Terima kasih, El. Sejauh ini hanya kamu yang mengatakan rambut ini bagus."

"Jelek."

Katrina menoleh dan mendapati kakaknya kini duduk di salah satu sofa. Kakaknya, Saka sekarang melipat salah satu kakinya dan menatap tajam ke arah rambut Katrina. "Rambutnya jelek, Katrina."

Katrina yang baru saja menghabiskan belasan jam penerbangan dari London menganggap lalu kata – kata Saka. Ia tidak mempunyai selera untuk meladeni Saka, ia tahu bahwa kakaknya hanya ingin membuatnya kesal. "Oh ya sudah, kan ini rambut aku, bukan kamu."

"Rambut kamu sangat cocok dengan bentuk wajah kamu, Kat." Marvella mencoba melerai keduanya. "You look cool."

"Aku percaya kalau aku cocok dengan rambut ini, El. Bahkan sebelum kamu memujinya."

Saka merengut kesal karena ia tidak melihat tanda – tanda Katrina mulai berbicara dengannya, adiknya lebih memilih tetap berbicara dengan Marvella. Ia kemudian memilih untuk berdiri, tidak ada gunanya ia menyela pembicaraan Marvella dan Katrina.

Lima belas menit kemudian, mereka berpindah ke meja makan. Makan malam hari itu cukup ramai, keempat adik Saka berada di Indonesia dan kehadiran Marvella membuat suasana menjadi lebih meriah. Katrina sendiri bersikeras untuk duduk disamping kursi Marvella, membuat Cassandra Tanuwidjaja mengalah dan mengambil kursi yang ada di seberang Saka.

"I didn't see your car," kata Saka kepada Marvella yang duduk disampingnya dengan suara rendah, agar Katrina tidak mendengar apa yang ia bicarakan dengan Marvella.

"Theo yang mengantar aku."

"Who is he?" tanya Katrina yang menyela keduanya karena ia masih bisa mendengar apa yang diucapkan Marvella. "Theo – who?"

Marvella memutar badannya untuk menjawab Katrina. "Temanku."

"Hanya teman? I don't believe it, tell me more, El."

Marvella tertawa pelan saat melihat antusiasme Katrina. Ia memaklumi rasa penasaran adik Saka, ia dan Katrina tidak bertemu lebih dari lima tahun sejak Katrina melanjutkan pendidikannya di London. Marvella ingin menjawab pertanyaan Katrina, namun tiba – tiba Phillip yang duduk di ujung tengah meja bertanya kepadanya, "Papa kamu di Indonesia, Marvella?"

"Masih di Sydney, Om."

"Kamu tidak sedang berhubungan dengan pria, El? Om dengar kemarin Mama kamu berusaha menjodohkan kamu. Kalau tidak salah kamu dan Saka seusia, kan?"

"It's just mom's plan, not my plan. Pada akhirnya kami bersahabat, Om. Well, aku tidak berpikir untuk menikah saat ini. Lagipula aku dan Theo sepakat bahwa kami memang cocok dalam garis pertemanan. Tidak lebih."

Phillip tersenyum hangat karena ia sudah menganggap Marvella sebagai putrinya juga. "Begitu?"

"Maaf karena Om bertanya seperti ini, Marvella." Phillip meringis kecil.

"It's okay, Om."

Marvella melirik Saka sekilas untuk melihat reaksi pria itu. "Atau jika Saka memikirkan hubungan kami – if he decided to cross our line, aku tidak keberatan jika dia berniat membawa hubungan kami ke tahap yang lebih serius, Om."

___

RécrireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang